Manfaat dan Tantangan Penerapan Building Information Modelling (BIM) dalam Industri Konstruksi: Analisis Mendalam

Dipublikasikan oleh Anisa

20 Mei 2025, 11.55

Unplash.com

Pendahuluan: Transformasi Digital di Sektor Konstruksi

Industri konstruksi secara global tengah mengalami gelombang transformasi digital yang cukup signifikan. Salah satu pendorong utama perubahan ini adalah teknologi Building Information Modelling (BIM), sebuah pendekatan berbasis data dan kolaboratif yang merevolusi cara perencanaan, pelaksanaan, hingga pengelolaan proyek konstruksi. Paper berjudul “The Use of Building Information Modelling in Construction Industry” membahas secara komprehensif potensi dan hambatan implementasi BIM dalam konteks pembangunan modern, khususnya dari perspektif pelaku industri di Malaysia.

Artikel ini akan mengupas ulang temuan utama paper tersebut dengan parafrase alami, memperluasnya dengan studi kasus dan data relevan, serta memberikan analisis tambahan yang menghubungkan hasil riset ini dengan tren dan tantangan nyata dalam dunia konstruksi saat ini.

Apa Itu Building Information Modelling (BIM)?

BIM bukan sekadar perangkat lunak desain, melainkan metodologi terintegrasi yang memungkinkan semua pemangku kepentingan dalam proyek konstruksi—termasuk arsitek, insinyur, kontraktor, dan pemilik proyek—untuk berkolaborasi melalui model digital tiga dimensi yang mencakup data teknis, visual, dan administratif.

BIM membantu dalam:

  • Deteksi konflik desain sejak dini (clash detection).

  • Perencanaan biaya dan waktu yang lebih akurat.

  • Koordinasi antardisiplin yang lebih efisien.

  • Simulasi performa bangunan sebelum konstruksi nyata dilakukan.

Temuan Kunci: Kesadaran Tinggi, Penerapan Masih Terbatas

Statistik Partisipasi

Dalam penelitian ini, sebanyak 68 responden dari sektor konstruksi Malaysia menjadi sampel. Mayoritas berasal dari perusahaan konstruksi berskala menengah dan besar. Temuan pentingnya:

  • 96% responden menyatakan mengetahui tentang BIM.

  • Namun, hanya sekitar 35% yang benar-benar menerapkan BIM dalam proyek mereka.

Angka ini menunjukkan adanya kesenjangan antara kesadaran dan adopsi aktual. Hal ini konsisten dengan laporan McGraw-Hill Construction yang menyebut bahwa di Asia Tenggara, awareness terhadap BIM sangat tinggi, tetapi implementasi masih terkonsentrasi pada proyek berskala besar.

Manfaat Nyata dari Implementasi BIM

1. Peningkatan Efisiensi Proyek

BIM memungkinkan simulasi proyek sejak tahap desain, mengurangi kebutuhan revisi lapangan dan mempercepat proses konstruksi. Sebuah studi oleh Dodge Data & Analytics menunjukkan bahwa BIM dapat mempercepat waktu penyelesaian proyek hingga 20% dan menurunkan biaya hingga 15% berkat deteksi kesalahan dini.

2. Kolaborasi Lebih Baik

Dalam sistem tradisional, komunikasi antardisiplin sering kali fragmentaris. BIM mengintegrasikan semua data dalam satu platform kolaboratif, yang memperkecil miskomunikasi antara arsitek, kontraktor, dan konsultan.

3. Dokumentasi yang Akurat

Dengan BIM, setiap perubahan desain otomatis diperbarui dalam semua dokumen terkait. Hal ini mengurangi risiko human error dalam pembaruan dokumen proyek.

Kendala Implementasi BIM di Lapangan

Meskipun manfaatnya jelas, paper ini juga mengungkap berbagai tantangan besar yang menghambat adopsi BIM, antara lain:

1. Tingginya Biaya Awal

Sebanyak 67% responden menyebut bahwa investasi awal—baik untuk perangkat lunak maupun pelatihan staf—menjadi penghalang utama. Ini sejalan dengan temuan lain di sektor konstruksi global, di mana biaya lisensi software seperti Autodesk Revit dan pelatihan dapat mencapai puluhan ribu ringgit atau dolar.

2. Kurangnya Tenaga Ahli

Hanya 22% responden yang merasa bahwa perusahaan mereka memiliki staf dengan kemampuan BIM yang memadai. Kekurangan SDM terlatih menjadikan implementasi tidak maksimal. Di sisi lain, permintaan tenaga kerja BIM meningkat signifikan, terutama di sektor infrastruktur publik.

3. Resistensi terhadap Perubahan

Budaya organisasi konservatif dan keengganan mengubah proses kerja tradisional juga menjadi hambatan. Banyak manajer proyek merasa nyaman dengan sistem manual, meskipun kurang efisien.

Studi Kasus: Proyek MRT Malaysia & BIM

Salah satu contoh sukses implementasi BIM di Malaysia adalah proyek MRT Sungai Buloh-Kajang. Dalam proyek ini, BIM digunakan untuk:

  • Koordinasi desain lintas kontraktor.

  • Simulasi waktu pelaksanaan (4D BIM).

  • Analisis biaya (5D BIM).

Hasilnya, proyek berhasil mengurangi potensi konflik desain dan mempermudah proses approval dari otoritas. Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa BIM bisa bekerja efektif jika didukung oleh kebijakan institusi dan SDM yang memadai.

Perspektif Global: Di Mana Malaysia Berdiri?

Jika dibandingkan dengan negara seperti Singapura dan Inggris, adopsi BIM di Malaysia masih tergolong rendah. Pemerintah Inggris, misalnya, telah mewajibkan penggunaan BIM Level 2 pada semua proyek pemerintah sejak 2016. Singapura bahkan mendirikan Centre for Lean and Virtual Construction untuk mendorong riset dan edukasi BIM secara sistemik.

Malaysia sendiri telah meluncurkan BIM Roadmap 2020–2025 melalui CIDB (Construction Industry Development Board), tetapi implementasinya masih terkendala oleh keterbatasan infrastruktur digital di lapangan.

Opini Kritis & Rekomendasi

Paper ini memberikan gambaran yang valid mengenai kondisi implementasi BIM saat ini. Namun, untuk memperkuat dampaknya, beberapa hal berikut perlu ditambahkan:

1. Perluasan Sampel dan Pendekatan Longitudinal

Studi ini terbatas pada 68 responden. Akan lebih representatif jika dilakukan studi longitudinal dengan ratusan perusahaan dalam rentang waktu berbeda untuk melihat evolusi adopsi.

2. Kaitkan dengan ROI dan Produktivitas

Masih sedikit pembahasan tentang seberapa besar BIM berdampak pada Return on Investment (ROI). Penelitian oleh Stanford University menunjukkan bahwa penggunaan BIM dapat menghasilkan ROI hingga 10 kali lipat dibanding biaya awal.

3. Dorongan dari Pemerintah

Langkah seperti pemberian insentif, integrasi BIM dalam kurikulum universitas teknik, serta pemutakhiran regulasi sangat dibutuhkan untuk mendorong ekosistem BIM nasional.

Kesimpulan: Masa Depan BIM di Industri Konstruksi

BIM bukan lagi teknologi masa depan, melainkan kebutuhan masa kini. Namun, kesuksesan implementasinya tidak bisa hanya mengandalkan teknologi. Diperlukan sinergi antara:

  • Investasi perangkat lunak & pelatihan SDM.

  • Dukungan regulasi pemerintah.

  • Kesediaan industri untuk berubah.

Dengan tantangan urbanisasi, kebutuhan akan proyek infrastruktur cerdas, dan desakan efisiensi biaya, BIM bisa menjadi tulang punggung revolusi digital sektor konstruksi jika diterapkan secara serius.

Sumber

Paper asli dapat diakses di jurnal International Journal of Sustainable Construction Engineering and Technology melalui tautan berikut:
https://publisher.uthm.edu.my/ojs/index.php/IJSCET/article/view/4696