Teh Indonesia dikenal karena memiliki kandungan katekin (antioksidan alami) tertinggi di dunia. Katekin merupakan salah satu senyawa utama dari substansi teh dan paling berpengaruh terhadap mutu daun teh. Dalam pengolahannya, senyawa tidak berwarna ini, baik langsung maupun tidak langsung, selalu dihubungkan dengan semua sifat produk teh.
Kebanyakan produksi teh Indonesia berupa teh hitam dan teh hijau. Teh hitam dihasilkan dari pengolahan pucuk daun teh yang mengalami oksidasi enzimatik dengan fermentasi penuh, sementara teh hijau dihasilkan dari pucuk daun teh yang tanpa melalui proses fermentasi atau tanpa oksidasi enzimatik.
Produksi teh di Indonesia tiap tahun sekitar 140.000 ton daun teh kering, sebagian besar dihasilkan oleh perkebunan besar milik negara (40,8 persen), perkebunan swasta (22,7 persen), dan sisanya oleh perkebunan yang dikelola oleh rakyat.
Jawa Barat merupakan provinsi penghasil teh terbesar. Jabar berkontribusi sebanyak dua pertiga dari total produksi nasional, diikuti Jawa Tengah (12,5 persen), dan Sumatera Utara (7 persen). Sisanya tersebar di tujuh provinsi lain yang memiliki perkebunan teh.
Hampir separuh produksi teh nasional diekspor ke 62 negara yang menjadi tujuan ekspor teh Indonesia. Lima besar negara tujuan ekspor, yaitu Malaysia, Rusia, Amerika Serikat, China, dan Taiwan. Teh hitam merupakan jenis teh yang paling banyak diekspor Indonesia. Jumlahnya mencapai 76 – 87 persen dari total volume ekspor teh, sementara sisanya teh hijau yang berkontribusi sekitar 12,5 persen terhadap total volume ekspor.
Selain mengekspor, Indonesia juga mengimpor teh dari 46 negara produsen teh dunia. Tiap tahun Indonesia mengimpor teh tak kurang dari 10.000 ton dengan nilai 23 juta dollar AS. Impor teh hitam menyumbang 78 persen dari volume impor, sementara 20 persennya disumbang dari teh hijau. Lima besar negara yang mengimpor teh ke Indonesia, yakni Vietnam, Malaysia, Kenya, Thailand, dan Kenya.
- Sejarah
Tanaman teh (Camellia sinensis) memiliki sejarah panjang hingga menjadi minuman terpopuler di dunia selain komoditas kopi. Tanaman teh pertama kali ditemukan di Tiongkok, tepatnya di Provinsi Yunnan, bagian barat daya Tiongkok. Iklim Yunnan yang tropis dan subtropis, yaitu hangat dan lembap menjadi tempat yang sangat cocok bagi tanaman teh.
Catatan sejarah menyebut, teh pertama kali ditemukan di China oleh Kaisar Shen Nong pada tahun 2373 sebelum Masehi. Penemuan itu terjadi saat Shen Nong berkeliling mencari tanaman obat baru. Saat merasa tak enak badan, Shen Nong memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon.
Kaisar pun merebus air untuk melepas dahaga. Beberapa helai daun jatuh ke dalam minumannya. Alih-alih membuang daun yang jatuh, Shen Nong tetap meminumnya. Tak lama, Shen Nong merasa badannya membaik setelah minum air dengan daun yang punya rasa sedikit pahit, tapi kaya nutrisi tersebut.
Sejak saat itu, Shen Nong memperkenalkan minuman yang diseduh dengan daun tersebut. Minuman itu jadi minuman khusus untuk Istana Kekaisaran. Minuman dengan campuran daun teh inilah yang kemudian disebut sebagai asal mula teh.
Teh awalnya memang digunakan untuk bahan obat-obatan sejak abad ke-8 SM. Orang-orang Tiongkok pada waktu itu mengunyah teh dan menikmati rasa yang menyenangkan dari sari daun teh. Teh juga sering kali dipadukan dengan ragam jenis makanan dan racikan masakan.
Dalam perkembanganya, minuman teh semakin dikenal luas masyarakat. Beberapa abad kemudian, minum teh dilengkapi dengan berbagai ritual dan melekat dengan kebudayaan masyarakat China. Teh juga digunakan sebagai tradisi dalam menjamu para tamu. Kebiasaan minum teh pun menyebar, bahkan melekat erat pada setiap lapisan masyarakat.
Teh kemudian menyebar tidak hanya di China, melainkan hingga ke Jepang dan Korea. Orang China yang bepergian ke luar negaranya ikut membawa teh bersama mereka ke banyak negara Asia lainnya, termasuk Indonesia.
Di Jepang, konsumsi teh menyebar melalui kebudayaan Tiongkok yang menjangkau setiap aspek masyarakat. Teh diminati pula dalam kekaisaran Jepang, yang kemudian menyebar dengan cepat di kalangan istana dam masyarakat Jepang. Teh bahkan menjadi budaya dan bagian dari seni yang dituangkan dalam upacara teh Jepang (Cha-no-yu atau air panas untuk teh).
Budaya mengonsumsi teh yang sudah dilakukan di Tiongkok dan Jepang kemudian menyebar ke Eropa. Budaya teh dibawa oleh para misionaris Eropa yang pulang ke negaranya setelah mereka tinggal beberapa waktu di Asia. Mereka membawa budaya teh ke daratan Eropa pada abad ke-17. Teh pun kemudian menyebar dan makin populer ke seluruh Eropa dan bahkan jadi kebiasaan baru orang-orang Eropa. Masyarakat Eropa sangat menggemari teh dan konsumsi teh pun meningkat pesat. Teh pun menjadi bagian dari masyarakat di Eropa dan ragam kombinasi konsumsi teh pun disajikan di restoran dan kedai minuman.
Di Indonesia, bibit tanaman teh pertama kali masuk dibawa dari Jepang oleh ahli botani dari Jerman, Andreas Cleyer pada 1664 dan ditanam sebagai tanaman hias di Batavia (kini Jakarta). Pada 1827, Pemerintah Kolonial Hindia Belanda kemudian membudidayakan teh dalam skala besar di Kebun Percobaan Cisurupan, Jawa Barat. Pemerintah Hindia Belanda mendatangkan bibit teh dari Tiongkok dalam jumlah banyak untuk ditanam di kebun percobaan itu.
Selanjutnya, teh mulai berkembang di Jawa. Teh menjadi salah satu tanaman yang wajib ditanam oleh rakyat melalui politik Cultuur Stelsel (1830). Rakyat dipaksa menanam teh di tanah milik sendiri atau sewaan dan ketika panen akan dibeli oleh Belanda untuk mengisi pundi-pundinya.
Sejak saat itu, teh menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Hingga tahun 1841, luas kebun teh di Jawa ada 2.129 hektare. Lima tahun kemudian, luasnya meningkat menjadi 3.193 hektare. Masa tanam paksa ini berakhir tahun 1870 setelah pemerintah kolonial Belanda menerapkan kebijakan liberalisasi ekonomi dengan berlakunya Undang-Undang Agraria.
Pemberlakuan undang-undang ini mengubah Priangan (sekarang Jawa Barat) menjadi daerah tambang “emas hijau”. Sejak itu, perkebunan teh mulai dikembangkan di wilayah Bandung dan memunculkan perusahaan-perusahan swasta besar yang mengelola perkebunan teh dalam skala besar.
Penanaman teh terus berlanjut dalam skala yang lebih besar di seluruh penjuru Hindia-Belanda, terutama di Pulau Jawa, meliputi Bandung, Subang, Bogor, Garut, Purwakarta, dan Banyuwangi. Pabrik-pabrik pengolahan teh pun mulai didirikan, seiring dengan semakin banyaknya perkebunan teh yang dibangun. Teh dianggap sebagai komoditas yang menguntungkan kala itu. Sejak saat itulah, masyarakat pribumi mulai mengenal tanaman teh yang kian populer dalam kehidupan sehari-hari hingga sekarang.
Hingga saat ini, teh yang banyak diproduksi di Indonesia adalah teh hitam dan hijau. Indonesia tercatat sebagai negara penghasil teh terbesar ke-8 di dunia dengan produksi tiap tahun sekitar 150.000 ton dan tercatat sebagai eksportir ke-5 teh hitam dunia.
- Jenis teh
Teh yang berasal dari tanaman teh (Camellia sinensis) dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan cara pemrosesannya sebelum dan setelah dipetik dari pohon, yakni teh hitam, teh oolong, teh hijau, dan teh putih.
Teh hitam atau Black Tea adalah jenis teh yang paling banyak diproduksi dan diekspor di Indonesia. Bahkan, negara ini tercatat sebagai negara pengekspor teh hitam terbesar ke-5 di dunia.
Teh hitam diolah melalui proses fermentasi enzimatis yang tidak menggunakan mikroba dalam proses fermentasinya. Fermentasi yang terjadi menggunakan enzim fenolase yang telah terkandung dalam teh dan mengoksidasi katekin menjadi senyawa antioksidan teaflavin dan tearubigin.
Fermentasi pada teh hitam dikaregorikan sebagai fermentasi penuh karena prosesnya yang lebih lama dan kompleks daripada jenis teh yang lain. Proses pembuatan teh hitam dilakukan pertama kali adalah pelayuan selama 14 – 24 jam pada suhu ruang yang kemudian daun digulung dan dipelintir untuk melepaskan enzim alaminya.
Setelah proses penggulungan, daun disimpan pada tempat yang dingin dan lembab untuk dilakukan fermentasi dan oksidasi dengan bantuan oksigen dan enzim fenolase selama 1 hingga 2 hari. Proses fermentasi ini sangat menentukan kualitas warna dan rasa teh hitam. Kemudian, teh yang telah difermentasi dikeringkan melalui proses pengovenan atau penjemuran untuk menghentikan proses oksidasinya dan selanjutnya dikemas untuk disimpan atau dipasarkan.
Teh hitam yang dihasilkan biasanya berdaun hitam dengan aroma khas teh yang kuat, dan setelah diseduh akan berwarna merah hingga merah kehitaman dengan rasa teh yang cenderung asam atau pahit beraroma khas teh.
Jenis teh berikutnya adalah Teh Oolong/Oolong Tea yang dihasilkan melalui pengolahan secara semi fermetasi. Teh ini melewati proses fermentasi tetapi dihentikan sesegera mungkin melalui pemanasan setelah proses penggulungan daun.
Pada proses pengolahan, teh oolong pertama-tama dilakukan dengan melayukan daun di bawah sinar matahari selama kurang lebih 1 hari, kemudian daun dilakukan proses penggulungan agar terjadi proses fermentasi enzimatis. Setelah daun terpapar udara, warna daun akan berubah menjadi lebih gelap dan proses fermentasi telah terjadi. Daun teh yang telah berwarna gelap itu lalu segera dipanaskan untuk menghentikan proses fermentasi dan dikeringkan.
Daun teh oolong pada umumnya berwarna hitam dengan bentuk bulat menggumpal serta memiliki rasa dan aroma yang khas. Aromanya lebih ringan dibanding teh hitam, tetapi lebih pekat daripada teh hijau.
Adapun Teh Hijau/Green Tea dalam pengolahannya tidak melalui proses fermentasi. Teh jenis ini dibuat dengan cara menginaktifkan enzim fenolase yang ada pada pucuk daun teh segar setelah proses pemanenan dengan cara pemanasan saat baru dipetik. Pemanasan biasanya dilakukan dengan cara udara kering (disangrai atau dioven) dan pemanasan menggunakan uap panas.
Proses pemanasan daun teh akan memberikan aroma dan rasa teh yang berbeda-beda. Pemanasan daun teh dengan uap panas akan memberikan warna teh dan seduhannya yang lebih hijau terang dengan rasa dan aroma yang ringan, sedangkan pada proses pemanasan metode oven atau sangrai akan memberikan warna dan seduhan cenderung lebih gelap dan memiliki rasa dan aroma smoky serta creamy.
Jenis teh lainnya, Teh Putih, dihasilkan dari pucuk daun teh yang tidak melalui proses fermentasi sama sekali, sama seperti teh hijau. Pucuk daun yang sudah dipanen segera dilakukan pemanasan dan pengeringa melalui penguapan. Jenis teh ini merupakan teh premium yang harganya terbilang mahal dibandingkan jenis lain.
Teh putih dihasilkan dari kuncup-kuncup daun muda yang masih ditutupi oleh rambut-rambut putih halus. Daun teh jenis ini memiliki kandungan senyawa antioksidan katekin yang lebih tinggi dibanding jenis teh lainnya. Itu diperoleh dari proses pengolahannnya yang singkat sehingga khasiat dari teh putih juga lebih baik dibanding jenis teh lainnya. Daun teh putih berwarna putih kecoklatan dengan aroma teh yang khas, dan ketika diseduh rasa dan aroma dari teh putih sangatlah ringan serta berwarna bening sedikit keruh.
- Manfaat teh
Dalam secangkir teh, terdapat beberapa zat utama yang bermanfaat bagi kesehatan. Zat itu, antara lain, polifenol berupa katekin dan flavanol. Senyawa ini berfungsi sebagai antioksidan untuk menangkap radikal bebas dalam tubuh juga ampuh mencegah berkembangnya sel kanker dalam tubuh
Dalam satu cangkir teh juga mengandung vitamin E sebanyak sekitar 100 – 200 IU. Jumlah kandungan vitamin E itu merupakan kebutuhan satu hari bagi tubuh manusia. Vitamin E berfungsi menjaga kesehatan jantung dan membuat kulit menjadi halus. Teh juga mengandung vitamin C yang berfungsi sebagai imunitas atau daya tahan bagi tubuh manusia. Selain itu, vitamin C juga berfungsi sebagai antioksidan yang diperlukan untuk ketahanan tubuh manusia terhadap penyakit. Sementara Vitamin A yang ada pada teh berbentuk betakaroten yang diperlukan tubuh.
Dengan mengonsumsi teh secara rutin, setidaknya ada lima manfaat bagi kesehatan. Yang pertama, yakni mencegah risiko diabetes. Rutin mengonsumsi teh akan menjauhkan seseorang dari risiko terkena diabetes tipe 2. Jenis teh yang sangat baik untuk dikonsumsi untuk mencegah diabetes adalah teh hijau dan teh hitam tanpa pemanis. Kedua jenis teh tersebut berkhasiat untuk meningkatkan sensitivitas insulin sehingga dapat menurunkan risiko diabetes.
Manfaat kedua, yakni meningkatkan konsentrasi. Kandungan kafein dalam teh bermanfaat untuk meningkatkan fokus dan konsentrasi pada seseorang. Kafein bekerja dengan cara mengalir melalui pembuluh darah dan merangsang kinerja sistem saraf pusat, sehingga dapat melancarkan peredaran darah ke otak.
Manfaat teh berikutnya, yakni menjaga kesehatan rongga gigi dan mulut berkat kandungan antioksidan dalam teh. Dengan mengonsumsi teh secara rutin, maka dapat menurunkan pertumbuhan bakteri di dalam rongga mulut, menurunkan risiko terkena karies gigi karena bakteri di dalam mulut telah dibunuh, serta mencegah bau mulut.
Mengonsumsi teh secara rutin bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah. Salah satu jenis yang direkomendasikan adalah teh hitam. Teh hitam berkhasiat untuk menurunkan tekanan darah diastolik dan tekanan darah sistolik.
Manfaat utama lainnya, yakni kandungan antioksidan yang tinggi dalam daun teh mencegah pertumbuhan sel-sel kanker, sehingga mencegah risiko terkena kanker. Antioksidan bekerja dengan cara melawan radikal bebas yang menyerang sel-sel dalam tubuh dan mengakibatkan kerusakan sel tubuh yang menjadi penyebab kanker. Dengan mengonsumsi teh secara rutin, dapat mencegah risiko kanker sejak dini.
- Produsen teh dunia
Data Food & Agriculture (FAO) menunjukkan, Tiongkok atau China memproduksi teh mencapai 2,97 juta ton pada 2020. Capaian tersebut menjadikan negara Tirai Bambu itu sebagai produsen teh terbesar di dunia yang dihasilkan dari lahan seluas sekitar 2,2 juta hektare.
India tercatat sebagai produsen teh terbesar kedua di dunia dengan menghasilkan teh sebanyak 1,42 juta ton dari luas lahan sekitar 621 ribu hektare. Sedangkan posisi ketiga ditempati oleh Kenya dengan produksi teh sebesar 569,5 ribu ton di lahan seluas 269,4 ribu hektare.
Berikutnya, produksi teh di Argentina dan Sri Lanka masing-masing sebesar 335,2 ribu ton dan 278,4 ribu ton. Argentina dan Sri Lanka memiliki luas lahan perkebunan teh seluas sekitar 200 ribu hektare.
Turki menyusul di urutan berikutnya dengan produksi teh 255,1 ribu ton pada area seluas 84,8 ribu hektare, dan Vietnam menghasilkan teh sebesar 240,4 ribu ton. Jumlah itu menjadikan Vietnam sebagai negara pengahasil teh terbesar di Asia Tenggara.
Sementara Indonesia menempati posisi ke-8 sebagai produsen teh dunia. Indonesia pada tahun 2020 menghasilkan teh sebesar 138,3 ribu ton di area perkebunan 108,7 ribu hektare. Myanmar dan Thailand menyusul dengan produksi teh masing-masing 126,4 ribu ton dan 97,6 ribu ton. Myanmar memiliki area perkebunan teh seluas 89,8 ribu hektare.
- Produksi Teh Indonesia
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah produksi teh di Indonesia mencapai 136.800 ton pada 2022. Nilai tersebut turun 5,72 persen dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 145.100 ton.
Melihat trennya, produksi teh nasional fluktuatif dan cenderung menurun dalam satu dekade terakhir. Kondisi itu terjadi seiring dengan menyusutnya luas perkebunan teh di dalam negeri yang disebabkan banyaknya alih fungsi lahan perkebunan teh menjadi bangunan. Di samping itu, para perusahaan perkebunan kerap mengganti teh dengan tanaman yang punya nilai jual lebih tinggi.
Provinsi Jawa Barat menjadi sentra produksi teh terbesar di Indonesia. Tahun 2022, provinsi itu menghasilkan 91.600 ton daun teh kering. Berikutnya, Jawa Tengah dengan produksi teh sebesar 17.600 ton. Produksi teh di Sumatera Utara berada di posisi ke-3 dengan 9.700 ton. Sedangkan, produksi teh di Sumatera Barat dan Jambi masing-masing sebanyak 5.800 ton dan 4.400 ribu ton menempatkan provinsi itu diurutan ke-4 dan ke-5.
Jawa Barat sendiri memiliki luas lahan perkebunan teh terbesar di Indonesia, yakni seluas 86.976 ha pada tahun 2021, menyumbang sekitar 77,62 persen dari perkebunan teh nasional. Sejalan dengan hal tersebut, produksi teh Jawa Barat merupakan yang terbesar secara nasional, yakni sebesar 89.218 ton pada tahun 2021, atau menyumbang 68,87 persen produksi teh nasional. Perkebunan teh di Jawa Barat banyak terdapat di daerah yang beriklim sejuk seperti di Bandung, Subang, Garut, dan Bogor.
Perkebunan-perkebunan teh di Indonesia biasanya dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara (contohnya Perkebunan Nusantara). Meski demikian, beberapa perusahaan swasta juga mengelola perkebunan teh, antara lain, Kabepe Chakra dan Gunung Slamat. Teh Indonesia dikenal karena memiliki kandungan katekin (antioksidan alami) tertinggi di dunia. Kebanyakan produksi teh Indonesia adalah teh hitam, diikuti oleh teh hijau.
- Ekspor Teh
Hampir setengah dari produksi teh Indonesia diekspor keluar negeri. Pasar ekspor utamanya adalah Malaysia, Rusia, Australia, Inggris, dan Pakistan. Teh Indonesia yang diekspor terutama berasal dari perkebunan-perkebunan besar di negara ini, baik yang dimiliki negara maupun swasta. Perusahaan itu biasanya menghasilkan teh bermutu tinggi atau premium yang laku di pasar internasional.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor teh dari Indonesia pada 2021 mencapai 89,2 juta dollar AS dengan volume 42.654 ton pada 2021. Nilai ekspor teh Indonesia itu turun 7,43 persen dibandingkan pada 2020 yang sebesar 96,32 juta dollar AS. Sementara, volume ekspor teh itu turun 5,77 persen dari tahun sebelumnya. Pada 2020, volume ekspor teh Indonesia tercatat sebanyak 45.265 ton.
Tahun 2021, nilai ekspor teh Indonesia paling besar ke Malaysia 7.467 ton atau sebesar 17,51 persen terhadap total volume ekspor teh Indonesia dengan nilai sebesar 11,7 juta dollar AS. Peringkat kedua adalah Russia dengan volume ekspor sebesar 6.674 ton atau menyumbang 15,65 persen dan nilai ekspornya sebesar 11,2 juta dollar AS.
Kemudian yang ketiga Amerika Serikat dengan kontribusi 7,89 persen dengan volume ekspornya sebesar 3.426 ton dengan nilai ekspor 5,9 juta dollar AS, sementara China dan Taiwan berada di posisi keempat dan kelima. Ekspor teh ke China pada tahun 2021 mencapai 2.381 ton atau sekitar 5,58 persen dengan nilai ekspor sebesar 4,1 juta dollar AS, sedangkan untuk Taiwan sebesar 2.217 ton atau 5,20 persen dengan nilai ekspor mencapai 4,5 dollar AS.
Jika dicermati lebih jauh, ekspor teh Indonesia fluktuatif dan cenderung menurun dalam 5 tahun terakhir. Pada tahun 2017 volume ekspor teh Indonesia sebanyak 54.187 ton dengan nilai sebesar 114,2 juta dollar AS. Sementara ekspor tahun 2018 menurun sebesar 9,50 persen, yakni sebanyak 49.038 ton dengan nilai sebesar 108,5 juta dollar AS.
Pada tahun 2019 ekspor teh kembali menurun sebesar 12,70 atau menjadi 42.811 ton dengan nilai 92,3 juta dollar AS. Sementara pada tahun 2020 kembali meningkat 5,73 persen menjadi 45.265 ton dengan nilai 96,3 juta dollar AS .
Selama periode tahun 2017 – 2021, teh Indonesia yang diekspor sebagian besar dalam bentuk teh hitam sekitar 76 – 87 persen. Tercatat Pada tahun 2021 volume ekspor teh hitam mencapai 37.331 ton atau 87,5 persen terhadap total volume ekspor teh dengan nilai ekspor sebesar 77,3 juta dollar AS. Sementara ekspor teh hijau pada periode tersebut cenderung menurun. Tercatat pada tahun 2021 volume ekspor teh hijau mencapai 5.323 ton atau 12,5 persen terhadap total volume ekspor teh dengan nilai ekspor sebesar 11,9 juta dollar AS.
Sumber: https://kompaspedia.kompas.id/