Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Teknologi Bahan Nuklir dan Limbah Radioaktif (PRTBNLR) telah mengembangkan simulator pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) tipe small modular reactor presurized water reactor (SMR PWR).
Simulator ini memanfaatkan teknologi reaktor berpendingin air. Tetapi, bentuknya terintegrasi antara teras dan pembangkit uapnya dalam satu containment, berukuran kecil, dan memiliki daya 50-70 megawatt.
“Pengembangan simulator small modular ini sudah dilakukan periset BRIN sejak 2019 bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM), untuk skala pendidikan dan masyarakat umum,” ujar Plt. Kepala PRTBNLR BRIN Syaiful Bakhri, dalam penandatanganan perjanjian kerja sama dengan Fakultas Teknik UGM, di Yogyakarta, Jumat (22/3).
Menurutnya, teknologi nuklir, khususnya reaktor nuklir, perlu penguasaan di semua aspek terkait pembuatan model, memberikan pemahaman pada masyarakat, akademisi, tenaga kerja ketenaganukliran cara-cara mengoperasikan reaktor dengan selamat yang kuncinya terletak pada simulator.
“Simulator ini mejadi representasi yang mirip dengan reaktor yang sebenarnya. Bisa dioperasikan, termasuk untuk antisipasi kecelakaan, memberi pemahaman pada akademisi cara mengoperasikan reaktor sekaligus mengembangkannya. Sedangkan bagi tenaga ketenaganukliran semisal operator reaktor ke depannya, simulator ini bisa menjadi panduan bagi mereka,” papar Syaiful.
Dia menyebut, di negara-negara pengembang teknologi nuklir, sebelum reaktor dibangun, operator harus dididik di simulator. Setelah memiliki izin, baru operator tersebut boleh mengoperasikan reaktor yang sebenarnya.
Beberapa keunggulan simulator PLTN tipe SMR PWR adalah berukuran kecil, menggunakan pendingin air, dan sirkulasi alamiah. Sehingga, tingkat keselamatannya dinilai lebih tinggi dibandingkan reaktor berukuran besar yang masih menggunakan passive system dan pendinginan paksa.
“Pendinginnya natural, misalnya saat kehilangan catu daya, maka air pendingin dalam sistem primer reaktor ini tetap dapat bersirkulasi dengan sendirinya untuk mendinginkan, mengambil panas dari teras reaktor,” jelasnya.
Dari sisi aspek pendidikan, simulator ini memberikan peluang pengembangan pemodelan dan komputasi. “Mahasiswa dapat melakukan praktik pemodelan cara mendesain sebuah reaktor untuk tujuan simulator, sekaligus belajar mengoperasikan reaktor menggunakan komputer dengan aman dan selamat,” tambah Syaiful.
Target kerja sama ini bukan hanya berhenti pada pengembangan simulator saja. “Ke depan, simulator ini dapat dikembangkan oleh para ahli teknik nuklir. Sehingga, bisa untuk mensimulasi skenario kecelakaan yang dapat terjadi di reaktor dan mitigasinya,” ujarnya.
Pihaknya akan mengajak UGM untuk melakukan riset dekomisioning, dekontaminasi, limbah, penyiapan bahan nuklir, pengembangan bahan bakar, dekotaminasi tanah tercemar sesium, dan riset yang lebih maju lain ke depannya.
“Simulatornya bisa untuk pembelajaran, menghasilkan riset baru, menambah kompetensi mahasiswa, dan menguatkan riset BRIN,” pungkasnya.
Sumber: https://brin.go.id/