Memahami Pengawasan Proses Univariat dengan Control Charts: Panduan Praktis dan Kritik atas Penerapan Terkini

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda

12 Maret 2025, 10.38

Sumber:pexels.com

Dalam dunia manufaktur modern, pemantauan kualitas proses tidak lagi menjadi opsi tambahan, melainkan kebutuhan mendesak. Paper berjudul Monitoring Univariate Processes Using Control Charts: Some Practical Issues and Advice yang diterbitkan dalam jurnal Quality Engineering (Vol. 36, No. 3, 2024) oleh Zwetsloot, Jones-Farmer, dan Woodall hadir sebagai panduan komprehensif untuk memahami, merancang, dan menerapkan control charts univariat secara efektif. Artikel ini membahas berbagai tantangan praktis serta memberikan nasihat berbasis pengalaman untuk para praktisi dan peneliti di bidang Statistical Process Monitoring (SPM).

📖 Penelitian ini tersedia di Quality Engineering dan dapat diakses melalui DOI berikut: https://doi.org/10.1080/08982112.2023.2238049.

 

Sekilas Tentang Control Charts dan Relevansinya Saat Ini

Control charts, atau peta kendali, pertama kali diperkenalkan oleh Walter A. Shewhart pada tahun 1931. Konsep dasar alat ini adalah membedakan variasi proses yang bersifat acak (common cause variation) dari variasi yang diakibatkan oleh faktor tertentu (assignable cause variation). Seiring perkembangan industri 4.0 dan otomatisasi proses produksi, kebutuhan terhadap pemantauan proses yang lebih presisi menjadi semakin mendesak.

Namun, seperti yang diungkapkan penulis, terjadi kesenjangan besar antara pengembangan teori SPM dan implementasi praktis di lapangan. Banyak organisasi masih mengandalkan metode dasar yang telah digunakan sejak abad ke-20, sementara tantangan baru seperti big data, korelasi otomatis, dan proses hierarkis multistage menuntut pendekatan yang lebih mutakhir.

Empat Fase Framework Control Charts: Struktur yang Terlupakan?

Zwetsloot dan timnya memperkenalkan kerangka kerja empat fase yang jarang didiskusikan secara menyeluruh di literatur sebelumnya:

  1. Phase 0 – Data Collection and Preparation
    Di fase ini, dilakukan analisis sistem pengukuran dan perencanaan pengambilan data. Fokus utamanya adalah memastikan kualitas data yang akan digunakan dalam monitoring.
    🔎 Insight Tambahan: Dengan maraknya IoT dan sistem sensor cerdas, Phase 0 kini semakin kompleks, termasuk menangani data dari berbagai sumber dengan tingkat keakuratan yang bervariasi.
  2. Phase I – Retrospective Analysis
    Pengumpulan data secara historis untuk memahami performa dasar dari proses yang sedang dipantau. Penentuan kondisi in-control dilakukan di fase ini.
    📊 Contoh Kasus: Dalam industri farmasi, Phase I sangat penting untuk memastikan proses produksi obat bebas dari deviasi yang tidak terkontrol sebelum uji klinis dilakukan.
  3. Phase II – Prospective Monitoring
    Pemantauan prospektif berkelanjutan dilakukan terhadap proses yang telah distabilkan di Phase I. Di sinilah peta kendali digunakan secara real-time.
    🚨 Catatan Praktis: Ketika digunakan dalam manufaktur semikonduktor, Phase II sering dihadapkan pada tantangan deteksi false alarms yang tinggi akibat sensitivitas proses yang ekstrem.
  4. Phase III – Model Maintenance
    Aspek yang kerap diabaikan! Phase III adalah fase pemeliharaan model, termasuk revisi control limits dan evaluasi performa model secara berkala.
    🔧 Pendekatan Baru: Konsep ini mirip dengan Model Monitoring dalam machine learning (MLOps), memastikan model tetap relevan seiring berjalannya waktu.

 

Kritik dan Analisis: Mengapa Banyak Control Charts Gagal di Lapangan?

1. Overreliance pada Asumsi Distribusi Normal

  • Banyak peta kendali, seperti Shewhart Chart, mengasumsikan distribusi data normal. Namun, data industri saat ini cenderung bersifat non-linear dan non-normal.
  • Penulis merekomendasikan pendekatan distribusi bebas (distribution-free methods), yang mulai populer di sektor energi dan lingkungan.

2. Kurangnya Integrasi dengan Sistem Otomatisasi

  • Sistem manufaktur modern kerap otomatis dan berbasis data real-time. Namun, banyak metode SPM tidak mampu menangani volume data besar dan kecepatan streaming data.
  • Solusi? Penggunaan Cumulative Sum (CUSUM) dan Exponentially Weighted Moving Average (EWMA) charts yang lebih adaptif, walaupun masih butuh integrasi dengan AI.

3. Keterbatasan Sumber Daya Manusia

  • Banyak organisasi tidak memiliki ahli statistik, yang menghambat implementasi optimal SPM.
  • Penulis menyebutkan bahwa sistem yang memerlukan campur tangan pakar statistik secara rutin sulit diimplementasikan secara luas.

 

Studi Kasus dan Tren Industri Terkait

🚀 Implementasi di Industri Otomotif

Pada proses produksi komponen mesin, peta kendali EWMA digunakan untuk mendeteksi deviasi kecil pada dimensi komponen dengan akurasi tinggi. Hal ini memungkinkan pengurangan scrap rate hingga 15% dalam 6 bulan.

🏥 Pengawasan Kualitas di Layanan Kesehatan

Peta kendali Shewhart dan CUSUM banyak digunakan untuk memonitor infeksi pasca operasi di rumah sakit. Sebagai contoh, penerapan control charts di UK NHS berhasil menurunkan tingkat infeksi dari 4% menjadi 2,5% dalam waktu setahun.

 

Nilai Tambah Paper Ini dalam Konteks Industri 4.0

  • Phase III sebagai Pembeda: Penambahan fase pemeliharaan model (Phase III) sejalan dengan tuntutan era digital yang membutuhkan pembaruan algoritma secara berkala.
  • Pendekatan Praktis: Artikel ini lebih dari sekadar teori, dengan banyak saran aplikatif yang dapat diterapkan oleh praktisi.
  • Relevansi pada Big Data: Diskusi tentang penggunaan data besar dan tantangan rational subgrouping sangat relevan, khususnya bagi sektor dengan data streaming seperti e-commerce dan manufaktur pintar.

 

Opini dan Perbandingan dengan Penelitian Lain

Jika dibandingkan dengan Montgomery (2019) yang menjadi referensi utama SPM, artikel Zwetsloot dkk. jauh lebih komprehensif dalam menguraikan tahap persiapan data dan pemeliharaan model. Sementara Wheeler (2011) mengadvokasi simplicity, Zwetsloot mendorong adaptasi terhadap kompleksitas proses modern.

Namun, sayangnya, paper ini masih kurang membahas integrasi langsung dengan sistem berbasis AI/ML yang semakin mendominasi pengawasan kualitas modern.

 

Implikasi Praktis dan Rekomendasi Implementasi

  1. Perusahaan manufaktur harus memperkuat kompetensi tim quality control di Phase 0 dan Phase III untuk mengurangi false alarms dan meningkatkan interpretasi sinyal.
  2. Organisasi kesehatan bisa mengadopsi EWMA charts untuk pemantauan kualitas layanan berbasis data pasien secara real-time.
  3. Startup teknologi yang mengembangkan solusi IoT dapat mengintegrasikan Phase III ke dalam pipeline pemeliharaan model machine learning.

 

Kesimpulan: Sebuah Panduan Penting, Tetapi Masih Ada Ruang untuk Inovasi

Paper ini berhasil memberikan peta jalan praktis dalam penerapan univariate control charts di dunia nyata. Penambahan fase-fase penting dalam kerangka kerja mereka mencerminkan pemahaman mendalam akan tantangan praktis yang sering diabaikan oleh teori. Namun, integrasi teknologi machine learning dan automasi lanjutan masih menjadi PR bagi komunitas SPM.

 

Referensi

Zwetsloot, I. M., Jones-Farmer, L. A., & Woodall, W. H. (2024). Monitoring univariate processes using control charts: Some practical issues and advice. Quality Engineering, 36(3), 487-499. https://doi.org/10.1080/08982112.2023.2238049