Sosiohidrologi
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 29 Juli 2025
Pendahuluan: Krisis Air Bukan Hanya Masalah Alam
Krisis air global kini bukan semata akibat kekeringan atau banjir ekstrem, tetapi juga karena perilaku manusia yang memicu dan memperburuk kondisi hidrologi. Artikel karya Saket Pande dan Murugesu Sivapalan dalam WIREs Water memperkenalkan pendekatan socio-hydrology, yakni studi tentang sistem air dan manusia yang saling terkait dan membentuk umpan balik dua arah.
Bidang ini berkembang sebagai respons terhadap keterbatasan ilmu hidrologi konvensional yang menganggap manusia hanya sebagai "pengganggu eksternal", bukan bagian integral dari sistem air.
Mengapa Socio-hydrology Penting?
Socio-hydrology mencoba menjawab berbagai "paradoks air", seperti:
Dalam berbagai studi kasus, socio-hydrology menjelaskan bagaimana dampak keputusan masa lalu terus bergema di masa kini, membentuk dinamika kompleks antara manusia, alam, dan institusi.
Konsep Utama: Umpan Balik Dua Arah dalam Sistem Air-Manusia
Socio-hydrology menempatkan manusia sebagai aktor endogen—bukan hanya pengguna air, tetapi juga pembentuk sistemnya melalui nilai sosial, norma, teknologi, dan kebijakan.
Contoh kasus:
Tiga Pilar Analisis Socio-hydrology
Model, Data, dan Studi Kasus Penting
Model Diferensial Dinamis banyak digunakan untuk menjelaskan bagaimana populasi, teknologi, dan kebijakan air saling mempengaruhi. Contoh:
Paradoks dan Temuan Kunci
Kelemahan dan Tantangan
Langkah Berikutnya: Dimensi Spasial dan Globalisasi
Socio-hydrology ke depan perlu menjawab tantangan dunia yang saling terhubung:
Penutup: Socio-hydrology sebagai Jembatan Disiplin
Socio-hydrology bukan sekadar ilmu air, tetapi jembatan antara hidrologi, sosiologi, ekonomi, dan geografi. Dengan memahami interaksi manusia dan air secara menyeluruh, kebijakan pengelolaan air dapat:
Artikel ini menegaskan: masa depan pengelolaan air tidak bisa lagi memisahkan manusia dari sistem hidrologi—karena manusialah bagian dari sistem itu sendiri.
Sumber asli
Saket Pande & Murugesu Sivapalan. Progress in Socio-hydrology: A Meta-analysis of Challenges and Opportunities. WIREs Water, 2017, Vol. 4:e1193.
Sosiohidrologi
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 25 Juli 2025
Pendahuluan: Mengapa Socio-Hydrology Hadir?
Perubahan besar dalam hubungan manusia dan air kini terjadi di seluruh dunia, didorong oleh pertumbuhan populasi, urbanisasi, perubahan tata guna lahan, serta teknologi dan kebijakan baru. Dulu, ilmu hidrologi hanya melihat air sebagai fenomena fisik yang dipengaruhi iklim, topografi, dan geologi. Namun, aktivitas manusia kini menjadi penggerak utama perubahan dalam siklus air—dari pengambilan air untuk pertanian, pembangunan bendungan, hingga polusi dan perubahan iklim buatan manusia. Semua ini menuntut paradigma baru dalam ilmu air.
Lahirnya Socio-Hydrology: Ilmu yang Menyatukan Manusia dan Air
Socio-hydrology muncul pada tahun 2012 sebagai respons atas kebutuhan memahami bagaimana sistem sosial dan hidrologi saling berinteraksi dan berevolusi bersama (co-evolution). Ilmu ini menyoroti betapa keputusan sosial, ekonomi, dan budaya manusia berdampak langsung pada siklus hidrologi, dan sebaliknya, perubahan dalam sistem air juga membentuk perilaku, kebijakan, dan ketahanan masyarakat1.
Socio-hydrology berbeda dari manajemen sumber daya air terintegrasi (IWRM) karena menempatkan manusia bukan sekadar pengguna atau pengelola air, melainkan bagian tak terpisahkan dari sistem air itu sendiri. Ilmu ini menuntut pemodelan dua arah: bagaimana aktivitas manusia memengaruhi air, dan bagaimana air memengaruhi masyarakat.
Sejarah dan Perkembangan Socio-Hydrology
Selama berabad-abad, hubungan manusia dan air telah berubah drastis. Populasi dunia naik dari 200 juta menjadi 7 miliar dalam dua milenium terakhir, dan intervensi manusia dalam siklus air semakin intens. Sungai-sungai yang dulunya alami kini diatur oleh bendungan, irigasi, dan kanal. Studi-studi klasik (Falkenmark, 1977; Vitousek et al., 1997) sudah lama mengakui adanya interaksi manusia-air, tetapi baru pada dekade terakhir, para ilmuwan mulai mengembangkan model kuantitatif untuk memahami feedback dan evolusi bersama ini1.
International Association of Hydrological Sciences (IAHS) bahkan menetapkan dekade 2013–2022 sebagai “Panta Rhei” (segala sesuatu mengalir), dengan fokus pada dinamika air dalam sistem sosial yang berubah cepat.
Konsep Utama: Interaksi, Feedback, dan Co-Evolution
Socio-hydrology menekankan tiga konsep kunci:
Studi Kasus: Socio-Hydrology dalam Aksi
1. Evolusi Pengelolaan Sungai di Asia Selatan
Penelitian Kandasamy et al. (2014) tentang Sungai Mahanadi di India menunjukkan bagaimana pembangunan bendungan dan irigasi besar-besaran meningkatkan produksi pangan, tetapi juga mengubah pola banjir dan kekeringan. Ketika masyarakat menjadi lebih “tahan” terhadap banjir, mereka justru memperluas permukiman ke dataran banjir, sehingga risiko bencana baru muncul saat infrastruktur gagal.
2. Urbanisasi dan Siklus Air di China
Studi Liu et al. (2015) mengamati kota-kota besar di China yang mengalami urbanisasi masif. Perubahan tata guna lahan mempercepat limpasan permukaan, meningkatkan risiko banjir perkotaan, dan menurunkan cadangan air tanah. Kebijakan pengelolaan air yang tidak adaptif justru memperburuk masalah.
3. Pengelolaan Air di Iran
Dalam konteks Iran, pembangunan irigasi dan bendungan untuk mendukung pertanian telah menyebabkan penurunan air tanah kronis dan degradasi lingkungan. Socio-hydrology mendorong pendekatan yang lebih adaptif dan partisipatif, dengan melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan dan monitoring1.
Angka dan Tren Global
Perbandingan dengan Pendekatan Lain
Integrated Water Resources Management (IWRM) menekankan koordinasi lintas sektor dan stakeholder, tetapi sering gagal menangkap dinamika sosial-budaya dan feedback jangka panjang. Socio-hydrology menawarkan pemodelan yang lebih dinamis, menggabungkan data sosial, ekonomi, dan fisik untuk prediksi dan kebijakan yang lebih adaptif.
Nilai Tambah dan Relevansi Industri
Kritik dan Tantangan
Hubungan dengan Tren Global dan Pembelajaran Digital
Socio-hydrology sangat relevan dengan transformasi digital di sektor air, di mana data spasial, sensor IoT, dan analitik big data memungkinkan pemantauan dan prediksi interaksi manusia-air secara real-time. Platform pembelajaran modern dapat mengintegrasikan konsep ini untuk membekali generasi baru pengelola sumber daya air yang adaptif dan kolaboratif.
Opini dan Rekomendasi
Socio-hydrology adalah paradigma masa depan dalam pengelolaan air. Ilmu ini menuntut keterbukaan lintas disiplin, inovasi teknologi, dan keterlibatan masyarakat. Untuk negara berkembang seperti Indonesia, adopsi socio-hydrology bisa memperkuat kebijakan air, mengurangi risiko bencana, dan meningkatkan ketahanan pangan serta energi.
Rekomendasi:
Kesimpulan
Socio-hydrology adalah terobosan penting yang menjembatani ilmu fisik dan sosial, memungkinkan pemahaman yang lebih utuh tentang hubungan manusia dan air. Dengan pendekatan ini, kebijakan dan teknologi pengelolaan air akan lebih adaptif, inklusif, dan berkelanjutan.
Sumber artikel (bahasa asli):
Gholizadeh-Sarabi, Sh., Ghahraman, B., & Shafiei, M. (2019). New Science of Socio-hydrology: In Search of Understanding Co-Evolution of Human and Water. Iran-Water Resources Research, Volume 14, No. 5, Winter 2019 (IR-WRR), 991–999.
Sosiohidrologi
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 24 Juli 2025
Socio-Hydrology, Gagasan Lama dengan Kemasan Baru?
Socio-hydrology muncul sekitar tahun 2012 sebagai respons terhadap krisis keilmuan dalam hidrologi yang terlalu menekankan aspek teknis dan mengabaikan unsur manusia. Gagasan ini menyatukan dinamika interaksi manusia dan air, dengan mengklaim sebagai pendekatan ilmiah baru. Namun, studi ini menuai kritik dari banyak ilmuwan yang melihatnya hanya sebagai daur ulang konsep-konsep lama seperti hydro-sociology, CHANS, SES, dan pendekatan sistem lainnya yang telah berkembang selama puluhan tahun.
Klaim Socio-Hydrology Sebagai Ilmu Baru Dipertanyakan
Para pendiri socio-hydrology mengklaim bahwa mereka menciptakan ilmu baru yang bersifat kuantitatif dan mampu memprediksi dinamika sistem manusia-air secara ko-evolusioner. Namun, studi ini:
Apa yang Sebenarnya Baru dari Socio-Hydrology?
Penulis mencermati 180 artikel socio-hydrology dan menemukan bahwa:
Contoh Studi Kasus: "Fixes That Fail"
Beberapa model socio-hydrology menggambarkan fenomena seperti levee effect atau reservoir effect, yang sebenarnya telah lama dikenal dalam teori sistem sebagai archetype shifting the burden atau fixes that backfire. Dalam sistem ini, solusi cepat (misalnya membangun bendungan) mengurangi gejala jangka pendek tapi menciptakan ketergantungan jangka panjang dan memperburuk masalah.
Studi Historis vs Proyeksi Masa Depan
Socio-hydrology mengklaim dapat memproyeksikan evolusi sistem manusia-air secara ko-evolusioner. Namun, studi-studi ini:
Apakah Socio-Hydrology Praktis bagi Pembuat Kebijakan?
Banyak tulisan socio-hydrology menyatakan ingin memberi masukan kebijakan, namun:
Padahal, dalam dunia nyata, pengambilan keputusan berbasis data dan skenario adalah hal krusial. Pendekatan yang terlalu teoretis dan menghindari intervensi konkret justru menyulitkan penerapan socio-hydrology secara nyata.
Socio-Hydrology vs CHANS dan Sistem Sumber Daya Air
Paper ini menunjukkan bahwa:
Kritik Terhadap Inovasi Terminologi
Socio-hydrology sering menciptakan istilah baru untuk fenomena yang sudah dikenal, seperti:
Pendekatan ini menciptakan jargon baru yang memperumit komunikasi antar bidang dan menghambat integrasi keilmuan. Ilmu interdisipliner seharusnya mempermudah, bukan menambah batas.
Kekuatan Utama Socio-Hydrology: Meningkatkan Kesadaran
Meski dikritik, socio-hydrology punya kontribusi penting, yakni:
Namun, pencapaian ini lebih bersifat sosial dan komunitas daripada sumbangan metodologis baru.
Apakah Socio-Hydrology Akan Menyatu dengan Pendekatan Lama?
Banyak indikator menunjukkan bahwa socio-hydrology sedang:
Penutup: Menyatukan atau Memecah?
Penulis artikel ini menyatakan bahwa semangat socio-hydrology tidak perlu dihapus, tetapi perlu dikritisi secara ilmiah dan diarahkan agar lebih integratif. Alih-alih menciptakan "ilmu baru", lebih baik:
Socio-hydrology bisa menjadi jembatan, bukan tembok, bagi integrasi keilmuan. Tapi untuk itu, komunitasnya harus berani terbuka, merefleksi diri, dan meninggalkan ego sektoral.
📚 Sumber Asli
Madani, K., & Shafiee-Jood, M. (2020). Socio-Hydrology: A New Understanding to Unite or a New Science to Divide? Water, 12(7), 1941. DOI:10.3390/w12071941
Sosiohidrologi
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 23 Juli 2025
Pendahuluan: Menata Ulang Manajemen Air untuk Masa Depan
Perubahan iklim, kelangkaan air, dan pertumbuhan penduduk menimbulkan tantangan besar bagi manajemen sumber daya air. Di tengah kebutuhan akan efisiensi irigasi, artikel ini menyoroti bagaimana system dynamics modeling digunakan untuk mengevaluasi dampak kebijakan efisiensi irigasi (IE Policy) dalam jangka panjang, dengan studi kasus di Lower Rio Grande (LRG), New Mexico.
Studi ini menguji bagaimana kebijakan efisiensi irigasi—melalui lining kanal dan teknologi irigasi presisi—mempengaruhi dinamika air tanah, konektivitas sistem air, dan kesejahteraan ekonomi petani.
Metodologi: Memodelkan Sistem Sosiohidrologi
Model ini terdiri dari 15 komponen (stocks) dan 33 aliran (flows), mencakup modul air, tanah, modal, dan populasi, yang dijalankan dalam periode 1969–2099. Tiga skenario iklim digunakan berdasarkan proyeksi emisi berbeda:
Kebijakan IE yang diuji meliputi:
Studi Kasus: Lower Rio Grande, New Mexico
Wilayah LRG didominasi oleh pertanian irigasi, terutama perkebunan pecan, yang mencakup lebih dari 30% lahan.
Beberapa data penting:
Hasil Simulasi dan Analisis
1. Dampak terhadap Pendapatan Pertanian
Pendapatan pertanian menurun signifikan akibat investasi jangka panjang IE Policy:
Artinya: meskipun IE meningkatkan efisiensi air, dampaknya terhadap keuntungan pertanian negatif, terutama di awal implementasi.
2. Dampak terhadap Ketersediaan Air (Abundance)
Kebijakan IE meningkatkan abundance air:
Namun, manfaat ini tidak cukup mengimbangi dampak ekonomi.
3. Dampak terhadap Konektivitas Hidrologis
Semua skenario menunjukkan penurunan konektivitas sistem air:
Akibatnya: penurunan recharge air tanah, koneksi antara sungai-kanal–air tanah berkurang.
4. Dampak terhadap Groundwater dan Permintaan Air
Ketergantungan terhadap air tanah menurun di awal, tapi efeknya tidak tahan lama:
Namun, permintaan air untuk pertanian meningkat:
Analisis Dampak Jangka Panjang
Kehilangan Konektivitas = Ancaman Bagi Ketahanan Air
Konektivitas air bukan sekadar teknis: ia berperan penting dalam:
Kebijakan IE tanpa pengelolaan lanjutan akan memperburuk kelangkaan air di masa depan, meskipun terlihat "hemat" dalam jangka pendek.
Masalah Ekonomi: Biaya Tinggi, Manfaat Lambat
Kebijakan ini mengorbankan pendapatan petani secara signifikan, terutama pada 30 tahun pertama.
Contoh konkret:
Tanpa subsidi atau insentif, kebijakan ini dinilai tidak layak secara ekonomi.
Rekomendasi Strategi Adaptif
1. Replenisasi Air Tanah di Tahun-Tahun Basah
Program recharge akuifer saat tahun basah sangat diperlukan untuk menyeimbangkan kehilangan konektivitas.
2. Diversifikasi dan Fleksibilitas Pola Tanam
Petani perlu didukung agar berani mengubah pola tanam sesuai kondisi air, bukan memaksakan tanaman dengan kebutuhan air besar.
3. Subsidi dan Insentif Finansial
Pemerintah perlu memberi insentif untuk meringankan beban awal investasi infrastruktur efisiensi.
Kesimpulan
Kebijakan efisiensi irigasi memang meningkatkan efisiensi teknis dan volume air yang tersedia, namun tidak menjamin keberlanjutan tanpa strategi pendukung. Dampak negatif terhadap konektivitas air dan ekonomi petani justru mengancam ketahanan jangka panjang.
Solusi ke depan harus holistik: menggabungkan inovasi teknis, insentif ekonomi, dan pendekatan adaptif berbasis data jangka panjang.
System dynamics modeling terbukti menjadi alat penting untuk mengantisipasi konsekuensi kebijakan air sebelum diterapkan secara luas.
📚 Sumber Asli:
Yining Bai, Saeed P. Langarudi, Alexander G. Fernald. System Dynamics Modeling for Evaluating Regional Hydrologic and Economic Effects of Irrigation Efficiency Policy. Hydrology 2021, 8, 61.
Sosiohidrologi
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 23 Juli 2025
Pendahuluan: Konsep Baru untuk Dunia yang Berubah
Dalam menghadapi perubahan iklim dan tekanan terhadap sumber daya air, ilmu hidrologi dituntut untuk beradaptasi. Artikel “Sociohydrology: A New Science of People and Water” memperkenalkan socio-hydrology, disiplin baru yang memandang manusia bukan lagi sebagai faktor eksternal dalam siklus air, melainkan bagian internal yang saling berinteraksi dan membentuk dinamika sistem air secara keseluruhan.
Sociohydrology lahir dari kebutuhan untuk menjelaskan fenomena tak terduga dalam manajemen air, di mana aktivitas manusia dan sistem air saling memengaruhi melalui proses yang kompleks, non-linear, dan sering kali menghasilkan kejutan sosial maupun ekologis.
Konsep Kunci: Sistem Manusia-Air yang Saling Terhubung
Sociohydrology memandang interaksi antara manusia dan air sebagai coupled human-water system yang mengalami co-evolution. Artinya, perubahan pada satu elemen (misalnya pembangunan bendungan atau kebijakan air) dapat mengubah respons sosial (seperti migrasi, konflik, atau perubahan pola tanam) dan sebaliknya.
Contoh nyata yang dibahas dalam paper ini adalah Cekungan Sungai Murrumbidgee di Australia. Pada awal abad ke-20, pembangunan irigasi berkembang pesat hingga menguras hampir 100% aliran air saat musim kering. Pada tahun 1980-an, kerusakan ekosistem memicu perubahan kebijakan besar: pemerintah mulai membeli hak air petani dan mengalihkan fokus ke pemulihan lingkungan. Ini menunjukkan bagaimana interaksi jangka panjang manusia-air dapat memicu transformasi sosial dan ekologis.
Studi Kasus 1: Sungai Murrumbidgee, Australia
📍 Lokasi: Tenggara Australia, 84.000 km²
📈 Angka kunci:
🌱 Insight:
Konflik antara irigasi dan ekosistem tak bisa dipahami hanya dari sisi teknis air. Dinamika sosial-politik, tekanan ekonomi, dan kondisi lingkungan menciptakan sistem kompleks yang tak bisa dipisahkan satu sama lain.
Studi Kasus 2: Kekeringan Sahel dan Pola Curah Hujan Global
📍 Lokasi: Kawasan Sahel, Afrika Barat
📈 Angka kunci:
💡 Insight:
Perubahan penggunaan lahan di satu wilayah bisa memengaruhi curah hujan di wilayah lain. Ini memperkenalkan konsep precipitation shed (wilayah sumber hujan), bukan hanya watershed.
Apa Bedanya Sociohydrology dan IWRM?
🔍 IWRM (Integrated Water Resource Management) berfokus pada pengendalian dan pengelolaan sistem air untuk hasil sosial dan lingkungan tertentu, biasanya dengan pendekatan skenario.
🧠 Sociohydrology lebih menekankan pengamatan, pemahaman, dan prediksi terhadap dinamika jangka panjang antara manusia dan air, termasuk kemungkinan munculnya perilaku spontan dan tak terduga.
Contoh: IWRM mungkin membuat rencana skenario tentang irigasi, sedangkan sociohydrology ingin tahu bagaimana hubungan irigasi dan kebijakan bisa berevolusi dalam 50 tahun ke depan.
Dinamika Tak Terduga: Tipping Points dan Resiliensi
Salah satu keunggulan pendekatan ini adalah kemampuannya menjelaskan perubahan drastis dalam sistem sosial-ekologis yang melampaui ambang batas (tipping points), seperti:
Konsep Virtual Water Trade
Ilmu ini juga menjelaskan konsep perdagangan air secara tidak langsung, yaitu melalui virtual water—air yang digunakan untuk memproduksi komoditas makanan (contohnya: gandum, daging) yang kemudian diekspor ke negara lain.
Contohnya, Belanda mengimpor kedelai dari Brasil untuk produksi daging babi, namun limbah nutrisinya tertinggal di Eropa, menciptakan ketidakseimbangan ekologis yang tidak ditanggung oleh konsumen.
Tiga Jalur Riset Sociohydrology
Nilai Tambah dan Tantangan
🌍 Ilmu ini menjadi sangat penting karena hampir semua sistem air kini telah “terganggu” oleh manusia.
💬 Tantangannya adalah menjembatani dunia fisik (hidrologi) dan sosial (kebijakan, budaya, pasar).
📊 Diperlukan pendekatan kuantitatif berbasis data dan model baru untuk memahami dinamika sosial-air.
Kesimpulan: Paradigma Baru dalam Sains Air
Sociohydrology mengajak kita meninggalkan pandangan lama bahwa air dan manusia bisa dipisahkan dalam studi ilmiah. Sebaliknya, ia menekankan pentingnya pemahaman bersama bahwa untuk mencapai keberlanjutan air, kita harus memahami perilaku manusia.
Ilmu ini tidak hanya menjelaskan apa yang terjadi dengan air, tapi juga mengapa dan bagaimana manusia ikut mengubahnya. Di masa depan, pendekatan ini bisa jadi landasan penting bagi kebijakan air yang lebih adil dan berkelanjutan di seluruh dunia.
📚 Sumber Asli:
Murugesu Sivapalan, Hubert H. G. Savenije, Günter Blöschl. Sociohydrology: A New Science of People and Water. Hydrological Processes (2011). DOI: 10.1002/hyp.8426
Sosiohidrologi
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 15 Juli 2025
Mengapa Manajemen Air Butuh Pendekatan Baru?
Di tengah perubahan iklim, urbanisasi, dan tekanan populasi, pengelolaan air tak bisa lagi mengandalkan sistem model tunggal. Artikel ini menawarkan solusi berupa kerangka kerja pemodelan multi-metode (multi-method modeling framework) yang menggabungkan pendekatan fisis, sosial, dan spasial dalam satu sistem dinamis untuk mendukung Integrated Water Resources Management (IWRM).
Komponen Utama Model Multi-Metode
Model terdiri dari tiga komponen:
Model ini tidak hanya meniru siklus air, tetapi juga memodelkan bagaimana aktivitas manusia memengaruhi dan dipengaruhi oleh sistem air.
Studi Kasus: DAS Upper Thames, Kanada
Model ini diuji pada DAS Upper Thames di Ontario, Kanada, yang mencakup 28 sub-DAS dan 3 bendungan utama (Wildwood, Pittock, Fanshawe). Kawasan ini didominasi oleh:
Model menyertakan 870 x 752 sel spasial (654.240 patch), dan hanya 381.979 patch berada di dalam DAS. Data populasi, permintaan air, jenis penggunaan lahan, serta data iklim dari 1964–2001 digunakan untuk simulasi antara tahun 2000–2020.
Simulasi Kombinasi Iklim dan Sosial
Artikel mensimulasikan 6 skenario:
Setiap kombinasi dianalisis untuk melihat dampaknya terhadap aliran sungai, recharge air tanah, dan keseimbangan air.
Hasil Simulasi: Ketimpangan Lokal dan Risiko Tekanan Air
Temuan utama:
Artinya, urbanisasi memperburuk aliran permukaan, mengurangi infiltrasi dan recharge air tanah.
Kekuatan Model: Interaksi Dinamis dan Skala Mikro
Model menunjukkan:
Analisis Kritis: Kelebihan dan Keterbatasan
Kelebihan:
Kekurangan:
Implikasi Praktis untuk Manajemen Sumber Daya Air
Model ini bisa diadopsi oleh:
Rekomendasi pengembangan lanjutan:
Kesimpulan: Menuju IWRM yang Adaptif dan Berbasis Data
Artikel ini berhasil menunjukkan bagaimana kerangka kerja multi-metode mampu:
Dengan pendekatan ini, IWRM tidak lagi sekadar teori, tetapi menjadi alat yang responsif terhadap tantangan abad ke-21.
Sumber Artikel:
Nikolic, V.V. & Simonovic, S.P. (2015). Multi-method Modeling Framework for Support of Integrated Water Resources Management. Environmental Processes, 2:461–483.