Ritual Sakral & Warisan Budaya Bali

Membedah Makna dan Peran Tari Sanghyang Kungkang: Sakralitas, Fungsi Sosial, dan Pelestarian Tradisi di Karangasem

Dipublikasikan oleh Afridha Nu’ma Khoiriyah pada 31 Mei 2025


Pendahuluan: Ritual dan Estetika dalam Harmoni Budaya Bali

Tari Sanghyang Kungkang yang berasal dari Desa Adat Pekraman Bebandem, Karangasem, Bali, merupakan salah satu bentuk kesenian sakral yang masih eksis hingga kini. Ditarikan dalam konteks upacara keagamaan Hindu, tarian ini tidak hanya berfungsi sebagai ekspresi spiritual tetapi juga memiliki makna sosial dan simbolis yang mendalam. Melalui penelitian yang dilakukan oleh Ni Nyoman Suartini (2014) di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, kajian ini menyoroti bentuk pertunjukan, fungsi sosial-religius, serta tantangan pelestarian dari Tari Sanghyang Kungkang.

Memahami Konsep Sakral dalam Tari Sanghyang (H2)

Latar Belakang dan Etimologi (H3)

Nama "Sanghyang" merujuk pada roh suci atau dewa dalam kepercayaan Hindu-Bali. "Kungkang" merupakan akronim dari "Ung" (simbol Dewa Wisnu) dan "Ang" (simbol Dewa Brahma), yang ditambahkan awalan dan sisipan menjadi "Kungkang." Nama ini melambangkan dualitas kekuatan suci yang bersatu dalam tarian.

Tarian ini diyakini sebagai media turunnya Betari Dewi Sri, dewi kesuburan, untuk memberikan berkah kesuburan dan kesejahteraan pada masyarakat desa. Ia ditarikan oleh seorang perempuan yang telah dipilih secara spiritual sebagai medium atau "tapakan."

Konteks Ritual (H3)

Tari Sanghyang Kungkang hanya dipentaskan saat upacara Piodalan Ngusaba Sri yang jatuh pada Purnama Kedasa di Pura Bale Agung. Prosesi pertunjukan diawali dengan mapiuning (ritual pemuspaan), diikuti oleh upacara Nyegara-Gunung, dan diakhiri dengan pertunjukan tarian dalam kondisi trance.

Bentuk Pertunjukan Tari Sanghyang Kungkang (H2)

Struktur Pertunjukan (H3)

Tari ini berbentuk tari tunggal dan hanya dibawakan oleh satu penari wanita yang telah dipilih melalui upacara metedun sekar. Gerakannya sederhana namun sarat makna simbolik dan hanya muncul dalam kondisi kerauhan (kerasukan), memperlihatkan bahwa tubuh sang penari telah dirasuki oleh kekuatan spiritual.

Elemen Visual dan Auditori (H3)

  • Busana dan Properti: Penari mengenakan busana khas dengan bunga lenter dan base sulasih sebagai simbol kesuburan.

  • Musik: Gamelan gambang dengan gending khusus "Kungkang" mengiringi tarian.

  • Ritual Batang Dadap: Batang dadap digunakan sebagai tongkat sakral yang digerakkan dalam empat arah mata angin, simbolisasi perlindungan dan penyebaran energi positif.

Fungsi dan Makna Tari dalam Kehidupan Masyarakat (H2)

Fungsi Sakral (H3)

  • Sebagai tari wali atau persembahan sakral dalam upacara dewa yadnya.

  • Penolakan bala dan pengundang berkah, khususnya dalam aspek agrikultural seperti perlindungan dari gagal panen.

Fungsi Sosial dan Psikologis (H3)

  • Menumbuhkan solidaritas kolektif di antara warga desa.

  • Menjadi sarana penguat identitas budaya dan spiritualitas lokal.

  • Memberikan ketenangan batin melalui prosesi yang dipercaya membawa kedamaian dan kemakmuran.

Pelestarian dan Tantangan di Era Modern (H2)

Ancaman Modernisasi (H3)

  • Minimnya regenerasi penari karena pemilihan penari harus melalui wahyu spiritual.

  • Tantangan dokumentasi dan kurangnya media digital untuk memperkenalkan tarian ini secara luas.

Upaya Pelestarian (H3)

  • Dokumentasi akademik seperti penelitian Suartini berperan penting.

  • Keterlibatan masyarakat lokal, pemangku adat, dan lembaga pendidikan dalam menjaga tradisi ini.

  • Pentingnya digitalisasi sebagai sarana pengarsipan dan promosi budaya.

Studi Banding: Posisi Tari Sanghyang Kungkang dalam Konstelasi Tari Sakral Bali (H2)

Tari Sanghyang Dedari dan Jaran mungkin lebih dikenal luas, namun Sanghyang Kungkang menonjol dari segi struktur tunggal dan simbolisasi batang dadap sebagai wahana komunikasi spiritual. Tidak seperti tari sakral lainnya yang dapat ditarikan oleh anak-anak atau dalam kelompok, Sanghyang Kungkang sangat personal dan intens.

Kritik dan Implikasi Akademik (H2)

Penelitian ini menunjukkan pendekatan mendalam namun masih bersifat deskriptif. Ke depan, perlu ada:

  • Studi etnografi komparatif dengan desa lain.

  • Analisis antropologi simbolik lebih lanjut untuk memperdalam makna elemen-elemen visual dan naratif dalam tarian.

  • Penggunaan media audiovisual untuk menyajikan data interaktif.

Kesimpulan: Tarian sebagai Jembatan Spiritual dan Sosial (H2)

Tari Sanghyang Kungkang bukan sekadar pertunjukan, melainkan ritual kompleks yang menyatukan nilai estetika, spiritualitas, dan solidaritas sosial. Fungsinya sebagai medium komunikasi antara manusia dan alam semesta menjadi bukti bahwa kesenian tradisional memiliki dimensi transenden yang tak tergantikan. Dalam era globalisasi, pelestarian tarian ini menjadi bukti keteguhan masyarakat Bali dalam menjaga akar budaya mereka.

Sumber

Suartini, Ni Nyoman. (2014). Kajian Bentuk dan Fungsi Tari Sanghyang Kungkang di Desa Adat Pekraman Bebandem Karangasem. Institut Seni Indonesia Denpasar.

 

Selengkapnya
Membedah Makna dan Peran Tari Sanghyang Kungkang: Sakralitas, Fungsi Sosial, dan Pelestarian Tradisi di Karangasem
page 1 of 1