Koperasi Angkutan Jakarta atau Kopaja adalah sebuah koperasi yang didirikan pada tahun 1971 untuk menyediakan layanan transportasi publik di Jakarta. Flotil Kopaja terdiri dari lebih dari 1.400 minibus pada pertengahan tahun 2012, lebih dari separuh di antaranya diperkirakan berusia lebih dari 20 tahun.
Kopaja memiliki kapasitas penumpang sekitar 20-30 tempat duduk, mirip dengan layanan MetroMini. Bus Kopaja berwarna hijau dan putih. Namun, meskipun kapasitas nominalnya 20-30 penumpang, bus Kopaja sering kali sangat penuh. Praktik kelebihan penumpang ini sering kali mengorbankan keamanan. Selain itu, para pengemudi sering kali ugal-ugalan dan tidak memperhatikan rambu-rambu lalu lintas dan kendaraan lainnya. Kendaraan diesel Kopaja juga sering kali tidak terawat dengan baik dan menyumbang polusi yang signifikan di Jakarta. Pada akhir tahun 2012, sebagai tanggapan terhadap kritik, ketua organisasi Kopaja mengakui bahwa sekitar 70% bus Kopaja tidak layak jalan, tetapi ia mengatakan bahwa perbaikan akan memerlukan dukungan dari pemerintah Jakarta.
Meskipun memiliki sejumlah masalah, layanan bus Kopaja, seperti opsi transportasi bus murah lainnya seperti angkot, merupakan bagian penting dari jaringan transportasi Jakarta. Terdapat banyak rute yang melintasi kota dan terhubung dengan sistem Bus Rapid Transit (BRT) Transjakarta. Tarifnya murah, sekitar Rp 2.000 per perjalanan (sekitar 20 sen Amerika) untuk sebagian besar layanan. Upaya untuk meningkatkan layanan dengan memperkenalkan bus Kopaja ber-AC yang lebih baru pada tahun 2012 belum terlalu diminati karena penumpang enggan membayar harga lebih tinggi sebesar Rp 5.000 (sekitar 50 sen Amerika) untuk bus berkualitas lebih tinggi. Pemerintah Jakarta juga sesekali melakukan upaya untuk meningkatkan layanan; pada akhir tahun 2015, misalnya, diumumkan bahwa pemerintah akan menyediakan bus baru yang lebih besar di salah satu rute Kopaja (rute S66) dan memperketat pengaturan tarif di rute tersebut.
Tidak jarang ada pengamen, seringkali anak-anak, yang naik ke bus Kopaja. Namun, selain berharap mendapatkan sedikit sumbangan, mereka jarang menyebabkan masalah bagi penumpang.
Rute-rute bus Kopaja memiliki nomor dan mengikuti rute yang ditentukan. Nomor-nomor tersebut terkadang sulit terlihat karena dipasang secara acak di bus, biasanya di jendela depan dan belakang, dan kadang-kadang (atau sebagai alternatif) di jendela samping juga. Terdapat juga halte bus yang ditentukan, tetapi halte-halte tersebut jarang digunakan. Sebaliknya, penumpang hanya mengacungkan tangan kepada bus yang melintas dengan kecepatan rendah dan kemudian menunjukkan tempat di mana mereka ingin turun. Konduktor yang berdiri di pintu depan atau belakang Kopaja, sering kali berteriak tujuan bus saat bus melintas (seperti "Senen, Senen, Senen" pada rute No P.20 yang tertera di bawah), membantu pengaturan ini.
Rute yang diikuti oleh bus Kopaja biasanya tertera di jendela depan bus (seperti Tn. Abang - Ragunan untuk rute No P.19 di bawah). Namun, agak membingungkan, sebagian besar bus memiliki nama-nama besar yang mencolok di jendela depan juga, seperti Mawar (Mawar), Bunga (Bunga), Ikhlas (Ikhlas), Firdaus (Surga), dan bahkan Sexy. Nama-nama ini, yang serArtikel 1: "Koperasi Angkutan Jakarta (Kopaja): Layanan Transportasi Publik dengan Kendala"
Koperasi Angkutan Jakarta (Kopaja) didirikan pada tahun 1971 sebagai koperasi yang menyediakan layanan transportasi publik di Jakarta. Flotil Kopaja terdiri dari lebih dari 1.400 minibus, sebagian besar di antaranya sudah berusia lebih dari 20 tahun. Meskipun memiliki peran penting dalam jaringan transportasi Jakarta, Kopaja menghadapi beberapa masalah yang perlu diperhatikan.
Salah satu masalah utama adalah kelebihan penumpang. Meskipun kapasitas nominalnya adalah 20-30 penumpang, bus Kopaja sering kali sangat penuh. Praktik ini mengorbankan keamanan penumpang dan sering kali menyebabkan ketidaknyamanan. Selain itu, perilaku pengemudi juga menjadi masalah. Mereka sering kali ugal-ugalan, tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas, dan kurang memperhatikan kendaraan lain.
Selain itu, kendaraan diesel Kopaja sering kali tidak terawat dengan baik. Hal ini menyebabkan tingginya tingkat polusi di Jakarta. Pada tahun 2012, sekitar 70% bus Kopaja diketahui tidak layak jalan. Meskipun demikian, perbaikan yang diperlukan membutuhkan dukungan dari pemerintah Jakarta.
Sumber: id.wikipedia.com