Startup perikanan eFishery mencatatkan diri sebagai startup akuakultur terbesar di dunia. Meski belum menyandang gelar unicorn, profit eFishery disebut melebihi startup bergelar decacorn sekelas Gojek. Perjalanan eFishery untuk mencapai titik ini jelas tidak mudah. Apalagi eFishery menjalankan startup yang kurang populer dan sering dianggap remeh. Dalam wawancara khususnya bersama detikcom, CEO eFishery Gibran Huzaifah menceritakan kisahnya merintis eFishery dari nol hingga menjadikan usahanya sebagai startup aquatech terbesar di dunia.
Gibran memiliki kolam ikan pertamanya sejak duduk di bangku kuliah, tepatnya di tahun 2009. Ia mengaku terinspirasi dari mata kuliah agrikultur ketika mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB). "Jadi dari 2009 saya buka kolam ikan sendiri. Dari tadinya satu kolam, nambah jadi 10 kolam, nambah jadi 20 kolam, sampai pas saya lulus kuliah, saya punya 70-an kolam," katanya kepada detikcom, Senin (18/7/2022).
Selain itu, segudang masalah di sektor perikanan turut menggerakkan Gibran untuk memberi solusi lewat eFishery. Misalnya, masalah pemberian pakan yang tidak optimal, permodalan yang kurang, hingga biaya pakan yang mahal. "Ide awalnya (mendirikan eFishery) sebenarnya dari celetukan, ngobrol sama pembudi daya ikan, saya nyeletuk, gimana kalo saya bisa bikin alat dan ngasih makan ikan dari HP. Dan akhirnya pas ngobrol sama pembudi daya ikan, mereka langsung tertarik," ungkapnya. Dari obrolan itu, eFishery mengeluarkan produk pertamanya yaitu eFishery Feeder atau alat pemberi pakan otomatis. Kini, eFishery mengeluarkan lebih banyak layanan seperti eFishery Kabayan, eFishery Mall, eFishery Farm, dan lain-lain.
Gibran sendiri awalnya hanya bermimpi punya 1.000 kolam, tapi kini hasilnya jauh melebihi target itu. Pasalnya, jaringan kolam di bawah naungan eFishery kini berjumlah lebih dari 200 ribu kolam. Dan di tahun 2025, ia menargetkan memiliki 1 juta kolam ikan. Dengan total sebanyak itu, estimasi omzet yang didapatkan pembudi daya ikan ditaksir sekitar Rp 20 triliun - Rp 30 triliun dalam setahun. Gibran menjelaskan, untuk saat ini dalam sekali panen, setiap kolam dapat menghasilkan omzet Rp 40 juta - Rp 45 juta per siklus, atau Rp 15 juta per bulan. Artinya, tiap kolam dapat menghasilkan omzet Rp 180 juta dalam setahun, atau Rp 36 triliun tiap tahunnya untuk 200 ribu kolam yang menjadi mitra eFishery saat ini.
Tahun ini eFishery berhasil ekspansi ke 25 provinsi di Indonesia, Mulai dari Aceh, Nusa Tenggara Timur, hingga Minahasa Utara di Sulawesi. Ke depannya, eFishery berencana melakukan ekspansi regional ke pasar internasional seperti India dan Thailand. Dalam perjalanannya, Gibran turut bercerita kendala yang dihadapinya saat merintis eFishery. Misalnya, kultur masyarakat yang cenderung skeptis terhadap teknologi, mental yang sulit dikembangkan, dan beragam persoalan lainnya. "Waktu saya tanya ke 10 pembudi daya pertama, 'Pak kenapa sih bapak mau pakai'. Dan alasannya itu bukan karena teknologinya apa, bukan karena inovasinya, nggak sama sekali. Alasannya karena Mas Gibran datang terus katanya. Saya kasihan sama mas Gibran," kata Gibran sambil tersenyum kecil.
Tetapi, melalui pendekatan komunitas dan bukti yang ditawarkan eFishery, para pebudidaya ikan akhirnya tertarik bergabung bersama Gibran. Sambil terus melebarkan sayap bisnisnya, eFishery kini bergerak menjadi startup yang sangat diperhitungkan. eFishery bahkan disebut akan segera unicorn, meskipun Gibran enggan menanggapinya secara mendalam. Menurutnya, target utama eFishery adalah mengembangkan bisnis dan memberikan value bagi para mitranya.
Dari segi pendanaan, eFishery mendapatkan total lebih dari US$ 120 juta. Awal tahun ini, startup teknologi perikanan terbesar di dunia ini mendapatkan pendanaan seri C sebesar US$ 90 juta. Menurut Gibran, kepercayaan yang investor berikan kepada eFishery disebabkan karena model bisnis yang jelas, serta iklim persaingan yang hampir tidak ada. Gibran sendiri mengaku tidak memiliki saingan berarti di sektor perikanan. "Jadi saat yang lain masih nggak jelas model bisnisnya, terus kompetisinya banyak, eFishery berdiri sendiri. Bisnis modelnya berdiri sendiri, akhirnya mereka (investor) percaya ke kita," ungkapnya.
Menurutnya, hal itu juga lah yang membuat eFishery selamat dari pandemi COVID-19, dan sepi dari pemberitaan badai PHK yang melanda startup. Saat ditanya kapan eFishery akan bergelar unicorn, Gibran memberikan tanggapannya. "Nggak tahu juga sih. Karena itu tadi bukan fokus kita. Karena unicorn itu kan, kalau next kita fundraising kemungkinan besar kita jadi unicorn," pungkasnya.
Sumber: finance.detik.com