Pandemi COVID-19 memaksa banyak industri untuk berbenah, tidak terkecuali industri kreatif digital di Indonesia. Salah satu langkah adaptif yang banyak diambil adalah penerapan lean management, sebuah strategi manajemen efisiensi yang populer dari dunia manufaktur Jepang, dan kini mulai merambah sektor jasa.
Artikel ini membahas bagaimana digital agency Newave Strategic di Jakarta Selatan berhasil menerapkan prinsip lean management untuk tetap menjaga kualitas layanan di tengah krisis. Studi ini penting, karena jarang ada pembahasan mendalam tentang lean management dalam konteks startup kreatif berbasis digital.
Metode Penelitian dan Narasumber
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dengan empat narasumber:
- Dua dari internal Newave Strategic (pendiri dan direktur)
- Dua dari eksternal (klien aktif saat pandemi)
Analisis data dilakukan dengan teknik reduksi data, triangulasi, penyajian deskriptif, dan penarikan kesimpulan.
Konteks Bisnis dan Awal Mula Lean di Newave
Newave Strategic berdiri sejak 2017 sebagai digital agency yang awalnya berfokus pada aktivitas crowd untuk mendukung perilisan film bioskop. Sebelum pandemi, mereka memiliki 14 pegawai. Namun pada April 2020, pandemi memaksa mereka memangkas 50% tenaga kerja.
Langkah ini menjadi titik awal implementasi lean management: mengurangi SDM, mengelola ulang proses kerja, dan tetap mempertahankan kepuasan klien melalui inovasi digital.
Komposisi Tim Lean: Hipster, Hacker, dan Hustler
Strategi tim lean Newave terinspirasi dari model 3H (Hipster, Hacker, Hustler) ala Rei Inamoto (2012):
- Hipster: kreator konten dan visual
- Hacker: pengelola teknologi kampanye
- Hustler: sales dan client relation
Dari 14 orang, mereka tersisa 8: 3 pendiri utama, 2 tim digital, 2 desainer, dan 1 staf admin/keuangan. Meski kecil, formasi ini berhasil mencakup seluruh fungsi inti perusahaan.
Inovasi Utama: Everybody Is Influencer (EVI)
Salah satu langkah inovatif Newave yang muncul dari tekanan pandemi adalah peluncuran layanan Everybody is Influencer (EVI). Program ini melibatkan ratusan partisipan dengan akun media sosial non-selebritas untuk memposting kampanye klien. Tidak perlu menjadi mikro atau makro influencer—setiap orang bisa berkontribusi.
Keunggulan EVI:
- Lebih murah dibanding membayar satu mega influencer
- Bisa menjangkau ribuan akun sekaligus
- Konten menyebar secara organik dan bertahap selama 1–3 bulan
- Membangun keterlibatan jangka panjang dengan klien
Sebagai perbandingan, satu mega influencer bisa menelan biaya setara dengan 500 partisipan EVI.
Dampak Langsung pada Klien
Wawancara dengan klien menunjukkan bahwa:
- Kualitas layanan tetap baik, bahkan meningkat
- Ada hubungan yang lebih personal karena tim yang lebih ramping
- EVI dinilai sebagai solusi kreatif yang “tidak ditawarkan agensi lain”
Salah satu klien menilai bahwa mereka justru merasa lebih puas karena pelayanan yang diberikan lebih akrab dan responsif. Hubungan agensi–klien berlangsung lebih dari sekadar urusan teknis, tapi juga melibatkan diskusi strategi berkelanjutan.
Prinsip Lean Management yang Diterapkan
Mengacu pada literatur Lean Thinking (Womack & Jones, 2003), Newave menerapkan 3 prinsip utama lean:
- Zero Waste: efisiensi biaya operasional, menghilangkan fungsi yang tidak penting
- Zero Waiting: meminimalisir waktu tunggu dan birokrasi antar divisi
- Zero Complaint: menjamin kualitas layanan yang konsisten meski tim kecil
Evaluasi dan Continuous Improvement
Berkaca pada model Lean Startup (Ries, 2016), Newave menjalankan siklus:
- Learn: belajar dari krisis dan pasar
- Build: membangun solusi digital (seperti EVI)
- Measure: mengukur kepuasan klien, dampak kampanye, dan engagement
Mereka tidak hanya melakukan perampingan sebagai reaksi krisis, tapi menjadikannya sebagai pemicu peningkatan kualitas layanan secara berkelanjutan.
Tantangan dan Mitigasi Risiko
Pengurangan pegawai secara drastis tentu bukan tanpa risiko. Namun Newave memitigasinya dengan:
- Membagi peran lintas fungsi
- Menyiapkan rencana darurat (contingency plan)
- Memastikan setiap posisi memiliki pemahaman tugas menyeluruh
Dengan tim kecil, tiap individu menjadi multitalenta dan lebih terlibat langsung dengan klien, menciptakan hubungan bisnis yang lebih kuat.
Komparasi dengan Studi Lain
Penelitian ini melengkapi literatur tentang lean startup di Indonesia yang sebelumnya lebih fokus pada aspek SDM dan teknologi. Studi ini unik karena:
- Menyoroti praktik lean di sektor jasa kreatif, bukan manufaktur
- Menyediakan contoh konkret dan praktis
- Menampilkan inovasi spesifik (EVI) sebagai output dari lean mindset
Kesimpulan: Lean Bukan Hanya Soal Efisiensi, Tapi Juga Kreativitas
Penelitian ini membuktikan bahwa lean management dalam konteks startup kreatif bukan hanya soal pemangkasan biaya. Ketika dijalankan dengan strategi yang terencana dan didorong oleh semangat inovasi, lean justru menjadi katalis peningkatan nilai bagi pelanggan.
Newave Strategic adalah contoh bahwa dengan tim kecil, inovasi seperti EVI, dan hubungan yang lebih personal dengan klien, sebuah startup tetap bisa unggul bahkan dalam krisis. Lean management bukan hanya membuat bisnis tetap hidup, tapi juga bisa membuatnya tumbuh lebih kuat dan relevan.
Sumber asli:
Gunadi, H. (2023). Analisis Penerapan Lean Management Pada Tingkat Kepuasan Klien: Studi Pada Digital Agency Newave Strategic di Jakarta Selatan. Journal of Research on Business and Tourism, Vol. 3, No. 2, pp. 121–130.