Industri minyak dan gas memiliki risiko kebakaran yang sangat tinggi. Sifat bahan bakar yang mudah terbakar, tingginya tekanan kerja, serta berbagai faktor lingkungan menjadikan sistem tanggap darurat kebakaran sebagai komponen krusial dalam operasional perusahaan. Penelitian ini mengkaji kesiapan Fire Emergency Response System di PT X, salah satu perusahaan minyak dan gas terbesar di Indonesia. Dengan menggunakan FERRAT Form (Fire and Emergency Response Readiness Assessment Tools) sebagai instrumen evaluasi, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kelemahan dan memberikan rekomendasi perbaikan dalam sistem tanggap darurat kebakaran.
Penelitian ini dilakukan dengan metode cross-sectional, di mana observasi langsung dilakukan terhadap sistem tanggap darurat kebakaran di PT X. Evaluasi dilakukan menggunakan FERRAT Form, yang terdiri dari tiga elemen utama:
- Desain kesiapsiagaan tanggap darurat kebakaran – mencakup identifikasi bahaya dan kajian risiko kebakaran.
- Ketersediaan sarana dan prasarana – memastikan infrastruktur yang sesuai untuk menangani kebakaran.
- Kesiapan peralatan dan sumber daya – mengevaluasi apakah peralatan pemadam kebakaran dalam kondisi siap digunakan.
Menurut data dari Bureau of Safety and Environmental Enforcement (2012), kebakaran di industri minyak dan gas sering terjadi akibat kurangnya pelatihan terhadap pekerja, ketidaksiapan sistem keamanan, serta kelalaian dalam operasional. Kasus kebakaran besar di kilang minyak di Indramayu, Jawa Barat (2021) mengakibatkan kerugian finansial hingga miliaran rupiah. Penyebab utamanya adalah kebocoran tangki dan kurangnya sistem keamanan kebakaran.
Di PT X sendiri, kebakaran yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir mengakibatkan kerugian hingga 1,2 triliun rupiah. Investigasi menunjukkan bahwa sistem fire emergency response yang ada masih memiliki berbagai kelemahan, terutama dalam hal manajemen sistem kebakaran dan kesiapan peralatan pemadam.
Temuan dari Evaluasi FERRAT Form
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa hanya 40% desain sistem kesiapsiagaan PT X berada dalam kategori "acceptable", sementara 40% masih dalam kategori "not acceptable". Beberapa kelemahan yang ditemukan meliputi:
- Kurangnya perencanaan pra-kebakaran (pre-fire planning) – hanya 20% dari aspek ini yang memenuhi standar.
- Evaluasi kesiapan fire readiness belum dilakukan secara berkala, dengan tingkat pemenuhan hanya 80% dari yang disyaratkan.
Dalam aspek infrastruktur tanggap darurat kebakaran, 43% berada dalam kategori "acceptable", sementara 24% masih membutuhkan perbaikan lebih lanjut. Beberapa temuan penting:
- Organisasi Penanggulangan Keadaan Darurat (TPKD) sudah terbentuk, tetapi pusat koordinasi belum optimal.
- Kompetensi tim pemadam kebakaran internal masih rendah, hanya 69% yang memenuhi standar.
- Fixed Fire & Gas Detection System belum memadai, dengan hanya 50% dari kebutuhan yang telah terpenuhi.
Evaluasi kesiapan peralatan menunjukkan bahwa hanya 38% yang berada dalam kategori "acceptable", sementara 8% masih dalam kategori "not acceptable". Beberapa permasalahan utama:
- Fire pumps cadangan belum mencukupi, yang berisiko menyebabkan kegagalan dalam pemadaman kebakaran.
- Foam stock belum tersedia sesuai standar, sehingga dapat menghambat pemadaman kebakaran pada tangki bahan bakar.
- Fire Emergency Vehicle (FEV) belum terawat dengan baik, dengan hanya 20% yang memenuhi standar kesiapan operasional.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa meskipun PT X memiliki sistem pemadam kebakaran, masih ada banyak celah dalam implementasinya. Dampak dari kelemahan ini terlihat dalam beberapa insiden kebakaran di fasilitas PT X. Misalnya, dalam kebakaran terakhir, fire pumps tidak berfungsi optimal, menyebabkan keterlambatan dalam pemadaman api. Selain itu, kurangnya koordinasi antar unit pemadam internal memperburuk situasi.
Namun, beberapa perbaikan telah dilakukan, seperti:
- Pelatihan tambahan untuk tim pemadam kebakaran internal.
- Peningkatan inspeksi dan pemeliharaan peralatan pemadam kebakaran.
- Peningkatan sistem komunikasi dalam keadaan darurat.
Berdasarkan temuan penelitian, berikut beberapa langkah yang perlu dilakukan oleh PT X untuk meningkatkan sistem tanggap darurat kebakaran:
- Meningkatkan perencanaan pra-kebakaran
- Memastikan Pre-Fire Planning mencakup semua skenario kebakaran yang mungkin terjadi.
- Mengadakan latihan kebakaran (fire drills) secara rutin.
- Memperbaiki sistem deteksi dini kebakaran
- Meningkatkan jumlah dan kualitas Fixed Fire & Gas Detection System di lokasi-lokasi strategis.
- Memastikan kesiapan peralatan pemadam kebakaran
- Melakukan pemeliharaan rutin terhadap fire pumps, hydrant, dan alat pemadam lainnya.
- Menyediakan stok foam yang memadai untuk pemadaman kebakaran pada tangki bahan bakar.
- Meningkatkan kompetensi tim pemadam kebakaran internal
- Menyelenggarakan pelatihan bersertifikat untuk tim tanggap darurat.
- Meningkatkan koordinasi dengan tim pemadam kebakaran eksternal.
- Memastikan sistem komunikasi darurat berjalan efektif
- Menggunakan teknologi notifikasi otomatis ke seluruh tim tanggap darurat dalam keadaan darurat.
Penelitian ini menunjukkan bahwa sistem Fire Emergency Response di PT X masih memiliki berbagai kelemahan yang perlu diperbaiki. Hasil evaluasi menggunakan FERRAT Form menunjukkan bahwa sebagian besar aspek kesiapsiagaan kebakaran masih belum memenuhi standar yang optimal. Beberapa permasalahan utama mencakup kurangnya pelatihan untuk tim pemadam kebakaran internal, minimnya deteksi dini kebakaran, serta kesiapan peralatan yang belum maksimal. Dengan melakukan perbaikan pada aspek perencanaan, infrastruktur, serta kesiapan sumber daya manusia, PT X dapat meningkatkan sistem tanggap darurat kebakaran mereka. Langkah-langkah ini tidak hanya akan mengurangi risiko kebakaran, tetapi juga menyelamatkan aset perusahaan serta nyawa pekerja.
Sumber Asli Paper
Jatmika, I., Djunaidi, Z., Atthaya, A. A., Hasan, S., & Al Azhar, M. (2024). Analisis Kesiapan Respons Kedaruratan Kebakaran di PT X. Jurnal Kesehatan Tambusai, Volume 5, Nomor 2, Juni 2024.