Sumber Air
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 26 Mei 2025
Mengapa Kreta Menjadi Studi Kasus Penting?
Dalam menghadapi krisis udara global yang diperparah oleh perubahan iklim, urbanisasi, dan konsumsi sektor pertanian, studi kasus dari Kreta—pulau terbesar di Yunani— menawarkan pelajaran penting. Meski memiliki curah hujan rata-rata tahunan sebesar 967 mm dan potensi teoritis udara hingga 3.425,89 hm³, pulau ini tetap mengalami kekeringan, eksploitasi udara tanah, dan keterhubungan spasial udara. Artikel dari Tzanakakis dkk. (2020) menyajikan peta tantangan serta peluang inovatif yang ditawarkan Kreta dalam mengelola sumber daya air secara berkelanjutan.
Iklim dan Topografi: Kekayaan yang Menjadi Tantangan
Variabilitas Curah Hujan
Wilayah barat Kreta menerima curah hujan mencapai 1.179 mm/tahun, jauh lebih tinggi dibandingkan wilayah timur yang hanya 675 mm/tahun. Ketimpangan inilah yang menyebabkan ketidakseimbangan pasokan dan permintaan udara, terutama selama musim panas yang kering dan musim dingin yang basah.
Sistem Hidrologi Kompleks
Dengan lebih dari 47 mata air yang menyatu dalam air tawar, payau, dan bawah laut, serta akuifer karstik yang menyerap hingga 80% air tanah, Kreta memiliki sistem air bawah tanah yang unik namun rapuh. Terjadinya intrusi udara laut di wilayah pesisir serta penurunan kualitas udara karena aktivitas pertanian dan industri menjadi perhatian utama.
Ketergantungan pada Air Tanah dan Dampaknya
Pertanian menyerap sekitar 78% dari total penggunaan udara (sekitar 478,39 hm³/tahun), dengan 93% berasal dari udara tanah. Sayangnya, hal ini mendorong penurunan muka air tanah dan mengurangi intrusi garam, terutama di wilayah seperti Lembah Messara dan bagian timur Kreta.
Statistik Kunci:
Peluang Transformasi: Sumber Air Non-Konvensional
Air Limbah Terolah: Potensi Besar yang Belum Termanfaatkan
Dari 99 instalasi pengolahan limbah (IPAL), hanya sekitar 10% air terolah yang dimanfaatkan kembali, meskipun UE menargetkan 6,6 miliar m³/tahun pemanfaatan ulang di seluruh Eropa. Hambatan utama adalah regulasi ketat, pemantauan biaya tinggi, dan penerimaan sosial rendah.
Contoh konkretnya: Hanya 5,45 dari 54,15 hm³ air IPAL digunakan kembali. Padahal jika dimaksimalkan, dapat mengurangi penggunaan pupuk nitrogen hingga 7 kg/ha/tahun.
Air Payau & Desalinasi
Sumber seperti Mata Air Almyros dapat menyediakan 250 hm³/tahun (lebih dari 50% kebutuhan air total Kreta). Namun, hanya sebagian kecil yang digunakan untuk desalinasi. Upaya pembangunan bendungan setinggi 10 meter gagal mengurangi salinitas, meskipun rencana bendungan setinggi 25 meter diprediksi mampu menghalau intrusi laut sekaligus memasok energi listrik mikrohidro 2,4 MW.
Sementara itu, unit desalinasi di Malevizi telah beroperasi sejak 2014 dengan biaya hanya €0,24/m³. Biaya ini cenderung turun seiring kemajuan teknologi membran.
Tantangan Administratif & Kelembagaan
Hukum air Yunani yang bersandar pada EU Water Framework Directive (2000/60/EC) kerap terbentur implementasi yang lambat, kompetensi tumpang tindih antar lembaga, serta kurang modernisasi sektor pertanian.
Contoh nyata:
Dibandingkan dengan Studi Sebelumnya
Rekomendasi Strategis
1. Reformasi DEYA (Badan Air Kota)
Mengonsolidasikan 24 kota menjadi 9 badan air bersama (DDEYA) dapat meningkatkan efisiensi distribusi dan pengelolaan.
2. Penerapan Rencana Keamanan Air
Pandemi COVID-19 menyadarkan pentingnya pengawasan ketat terhadap kualitas udara. Penggabungan antara sanitasi, perencanaan kontinjensi, dan edukasi masyarakat kini menjadi kebutuhan wajib.
3. Optimalisasi Air Terolah
Langkah-langkahnya seperti:
Implikasinya untuk Global Selatan dan Indonesia
Kisah Kreta sangat relevan bagi negara-negara berkembang yang menghadapi tantangan serupa: variabilitas iklim, ketergantungan pada air tanah, serta lemahnya kelembagaan pengelolaan udara.
Bagi Indonesia:
Kesimpulan: Kreta sebagai Laboratorium Pembelajaran IWRM Nyata
Makalah ini tidak hanya memotret kerumitan pengelolaan air di pulau Mediterania, tetapi juga menawarkan jalan keluar praktis yang dapat diaplikasikan lebih luas. Keunggulannya terletak pada kombinasi antara analisis saintifik, sejarah peradaban udara, dan saran kebijakan berbasis bukti.
Integrasi sumber daya bukan hanya urusan teknis, melainkan perjuangan sosial, ekonomi, dan politik yang menuntut tata kelola adaptif dan kolaboratif lintas sektor.
Sumber :
Tzanakakis, VA, Angelakis, AN, Paranychianakis, NV, Dialynas, YG, & Tchobanoglous, G. (2020). Tantangan dan Peluang untuk Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan di Pulau Kreta, Yunani . Water, 12 (6), 1538.
Sumber Air
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 26 Mei 2025
Mengapa Resensi Itu Penting?
Krisis udara tidak lagi sekadar statistik: 42 % penduduk dunia kini hidup di daerah bertekanan tinggi, dan angka itu diperkirakan melonjak 10 poin dalam dekade mendatang. Di tengah urgensi tersebut, konsep Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (IWRM) digadang-gadang sebagai obat mujarab—namun kenyataan banyak kesulitan negara mengubah jargon “integrasi” menjadi panduan operasional. Kertas Kenji Nagata dkk. (2022) menawarkan jawaban dengan pendekatan Practical IWRM , dan tulisan ini menguliti temuan mereka, menambah data terbaru, hingga menyoroti peluang penerapannya di Indonesia serta Global South.
IWRM: Ide Besar, Eksekusi Rumit
Sejak diluncurkannya Global Water Partnership pada tahun 2000, definisi IWRM—koordinasi udara, lahan, dan ekosistem demi kesejahteraan tanpa merusak alam—terdengar indah. Tapi pejabat lapangan kerap bingung memecahnya menjadi Rencana Kerja. Kegagalan bedung Wonogiri menahan sedimentasi, atau kemelut alokasi air Citarum, adalah bukti jargon tak cukup.
Menyigi “IWRM Praktis”
Nagata dkk. meracik kerangka tiga pilar:
Kerangka ini diuji di Sudan, Bolivia, Indonesia, dan Iran—empat lokasi dengan iklim, politik, dan kultur beragam. Hasilnya, setiap studi kasus paparan penurunan konflik sekaligus peningkatan transparansi data.
Studi Kasus: Data, Analisis, dan Pelajaran
1. Sudan—Cekungan Bara
2. Bolivia—Cochabamba
3. Indonesia—Jakarta Utara
4. Iran—Danau Urmia
Merajut Teori dan Praktik: Analisis Kritis
Implikasinya bagi Indonesia & Global Selatan
Kemenangan Cepat untuk Nusantara
Tren Industri & Start-Up
Kesimpulan: IWRM sebagai Proses, Bukan Proyek
Nagata dkk. membuktikan bahwa integrasi udara lebih mirip maraton daripada sprint. Mereka menawarkan resep seragam, melainkan toolkit adaptif: data objektif, kemitraan setara, siklus cepat. Empat studi kasus menunjukkan model ini:
Dengan kata lain, Praktis IWRM menegaskan kembali kenyataan: air bukan hanya soal pipa dan waduk, melainkan perjalanan kolektif lintas generasi yang menuntut kesabaran, transparansi, dan inovasi.
Daftar Pustaka
Biswas, AK (2008). Arah terkini: Pengelolaan sumber daya air terpadu—pandangan kedua. Water International , 33(3), 274-278.
Sumber Air
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 26 Mei 2025
Mengapa “Praktikal IWRM” Penting Sekarang?
Lonjakan populasi, urbanisasi, dan iklim ekstrem membuat konflik air kian kompleks. Konsep Integrated Water Resources Management (IWRM) sudah diakui secara global, namun pertanyaannya: bagaimana menjalankannya di lapangan? Paper Kenji Nagata dkk. (2022) menjawab lewat pendekatan Practical IWRM—formula konkrit yang teruji di Sudan, Bolivia, Indonesia, dan Iran. Artikel ini mengulas temuan tersebut, menambahkan data terbaru, kritik, serta peluang implementasi di Indonesia dan kawasan Global South.
Dari Definisi Abstrak ke Aksi Nyata
IWRM—Konsep Besar, Eksekusi Sulit
Practical IWRM—Tiga Pilar Aksi
Pendekatan ini berfokus pada konsensus sosial sebagai inti IWRM, bukan sekadar infrastruktur.
Studi Kasus & Insight Tambahan
Sudan – Air Tanah Bara Basin: Menjaga “Tabungan” di Gurun
Opini: Tanpa skema tarif air tanah progresif dan pembatasan sumur irigasi, council baru riskan jadi “macan kertas”.
Bolivia – Cochabamba: Dari “Water War” ke Dialog
Indonesia – Jakarta: Kota Raksasa yang Terus Tenggelam
Iran – Danau Urmia: Menyelamatkan Laut Garam yang Sekarat
Analisis Kritis & Perbandingan Penelitian Lain
Rekomendasi Praktis bagi Pembuat Kebijakan
Dampak Industri & Tren Masa Depan
Kesimpulan – IWRM sebagai “Proses”, Bukan “Proyek”
Paper Nagata dkk. memecah kebuntuan IWRM dengan resep Practical. Kuncinya: (1) data objektif, (2) kemitraan setara, (3) siklus pembelajaran cepat. Keberhasilan awal di empat negara menunjukkan model ini skalabel, meski perlu penyesuaian kebijakan fiskal dan jaminan keadilan sosial.
Bottom line: Integrasi sumber daya air bukan tujuan akhir, melainkan perjalanan kolektif lintas generasi.
Sumber: Nagata, K., Shoji, I., Arima, T., Otsuka, T., Kato, K., Matsubayashi, M., & Omura, M. (2022). Practicality of integrated water resources management (IWRM) in different contexts. International Journal of Water Resources Development, 38(5), 897-919.
Sumber Air
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 22 Mei 2025
Memahami Urgensi: Mengapa Pengelolaan Sumber Daya Air Harus Terpadu?
Dalam beberapa dekade terakhir, Indonesia menghadapi tantangan serius terkait krisis air—baik dari sisi kualitas, kuantitas, maupun distribusi. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (PSDA Terpadu) menjadi salah satu jawaban strategis untuk menjawab kompleksitas ini. Dokumen yang dikaji menyajikan konsep, prinsip, dan tahapan PSDA Terpadu secara komprehensif dengan mengacu pada kerangka dari Global Water Partnership (GWP) dan praktik internasional yang telah disesuaikan dengan konteks Indonesia.
Prinsip Manajemen Terpadu dalam PSDA
PSDA Terpadu mencakup seluruh fungsi manajemen klasik—dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, koordinasi, pengawasan hingga penganggaran dan pembiayaan. Tujuannya adalah mengintegrasikan aspek sosial, ekonomi, dan ekologi secara harmonis agar setiap kebijakan pengelolaan air tidak menimbulkan konflik antarsektor.
Pilar Penting dalam Manajemen:
Kilasan Sejarah: Dari Agenda 21 ke Prinsip Dublin
Deklarasi Rio 1992 dan Agenda 21 mendorong pembangunan berkelanjutan. Prinsip Dublin menjadi pondasi dari IWRM (Integrated Water Resources Management) yang kemudian diadopsi sebagai landasan PSDA Terpadu. Empat prinsip utamanya adalah:
Analisis Kritis: Kompleksitas dan Tantangan PSDA di Indonesia
Persoalan Utama:
Contoh Nyata:
Alih fungsi lahan hutan di kawasan penyangga Jabodetabek menjadi kawasan industri menyebabkan hilangnya daerah resapan dan meningkatnya banjir tahunan di Jakarta. PSDA Terpadu mendorong adanya zonasi ketat dan penataan ruang berbasis daya dukung air.
Kritik Tambahan:
Meski banyak peraturan sudah ada, pelaksanaannya lemah. Penegakan aturan (law enforcement) dan integrasi antarsektor masih menjadi tantangan besar.
Strategi Implementasi PSDA Terpadu
Kerangka Konseptual (GWP, 2001):
Proses Pembangunan:
Tiga Pilar PSDA: Sosial, Lingkungan, dan Ekonomi
Nilai Tambah & Opini
Perbandingan dengan Praktik Internasional:
Konsep PSDA Terpadu sejalan dengan IWRM di negara lain seperti Belanda yang sudah menerapkan kebijakan berbasis DAS sejak tahun 1990-an. Namun, Indonesia perlu memperkuat sistem data, transparansi informasi, dan integrasi kebijakan antar daerah.
Peluang Inovasi:
Sumber:
Dokumen "PSDA Terpadu". Konsep Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu, mengacu pada referensi GWP (2001), Grigg (1996), dan dokumen peraturan Indonesia.
Sumber Air
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 21 Mei 2025
Pendahuluan: Air, Nyawa Irak yang Kian Menipis
Pernah dijuluki sebagai “negara kaya air” di kawasan Timur Tengah, Irak kini menghadapi ironi yang mencemaskan. Menurut studi yang diterbitkan oleh Journal of Water Resource and Protection (2014) oleh Nadhir Al-Ansari dan tim, Irak diprediksi akan menghadapi krisis udara total pada tahun 2040 jika tidak ada perubahan signifikan dalam tata kelola dan kebijakan airnya. Sungai Tigris dan Efrat—sumber kehidupan sejak zaman Mesopotamia—terancam mengering total.
Artikel ini membedah secara sistematis kondisi terkini, menyebabkan krisis eksternal dan internal, serta solusi kebijakan berbasis strategi manajemen udara terpadu.
Statistik Mengkhawatirkan: Menuju Kehabisan Air
Menurut studi proyeksi:
Kesenjangan antara pasokan dan permintaan ini bukan hanya soal statistik, melainkan ancaman terhadap ketahanan pangan, stabilitas sosial, dan bahkan eksistensi negara.
Sumber Krisis: Faktor Eksternal dan Internal
Faktor Eksternal: Politik Udara dan Perubahan Iklim
Faktor Internal: Mismanajemen dan Infrastruktur Usang
Tigris dan Efrat: Sungai Hidup yang Terancam Mati
Sungai Tigris dan Efrat menyediakan lebih dari 90% pasokan udara di Irak. Tapi data historis menunjukkan:
Dengan konflik geopolitik yang terus berlangsung, pengendalian terhadap sumber ini menjadi rumit dan politis.
Tantangan Utama
1. Ketergantungan lebih pada permukaan udara
92% udara digunakan untuk sektor pertanian, namun efisiensi irigasi hanya 28%. Sistem kanal tua menyebabkan hilangnya besaran udara sebelum sampai ke lahan pertanian.
2. Degradasi Air Tanah
Hanya 5–7% dari total kebutuhan air yang berasal dari air tanah. Namun eksploitasi tanpa pengawasan membuat banyak sumur mulai kering, terutama di wilayah gurun barat.
3. Salinitas dan Penggundulan Tanah
6 juta hektar lahan pinggiran kota kini mengandung garam karena irigasi yang berlebihan dan buruknya drainase. Banyak petani yang meninggalkan lahannya karena tidak lagi produktif.
Strategi Solusi: Dari Proyek Infrastruktur hingga Perubahan Paradigma
Penulis menyarankan lima strategi besar:
1. Visi Nasional Manajemen Udara
Sebuah kerangka kebijakan terpadu berbasis Visi Pengelolaan Air Strategis diperlukan untuk menyinergikan pembangunan, konservasi, dan adaptasi iklim.
2. Modernisasi Sistem Irigasi
3. Penggunaan Udara Non-Konvensional
4. Pendidikan dan Teknologi
5. Kerja Sama Regional
Membangun kerangka diplomasi udara dengan Turki dan Suriah berdasarkan prinsip keadilan dan hak bersama atas sungai lintas negara.
Opini Tambahan: Apa yang Bisa Dipelajari dari Israel dan Australia?
Dua negara ini sukses mengatasi krisis air ekstrem:
Irak bisa meniru sistem distribusi udara berbasis kuota digital dan sistem pemantauan berbasis IoT yang sudah mulai diterapkan di negara-negara tersebut.
Kesimpulan: Menyelamatkan Irak Dimulai dari Menyelamatkan Airnya
Makalah ini merupakan peringatan keras bahwa tanpa tindakan sistematis, Irak bisa menjadi negara tanpa sungai di masa depan. Air bukan lagi sumber daya, tapi sumber krisis.
Namun dengan:
Irak masih bisa menghindari bencana ekologi dan sosial dalam skala besar.
Sumber Referensi:
Al-Ansari, N., Ali, AA, & Knutsson, S. (2014). Kondisi Saat Ini dan Tantangan Masa Depan Masalah Sumber Daya Air di Irak . Jurnal Sumber Daya Air dan Perlindungan, 6, 1066–1098.
Sumber Air
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 20 Mei 2025
Air Sebagai Sumber Kehidupan dan Tantangan Global Abad ke-21
Air adalah sumber daya yang lebih penting dari minyak di abad ke-21. Namun, ironisnya, sebagian besar masyarakat dan pemerintah di berbagai belahan dunia masih gagal menempatkan isu tata kelola air sebagai prioritas. Artikel ilmiah karya Juan Bautista Grau dan kolega dari Universidad Politécnica de Madrid bersama mitra mereka dari UCASAL, Argentina, menyoroti tantangan ini secara tajam dengan mengajukan solusi: pendidikan tingkat tinggi berbasis kerja sama internasional.
Latar Belakang: Dua Realitas, Satu Tujuan
Spanyol dan Argentina menghadapi tantangan berbeda namun saling melengkapi. Spanyol memiliki sejarah panjang dalam pengelolaan air, bahkan memiliki lembaga seperti Tribunal de las Aguas de Valencia yang sudah berusia 500 tahun. Di sisi lain, Argentina baru beberapa dekade terakhir mengembangkan kerangka hukum dan kebijakan pengelolaan air, khususnya di wilayah NOA (Northwest Argentina).
Meski berbeda, kedua negara menghadapi tekanan yang sama: pertumbuhan penduduk, perubahan iklim, dan konflik antar sektor pengguna air (pertanian, industri, domestik). Di tengah kebutuhan infrastruktur, muncul kebutuhan mendesak akan SDM profesional yang memahami perencanaan, kualitas, dan keberlanjutan pengelolaan air.
Solusi: Program Master Ganda Lintas Negara
Artikel ini merinci rancangan program master ganda antara Universidad Politécnica de Madrid dan Universidad Católica de Salta. Program ini tidak hanya menyatukan dua kurikulum pendidikan, tetapi juga menggabungkan dua perspektif geografis, sosial, dan teknis.
Tujuan Utama:
Program ini ditujukan bagi lulusan teknik sipil, agronomi, geologi, lingkungan, dan sejenisnya yang ingin memperdalam keahlian dalam tata kelola air secara terpadu.
Isi Kurikulum dan Struktur Program
Semester 1: Perencanaan Sumber Daya Air (30 ECTS)
Semester 2: Kualitas Air dan Keberlanjutan Lingkungan
Semester 3: Tata Kelola dan Infrastruktur
Studi Kasus: Masalah Nyata, Solusi Praktis
1. Sungai Arenales, Salta
Sungai yang dulunya menjadi sumber kehidupan, kini menjadi penyebab penyakit. Program ini mendorong pemulihan ekosistem sungai secara holistik.
2. Sistem Irigasi Sungai Toro
Dihadapkan pada manajemen air yang buruk dan sistem pertanian monokultur, studi ini menunjukkan pentingnya perencanaan berbasis data dan masyarakat.
3. DAS Arroyos Menores, Córdoba
Mengalami erosi parah dan degradasi lahan. Melalui DSS (Decision Support System) dan metode multikriteria seperti PROMETHEE dan AHP, area ini bisa dirancang ulang untuk produktivitas dan keberlanjutan.
Nilai Tambah: Pendidikan Sebagai Alat Perubahan
Program ini tidak sekadar akademik. Ia menjawab masalah nyata:
Dengan pendekatan lintas sektor, lintas negara, dan lintas disiplin, program ini membawa harapan baru bagi pengelolaan air global.
Kritik dan Opini: Jalan Masih Panjang
Kekuatan:
Tantangan:
Relevansi Global: Menginspirasi Kawasan Lain
Program serupa bisa direplikasi di kawasan lain seperti Asia Tenggara, Afrika, dan Timur Tengah. Negara-negara dengan tantangan serupa bisa mengadopsi prinsip:
Penutup: Air Butuh Lebih dari Sekadar Infrastruktur
Air tidak cukup dikelola dengan bendungan dan pipa. Ia butuh pemikiran, analisis, dan SDM yang terlatih. Program master ini menunjukkan bahwa pendidikan tinggi bukan hanya ruang akademik, tapi juga alat perubahan untuk masa depan yang berkelanjutan.
Sumber: Grau, J.B., Tarquis, A.M., Martín-Sotoca, J.J., & Antón, J.M. (2019). High level education on integrated water resources management for sustainable development. Journal of Technology and Science Education, 9(3), 295-307. https://doi.org/10.3926/jotse.361