Pendahuluan: Air, Nyawa Irak yang Kian Menipis
Pernah dijuluki sebagai “negara kaya air” di kawasan Timur Tengah, Irak kini menghadapi ironi yang mencemaskan. Menurut studi yang diterbitkan oleh Journal of Water Resource and Protection (2014) oleh Nadhir Al-Ansari dan tim, Irak diprediksi akan menghadapi krisis udara total pada tahun 2040 jika tidak ada perubahan signifikan dalam tata kelola dan kebijakan airnya. Sungai Tigris dan Efrat—sumber kehidupan sejak zaman Mesopotamia—terancam mengering total.
Artikel ini membedah secara sistematis kondisi terkini, menyebabkan krisis eksternal dan internal, serta solusi kebijakan berbasis strategi manajemen udara terpadu.
Statistik Mengkhawatirkan: Menuju Kehabisan Air
Menurut studi proyeksi:
- Pada tahun 2015, ketersediaan udara diperkirakan hanya 43 BCM (miliar meter kubik), sementara kebutuhan mencapai 66,8 BCM .
- Pada tahun 2025, pasokan udara akan turun drastis menjadi hanya 17,61 BCM , sedangkan kebutuhan melonjak menjadi 77 BCM .
- Jika tren ini berlanjut, Tigris dan Efrat diprediksi akan kering sepenuhnya pada tahun 2040 .
Kesenjangan antara pasokan dan permintaan ini bukan hanya soal statistik, melainkan ancaman terhadap ketahanan pangan, stabilitas sosial, dan bahkan eksistensi negara.
Sumber Krisis: Faktor Eksternal dan Internal
Faktor Eksternal: Politik Udara dan Perubahan Iklim
- Turki dan Suriah secara masif membangun bendungan seperti proyek GAP dan Tabqa , yang secara signifikan mengurangi aliran udara ke Irak.
- Perubahan iklim memperparah keadaan dengan menurunnya curah hujan dan peningkatan suhu. Kenaikan suhu 0,4°C per dekade—1,5 kali rata-rata dunia—mengakibatkan peningkatan evaporasi hingga 1900 mm/tahun.
- Proyeksi menunjukkan bahwa Irak akan mengalami musim kering yang lebih panjang, panas yang lebih intens, dan penurunan curah hujan hingga 15% pada akhir abad ini.
Faktor Internal: Mismanajemen dan Infrastruktur Usang
- Infrastruktur irigasi sebagian besar masih merupakan warisan era pra-1990, banyak yang rusak atau tidak efisien.
- Sistem drainase buruk menyebabkan tanah menjadi asin dan tidak produktif.
- Kurangnya pemantauan dan regulasi terhadap eksploitasi udara tanah menyebabkan penurunan drastis cadangan udara bawah tanah.
Tigris dan Efrat: Sungai Hidup yang Terancam Mati
Sungai Tigris dan Efrat menyediakan lebih dari 90% pasokan udara di Irak. Tapi data historis menunjukkan:
- Debit Tigris menurun dari 106 BCM (1969) menjadi hanya 19 BCM ( 1930menjadi hanya 19 SM (1930-an) dalam kondisi kering.dalam kondisi kering.
- Debit Efrat menurun dari 63 BCM (1969) menjadi 9 BCM (1974) .
- Irak hanya memiliki kendali atas 40% dari DAS (daerah aliran sungai) Efrat dan 52% DAS Tigris —sisanya berada di luar negeri.
Dengan konflik geopolitik yang terus berlangsung, pengendalian terhadap sumber ini menjadi rumit dan politis.
Tantangan Utama
1. Ketergantungan lebih pada permukaan udara
92% udara digunakan untuk sektor pertanian, namun efisiensi irigasi hanya 28%. Sistem kanal tua menyebabkan hilangnya besaran udara sebelum sampai ke lahan pertanian.
2. Degradasi Air Tanah
Hanya 5–7% dari total kebutuhan air yang berasal dari air tanah. Namun eksploitasi tanpa pengawasan membuat banyak sumur mulai kering, terutama di wilayah gurun barat.
3. Salinitas dan Penggundulan Tanah
6 juta hektar lahan pinggiran kota kini mengandung garam karena irigasi yang berlebihan dan buruknya drainase. Banyak petani yang meninggalkan lahannya karena tidak lagi produktif.
Strategi Solusi: Dari Proyek Infrastruktur hingga Perubahan Paradigma
Penulis menyarankan lima strategi besar:
1. Visi Nasional Manajemen Udara
Sebuah kerangka kebijakan terpadu berbasis Visi Pengelolaan Air Strategis diperlukan untuk menyinergikan pembangunan, konservasi, dan adaptasi iklim.
2. Modernisasi Sistem Irigasi
- Mengganti sistem kanal terbuka dengan pipa tertutup.
- Mengadopsi irigasi tetes (irigasi tetes) dan irigasi mikro.
3. Penggunaan Udara Non-Konvensional
- Desalinasi air laut untuk kebutuhan domestik di wilayah selatan seperti Basra.
- Pemanenan air (panen air hujan) di daerah pegunungan utara.
4. Pendidikan dan Teknologi
- Menggunakan penginderaan jauh dan sistem GIS untuk memetakan kebutuhan udara dan potensi air tanah secara presisi.
- Edukasi masyarakat dan petani tentang konservasi udara.
5. Kerja Sama Regional
Membangun kerangka diplomasi udara dengan Turki dan Suriah berdasarkan prinsip keadilan dan hak bersama atas sungai lintas negara.
Opini Tambahan: Apa yang Bisa Dipelajari dari Israel dan Australia?
Dua negara ini sukses mengatasi krisis air ekstrem:
- Israel menerapkan teknologi daur ulang udara dan sistem irigasi presisi tinggi, mengolah 85% udara limbahnya menjadi air irigasi .
- Australia membatasi penggunaan air pertanian dan memberikan insentif untuk konversi metode irigasi hemat air.
Irak bisa meniru sistem distribusi udara berbasis kuota digital dan sistem pemantauan berbasis IoT yang sudah mulai diterapkan di negara-negara tersebut.
Kesimpulan: Menyelamatkan Irak Dimulai dari Menyelamatkan Airnya
Makalah ini merupakan peringatan keras bahwa tanpa tindakan sistematis, Irak bisa menjadi negara tanpa sungai di masa depan. Air bukan lagi sumber daya, tapi sumber krisis.
Namun dengan:
- Reformasi manajemen udara,
- Investasi teknologi,
- Kerja sama regional,
- Dan pendidikan publik,
Irak masih bisa menghindari bencana ekologi dan sosial dalam skala besar.
Sumber Referensi:
Al-Ansari, N., Ali, AA, & Knutsson, S. (2014). Kondisi Saat Ini dan Tantangan Masa Depan Masalah Sumber Daya Air di Irak . Jurnal Sumber Daya Air dan Perlindungan, 6, 1066–1098.