Manajemen Limbah Makanan Industri Halal: Pelajaran dari Jepang

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

21 Februari 2025, 12.37

detik.com

Masalah limbah makanan semakin menjadi perhatian global karena dampaknya terhadap lingkungan dan ekonomi. Menurut FAO (2011, 2012, 2013), sekitar sepertiga dari semua makanan yang diproduksi untuk konsumsi manusia terbuang sia-sia. Di Brunei, angka ini mencapai 1,4 kg per kapita per hari, dengan hanya 11,3% yang didaur ulang. Mayoritas limbah ini berakhir di tempat pembuangan sampah, yang berkontribusi pada pencemaran lingkungan dan emisi gas rumah kaca. Oleh karena itu, paper ini menyoroti perlunya kebijakan yang lebih baik dalam pengelolaan limbah makanan industri halal.

Kewpie Corporation, perusahaan yang dikenal dengan produksi mayonesnya, telah berhasil mengelola limbah makanan dengan menerapkan prinsip zero waste. Sebagai contoh, mereka menghasilkan sekitar 28.000 ton cangkang telur per tahun dan mendaur ulangnya menjadi pupuk, bahan pakan ternak, hingga bahan baku kosmetik. Dengan pendekatan lean production, mereka tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga menciptakan nilai tambah dari bahan yang sebelumnya dianggap sebagai limbah.

Di Brunei, pengelolaan limbah makanan masih bergantung pada metode pembuangan ke landfill. Dengan populasi sekitar 400.000 jiwa, jumlah limbah yang dihasilkan per kapita cukup tinggi dibandingkan negara lain di ASEAN. Hal ini menunjukkan perlunya strategi yang lebih baik dalam menangani limbah industri halal, seperti yang diterapkan di Jepang.

Solusi dan Rekomendasi

  1. Implementasi Hierarki Limbah Jepang menggunakan berbagai model pengelolaan limbah seperti Moerman Ladder dan Food Recovery Hierarchy, yang dapat diterapkan di Brunei untuk mengurangi pembuangan makanan ke landfill.
  2. Kebijakan Pemerintah Pemerintah Brunei dapat mengadopsi regulasi yang lebih ketat terhadap industri halal dalam hal pengelolaan limbah, seperti yang dilakukan oleh Jepang dengan Waste Disposal and Public Cleansing Law.
  3. Inovasi dan Teknologi Penerapan teknologi seperti kompos dan biogas dapat menjadi solusi untuk mendaur ulang limbah organik menjadi energi atau pupuk.
  4. Kolaborasi dengan Industri Sektor swasta dapat didorong untuk mengadopsi praktik zero waste, misalnya dengan meniru strategi Kewpie dalam mendaur ulang bahan makanan sisa menjadi produk bernilai tambah.

Industri halal dapat lebih bertanggung jawab dalam mengelola limbah makanannya. Dengan meniru model Jepang, Brunei dapat mengambil langkah signifikan menuju ekonomi yang lebih berkelanjutan dan mendukung Visi Brunei 2035. Implementasi kebijakan yang lebih ketat, inovasi dalam pengelolaan limbah, serta keterlibatan industri dapat menjadi solusi untuk mengurangi dampak negatif limbah makanan terhadap lingkungan.

Sumber Artikel:

Sulaiman, Nor Surilawana. "Halal Industrial Food Waste Management: Lesson Learnt from Japan." PROCEEDINGS 5th ACIEL 2023, Annual Conference on Islamic Economic and Law, Islamic Faculty University of Trunojoyo Madura, March 14, 2023.