Kolaborasi Riset, Industri, dan Pemerintah dalam Mengurangi Risiko Longsor di Norwegia: Studi Kasus Inovasi Klima 2050

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

25 Juli 2025, 07.26

pixabay.com

Menghadapi Tantangan Iklim Global melalui Kolaborasi Nasional

Dalam menghadapi risiko bencana yang semakin kompleks akibat perubahan iklim, Norwegia menunjukkan pendekatan inovatif melalui kolaborasi lintas sektor dan disiplin ilmu. Paper “Landslide Risk Reduction Through Close Partnership Between Research, Industry, and Public Entities in Norway: Pilots and Case Studies” oleh Solheim dkk. (2022) mengangkat inisiatif riset nasional bernama Klima 2050, yang menargetkan adaptasi iklim terhadap risiko tanah longsor melalui pilot project berbasis kemitraan.

Perubahan iklim telah meningkatkan curah hujan ekstrem di Norwegia sebesar 18% sejak tahun 1900, dan diproyeksikan meningkat hingga 18% lagi hingga akhir abad ini. Hal ini memperbesar frekuensi kejadian longsor, banjir, dan erosi yang mengancam infrastruktur dan keselamatan publik.

H2: Klima 2050 – Inovasi Nasional Melalui Kemitraan Jangka Panjang

Klima 2050 merupakan bagian dari program Centres for Research-based Innovation (CRI) yang didanai selama delapan tahun oleh Norwegian Research Council. Program ini mendorong kolaborasi antara institusi riset, sektor swasta, dan lembaga publik. Dalam struktur organisasinya, pilot project dijadikan platform utama untuk riset terapan dan inovasi teknologi.

Total terdapat 19 mitra dalam Klima 2050 yang terdiri atas:

  • 5 institusi riset dan universitas,
  • 6 entitas publik termasuk otoritas jalan dan perkeretaapian,
  • 8 perusahaan swasta di sektor konstruksi dan teknologi.

Pendanaan sebesar 57% berasal dari mitra dan 43% dari pemerintah, mengindikasikan komitmen kuat dari sektor non-pemerintah dalam membangun ketangguhan infrastruktur terhadap perubahan iklim.

H2: Studi Kasus: Dampak Longsor dan Respon Kolaboratif

H3: Kasus Longsor di Kvam dan Jølster

Dua kejadian besar menjadi pemicu pendirian pilot-pilot Klima 2050:

  • Kvam (2011 & 2013): Lebih dari 100 longsor akibat kombinasi hujan ekstrem dan pencairan salju menyebabkan kerusakan parah senilai lebih dari 200 juta Euro.
  • Jølster (2019): Hujan lebat lokal yang tak terdeteksi sistem prakiraan menyebabkan lebih dari 50 longsor, 1 korban jiwa, dan gangguan infrastruktur skala besar.

Kerugian asuransi yang diklaim akibat longsor dan avalanches dalam satu dekade terakhir mencapai 180 juta Euro, belum termasuk kerusakan pada infrastruktur dan dampak sosial seperti evakuasi massal dan trauma masyarakat.

H2: Empat Pilot Inovatif: Teknologi, Data, dan Solusi Berbasis Alam

H3: 1. LaRiMiT – Toolbox Digital untuk Pengambil Keputusan

LaRiMiT (Landslide Risk Mitigation Toolbox) adalah portal web yang membantu pemerintah daerah dan pemilik infrastruktur memilih solusi mitigasi yang paling sesuai berdasarkan data teknis, lingkungan, dan sosial ekonomi. Dikembangkan sejak 2016, tool ini menggabungkan masukan pengguna dengan penilaian ahli, dan menyediakan berbagai opsi mitigasi, termasuk Nature-Based Solutions (NBS).

Inovasi penting dari LaRiMiT adalah kemampuannya menghasilkan peringkat rekomendasi otomatis berdasarkan atribut situs tertentu seperti:

  • Jenis longsor,
  • Kondisi geoteknik,
  • Dampak ekologis dan ekonomi dari intervensi.

Tool ini kini menarik minat internasional dan telah dimanfaatkan oleh otoritas transportasi, konsultan, dan akademisi di luar Norwegia.

H3: 2. Trollstigen – Sistem Peringatan Dini untuk Jalan Wisata

Jalur Trollstigen, jalan ikonik Norwegia yang sering dikunjungi turis, rentan terhadap longsor dan aliran debris. Pilot ini bertujuan menciptakan sistem peringatan dini yang menggabungkan:

  • Data radar cuaca lokal,
  • Sensor meteorologi permanen,
  • Alat ukur aliran permukaan sungai.

Manfaatnya:

  • Menghindari penutupan jalan yang tidak perlu,
  • Menyediakan sistem peringatan berbasis data lokal,
  • Dapat direplikasi untuk jalur infrastruktur lain di wilayah serupa.

Kolaborator utama mencakup NPRA, MET Norway, NGI, dan konsultan swasta Multiconsult.

H3: 3. Eidsvoll – Mitigasi Longsor di Kawasan Warisan Budaya

Lokasi ini melibatkan lereng curam yang terletak di dekat gereja abad ke-12. Karena lokasi adalah kawasan cagar budaya, tidak mungkin membangun dinding penahan atau solusi fisik lainnya. Maka, pendekatan berbasis sensor dan sistem peringatan dini berbasis data real-time menjadi pilihan utama.

Sensor yang dipasang melacak:

  • Kadar air dalam tanah,
  • Tekanan pori,
  • Kemiringan tanah.

Tujuan akhirnya adalah membangun sistem prediktif yang dapat mendeteksi tanda-tanda awal ketidakstabilan lereng dan mengeluarkan peringatan otomatis kepada otoritas perkeretaapian.

H3: 4. Bodø – Uji Solusi Drainase dan NBS dalam Skala Lapangan

Di Bodø, lereng sepanjang jalur rel mengalami setidaknya tiga longsor besar dalam 25 tahun terakhir. Pilot ini fokus pada:

  • Pengujian 5 jenis solusi mitigasi, termasuk metode NBS seperti vegetasi lokal (live fascines),
  • Pengumpulan data dari 6 pengeboran geoteknik dan sensor kelembaban tanah,
  • Evaluasi efektivitas biaya dan kemudahan pemeliharaan.

Pendekatan ini membuka peluang inovasi produk dan layanan baru bagi industri konstruksi Norwegia.

H2: Analisis Kritis dan Implikasi Global

Pendekatan Klima 2050 membuktikan bahwa kolaborasi lintas sektor bukan hanya meningkatkan efektivitas teknis mitigasi risiko, tetapi juga menghasilkan dampak ekonomi dan sosial yang nyata:

  • Efektivitas biaya: Meskipun investasi awal tinggi, solusi berbasis data dan peringatan dini mampu mencegah kerugian jauh lebih besar.
  • Transferabilitas global: Solusi seperti LaRiMiT dan sistem peringatan lokal bisa diterapkan di negara lain yang menghadapi ancaman serupa.
  • Inovasi terbuka: Semua data hasil proyek tersedia untuk umum, mendukung pengembangan ilmu dan adaptasi lintas negara.

Namun, tantangan terbesar tetap pada mentalitas silo yang masih banyak terjadi di institusi dan lembaga publik, sebagaimana disebutkan dalam diskusi penutup paper. Silo ini menghambat pertukaran informasi antar disiplin dan memperlambat adopsi inovasi, terutama untuk pendekatan baru seperti NBS.

H2: Kesimpulan: Membangun Resiliensi Lewat Kolaborasi dan Teknologi

Klima 2050 membuktikan bahwa adaptasi terhadap risiko iklim, terutama tanah longsor, memerlukan:

  • Sinergi antara riset, industri, dan pemerintah,
  • Pemanfaatan teknologi berbasis data real-time,
  • Pendekatan keberlanjutan melalui NBS,
  • Transfer pengetahuan lintas sektor dan disiplin.

Dengan pilot-pilot yang sukses dan dapat direplikasi, Norwegia telah menunjukkan bahwa risiko bencana bukan hanya bisa dikelola, tetapi juga bisa menjadi peluang inovasi teknologi dan kolaborasi lintas sektor yang produktif.

Sumber asli:
Solheim A., Kalsnes B., Strout J., Piciullo L., Heyerdahl H., Eidsvig U., Lohne J. (2022). Landslide risk reduction through close partnership between research, industry, and public entities in Norway: Pilots and case studies. Frontiers in Earth Science, Vol. 10, Article 855506.