Riset dan Inovasi
Dipublikasikan oleh Nadia Pratiwi pada 16 Mei 2024
Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengategorikan harimau Jawa Panthera tigris sondaica sejak 1980an, dan Harimau Bali P. tigris balica telah punah berdasarkan assesment pada 2008 dari IUCN. Penampakan terakhir Harimau Jawa terkonfirmasi di Meru Betiri Taman Nasional, Jawa Timur pada 1976. Sementara saat ini, hanya Harimau Sumatera P. tigris sumatrae yang masih tersisa di Indonesia.
Kini, setelah 43 tahun harapan baru muncul. Wirdateti Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan adanya temuan sehelai rambut Harimau Jawa di pagar pembatas antara kebun rakyat dengan jalan desa Cipeundeuy, Sukabumi Selatan, Jawa Barat.
“Rambut tersebut ditemukan oleh Kalih Reksasewu atas laporan Ripi Yanuar Fajar yang berpapasan dengan hewan mirip Harimau Jawa yang dikabarkan telah punah, pada malam hari 19 Agustus 2019. Ripi adalah seorang penduduk lokal yang berdomisili di desa Cipeundeuy, Sukabumi Selatan, Jawa Barat,” tutur Peneliti yang akrab disapa Teti tersebut kepada Humas BRIN pada Minggu (24/03).
Dari serangkaian analisis DNA komprehensif yang telah dilakukan, Teti dan tim menyimpulkan sampel rambut harimau yang ditemukan di Sukabumi Selatan adalah species Panthera tigris sondaica atau Harimau Jawa. Termasuk dalam kelompok yang sama dengan spesimen Harimau Jawa koleksi Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) pada 1930.
Menurut Teti, keyakinan tersebut diperkuat oleh prosedur ilmiah lainnya yang telah dilakukan. Selain menemukan rambut, dari lokasi tersebut juga ditemukan bekas cakaran mirip harimau yang semakin menguatkan Teti untuk melakukan observasi lanjutan.
Identifikasi awal Teti bersama tim adalah melakukan studi perbandingan sampel rambut harimau yang ditemukan di Sukabumi Selatan dengan spesimen Harimau Jawa koleksi MZB. Kemudian beberapa subspesies sampel harimau lain, yaitu Harimau Bengal, Amur dan Sumatra, serta Macan Tutul Jawa yang digunakan sebagai kontrol.
“Hasil perbandingan antara sampel rambut Harimau Sukabumi menunjukkan kemiripan sebesar 97,06 % dengan Harimau Sumatera, dan 96,87 dengan Harimau Benggala. Sedangkan spesimen Harimau Jawa koleksi MZB memiliki 98,23 kemiripan dengan Harimau Sumatera,” jelas Teti.
Sementara itu, hasil studi pohon filogenetik menunjukkan sampel rambut Harimau Sukabumi dan spesimen harimau koleksi MZB berada dalam kelompok yang sama, namun terpisah dari kelompok subspesies harimau lain. Selanjutnya, Macan Tutul Jawa berdasarkan sampel yang diperoleh dari spesimen MZB.
Untuk memperkuat observasinya, Teti bersama tim juga melakukan wawancara mendalam dengan Ripi Yanuar Fajar yang melihat harimau tersebut. Wawancara dilakukan saat survei pada 15-19 Juni 2022 pada lokasi ditemukannya sampel rambut.
Teti menjelaskan, analisis genetik DNA memiliki tingkat sensitifitas yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan konservasi dan mengklarifikasi ketidakpastian taksonomi. Berikutnya, merekonstruksi filogeografi dan demografi untuk menyelidiki nenek moyang genetik subspesies.
Teti juga menambahkan, ekstraksi DNA total yang dilakukan menggunakan Dneasy Blood & Tissue Kit sesuai protokol. Protokol tersebut telah dimodifikasi dengan menambahkan proteinase, karena tingginya kandungan protein pada rambut.
“Amplifikasi PCR seluruh sitokrom b mtDNA dilakukan dengan primer khusus untuk harimau. Selanjutnya, seluruh hasil sekuens nukleotida disimpan menggunakan BioEdit dan diserahkan ke GenBank. Urutan komplemen antara primer forward dan reverse diedit menggunakan Chromas Pro. Semua urutan nukelotida dugaan Harimau Jawa dibandingkan dengan data sekuen Genbank National Center for Biotechnology Information (NCBI). Penyelarasan DNA dilakukan menggunakan Clustal X dan data dianalisis menggunakan MEGA,” jelas Teti.
Harimau Jawa merupakan hewan endemik Pulau Jawa dan tersebar luas di hutan dataran rendah, semak belukar, dan perkebunan. Sayangnya, sejak hewan ini diburu karena dianggap hewan penganggu dan habitatnya diubah menjadi lahan pertanian dan infrastruktur, keberadaanya semakin hilang.
Lalu apakah harimau jawa masih ada di alam liar? Teti menjawab kondisi tersebut masih perlu dikonfirmasi dengan studi genetik dan lapangan lebih lanjut.
Sumber: https://brin.go.id/
Riset dan Inovasi
Dipublikasikan oleh Nadia Pratiwi pada 15 Mei 2024
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Teknologi Bahan Nuklir dan Limbah Radioaktif (PRTBNLR) telah mengembangkan simulator pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) tipe small modular reactor presurized water reactor (SMR PWR).
Simulator ini memanfaatkan teknologi reaktor berpendingin air. Tetapi, bentuknya terintegrasi antara teras dan pembangkit uapnya dalam satu containment, berukuran kecil, dan memiliki daya 50-70 megawatt.
“Pengembangan simulator small modular ini sudah dilakukan periset BRIN sejak 2019 bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM), untuk skala pendidikan dan masyarakat umum,” ujar Plt. Kepala PRTBNLR BRIN Syaiful Bakhri, dalam penandatanganan perjanjian kerja sama dengan Fakultas Teknik UGM, di Yogyakarta, Jumat (22/3).
Menurutnya, teknologi nuklir, khususnya reaktor nuklir, perlu penguasaan di semua aspek terkait pembuatan model, memberikan pemahaman pada masyarakat, akademisi, tenaga kerja ketenaganukliran cara-cara mengoperasikan reaktor dengan selamat yang kuncinya terletak pada simulator.
“Simulator ini mejadi representasi yang mirip dengan reaktor yang sebenarnya. Bisa dioperasikan, termasuk untuk antisipasi kecelakaan, memberi pemahaman pada akademisi cara mengoperasikan reaktor sekaligus mengembangkannya. Sedangkan bagi tenaga ketenaganukliran semisal operator reaktor ke depannya, simulator ini bisa menjadi panduan bagi mereka,” papar Syaiful.
Dia menyebut, di negara-negara pengembang teknologi nuklir, sebelum reaktor dibangun, operator harus dididik di simulator. Setelah memiliki izin, baru operator tersebut boleh mengoperasikan reaktor yang sebenarnya.
Beberapa keunggulan simulator PLTN tipe SMR PWR adalah berukuran kecil, menggunakan pendingin air, dan sirkulasi alamiah. Sehingga, tingkat keselamatannya dinilai lebih tinggi dibandingkan reaktor berukuran besar yang masih menggunakan passive system dan pendinginan paksa.
“Pendinginnya natural, misalnya saat kehilangan catu daya, maka air pendingin dalam sistem primer reaktor ini tetap dapat bersirkulasi dengan sendirinya untuk mendinginkan, mengambil panas dari teras reaktor,” jelasnya.
Dari sisi aspek pendidikan, simulator ini memberikan peluang pengembangan pemodelan dan komputasi. “Mahasiswa dapat melakukan praktik pemodelan cara mendesain sebuah reaktor untuk tujuan simulator, sekaligus belajar mengoperasikan reaktor menggunakan komputer dengan aman dan selamat,” tambah Syaiful.
Target kerja sama ini bukan hanya berhenti pada pengembangan simulator saja. “Ke depan, simulator ini dapat dikembangkan oleh para ahli teknik nuklir. Sehingga, bisa untuk mensimulasi skenario kecelakaan yang dapat terjadi di reaktor dan mitigasinya,” ujarnya.
Pihaknya akan mengajak UGM untuk melakukan riset dekomisioning, dekontaminasi, limbah, penyiapan bahan nuklir, pengembangan bahan bakar, dekotaminasi tanah tercemar sesium, dan riset yang lebih maju lain ke depannya.
“Simulatornya bisa untuk pembelajaran, menghasilkan riset baru, menambah kompetensi mahasiswa, dan menguatkan riset BRIN,” pungkasnya.
Sumber: https://brin.go.id/
Riset dan Inovasi
Dipublikasikan oleh Nadia Pratiwi pada 15 Mei 2024
Dua Periset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Yustian Rovi Alfiansah dan Andina Ramadhani Putri Pane meraih rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). Penyerahan piagam rekor MURI berlangsung di Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) Jakarta, Jum’at (22/3). Resepsi penyambutan ekspedisi bersama Indonesia – Tiongkok "Expedition Java Trench 2024" ini dihadiri Kepala BRIN Laksana Tri Handoko, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Luhut B. Pandjaitan, Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia, Kru Kapal Tan-Suo-Yi-Hao, dan para undangan.
Dalam sambutannya, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan bahwa ekspedisi ini bisa memperkuat kerja sama internasional di bidang penelitian dan inovasi maritim. Kolaborasi penelitian laut dalam dengan Institute of Deep-Sea Science and Engineering (IDSSE) – Chinese Academy of Science (CAS), Republik Rakyat Tiongkok (RRT) diharapkan akan terulang lagi. “Ekspedisi ini diharapkan memajukan kolaborasi berikutnya,” ucapnya.
Kolaborasi melalui program ekspedisi bersama tersebut dilakukan peneliti dari BRIN dan IDSSE-CAS. Mereka bersama-sama melakukan penelitian pada salah satu titik terdalam di Selatan Laut Jawa pada 23 Februari - 22 Maret 2024 menggunakan kapal penelitian Tan-Suo-Yi-Hao. Kapal ini berlayar dari Jakarta ke arah timur menuju Sumba, Mentawai, Sukabumi, hingga kembali ke Jakarta.
Handoko lalu menjelaskan, BRIN juga memiliki armada kapal riset. Armada tersebut digunakan untuk melakukan penelitian di laut Indonesia yang sangat luas. “Selain dengan negara Tiongkok, Indonesia juga melakukan ekspedisi pelayaran bersama dengan Jepang, Perancis, dll. BRIN mengundang akademisi maupun swasta untuk berkolaborasi melakukan penelitian. Seluruh data hasil penelitian disimpan di Indonesia,” tegasnya.
Sebagai bagian dari ekspedisi ini, kapal selam IDSSE-CAS Fendouzhe yang memiliki kemampuan mencapai kedalaman hingga 11.000 meter juga dikerahkan dan berhasil membawa peneliti Indonesia mencapai kedalaman 7.192 meter pada penelitian ini. Hal ini membawa BRIN meraih piagam penghargaan rekor MURI.
Sumber: https://brin.go.id/
Riset dan Inovasi
Dipublikasikan oleh Nadia Pratiwi pada 15 Mei 2024
Pernahkah Anda melakukan salat dan puasa di kedalaman 7.000 meter di laut dalam Samudra Hindia? Andina Ramadhani Putri Pane, seorang peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mampu melakukannya di kapal selam Fendouzhe milik Institute of Deep-Sea Science and Engineering (IDSSE) – Chinese Academy of Science (CAS).
Ya, Dina-panggilan akrabnya- tergabung dalam "Expedition Java Trench 2024". Dalam ekspedisi ini peneliti BRIN dan IDSSE-CAS bersama-sama melakukan penelitian di Selatan Laut Jawa pada 23 Februari hingga 22 Maret 2024 menggunakan kapal penelitian Tan-Suo-Yi-Hao. Dina merupakan satu-satunya muslimah dalam tim ekspedisi. Dia melaksanakan salat di kapal selam dan juga melakukan ibadah puasa selama melakukan ekspedisi.
Selain Dina, peneliti BRIN lainnya adalah Yustian Rovi Alfiansah peneliti bidang mikroorganisme dan akuakultur juga terlibat dalam ekspedisi ini yang bertindak sebagai ketua tim peneliti Indonesia. Selain peneliti ID-SSE Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan kru kapal, ekspedisi ini juga diikuti Mayor Kridha dari TNI Angkatan Laut, Harisma (peneliti dari Universitas Halu Oleo), dan Engki (peneliti Universitas Hang Tuah) yang mewakili Indonesia.
Kapal selam Fendouzhe melakukan 22 kali penyelaman, di mana 14 kali penyelaman melebihi 6000 meter dan 6 kali penyelaman bersama ilmuwan Indonesia. Di sana para ilmuwan meneliti spesimen fauna bentik/ bentos (dasar laut), menggunakan alat pengambil sedimen inti dan sedimen dalam, batuan dasar & karbonat. Selain itu juga menggunakan membran untuk menyaring air laut sehingga ditemukan mikrobiologinya. Kapal selam laut dalam ini dibawa menggunakan kapal penelitian Tan-Suo-Yi-Hao yang bersandar di dermaga Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) Jakarta.
Ekspedisi ini khususnya menyorot mengenai kelimpahan dan keanekaragaman fauna bentik yang tinggi, spesies inovatif di parit, dan ekosistem benda yang tidak biasa. Selain itu, para peneliti juga memantau sedimentasi oksida besi dalam skala besar di dekat sumbu parit, biota batuan baru – dunia foraminifera (grup besar protista amoeboid dengan pseudopodia), dan bidang hidrotermal suhu rendah di cekungan busur depan.
Pengalaman berharga didapatkan para peneliti Indonesia. Ekspedisi tidak berhenti pada kali ini saja, IDSSE-CAS juga mengajak peneliti Indonesia untuk mengikuti Global Trench Exploration and Dive Program. Program itu merupakan ekspedisi gabungan kedua di perairan Indonesia, khususnya berfokus pada gempa bumi dan sumber daya kelautan. IDSSE-CAS juga mengajak untuk mendirikan laboratorium bersama. Diharapkan dengan ekspedisi yang sudah terlaksana, dapat meningkatkan kerja sama di bidang rekayasa dan teknologi laut dalam.
Sumber: https://brin.go.id/
Riset dan Inovasi
Dipublikasikan oleh Nadia Pratiwi pada 15 Mei 2024
Kepala Pusat Riset Sains Data dan Informasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Esa Prakasa menyatakan, blockchain memiliki potensi berperan dalam bidang pertanian. Karena, teknologi blockchain dapat melakukan penelusuran asal produk pertanian, untuk menjamin kualitas produk yang akan dikonsumsi.
Karena itu, pihaknya melakukan kolaborasi riset dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk optimisasi blockchain bidang pertanian.
“Kolaborasi riset diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu dan wawasan serta memunculkan ide untuk memperluas dan meningkatkan hasil dan kualitas riset,” ungkap Esa, dalam Webinar PRSDI #2 bertajuk "Peran Sains Data dalam Optimisasi Aktivitas Pertanian", Rabu (20/3).
Guru Besar Divisi Teknik Sistem dan Industri - Departemen Teknik Industri Pertanian IPB Taufik Djatna, menjelaskan cara kerja blockchain.
“Melalui blockchain, kita bisa mengetahui bagaimana kelola lahan, kelembaban lahan, profil petani, mutu bibit yang akan ditanam, kondisi lingkungan, serta iklim pertanian. Selain itu, kita dapat mengetahui tingkat penawaran dan permintaan, harga, dan bagaimana penggunaan hasil panen,” tuturnya.
Menurut Taufik, blockchain dapat menjadi dasar untuk proses produksi, distribusi, hingga transaksi. Sehingga, pengaplikasian blockchain dapat meningkatkan kepercayaan di antara pemangku kepentingan.
“Mekanisme apapun yang dilakukan proses pertanian dapat ditelusuri dengan mudah dan dipercaya semua pihak. Mulai dari kondisi bahan pertanian dan pangan sepanjang rantai pasok, akan lebih mudah ditelusuri,” jelasnya.
Dikatakan Taufik, blockchain dapat meningkatkan target mutu dan target keamanan bahan pangan. Efisiensi harga akan lebih baik. Sehingga, dapat mempromosikan praktek pertanian yang lebih bertanggung jawab. Selain itu juga berperan dalam transaksi melalui smart contract.
“Namun, di Indonesia sendiri memiliki tantangan berupa regulasi yang belum selesai. Sehingga penerapan blockchain ini belum bisa diintegrasikan,” ujar Taufik.
Penerapan blockchain di bidang pertanian diharapkan dapat mengakuisisi data kegiatan pertanian. Pola tren pasar dapat diintegrasikan menjadi bagian smart contract, yang dapat dijadikan aset dalam pembiayaan tanpa menghilangkan kepemilikan.
Penemuan Radiofarmaka
Kemampuan smart contract yang dicangkokkan ke blockchain memiliki peran penting dalam radiofarmaka. Yakni, dalam menemukan material baru berasal dari tanaman yang memiliki potensi obat-obatan.
“Periset dan mitra kerjasamanya dapat membagi data bersama yang aman dan terjamin keasliannya. Peran penting blockchain bagi riset pengembangan obat sendiri menjamin adanya keamanan data, mulai dari uji coba klinis hingga ke pengembangan obat,” terang Taufik.
Karena dapat melacak asal muasal produk, struktur blockchain bisa menelusuri sumber yang lebih jelas. Dengan blockchain dan smart contract, menjamin adanya keaslian data mutu yang tidak digunakan. Data sifat yang terdistribusi untuk material baru bisa mendukung pekerjaan radiofarmaka.
Taufik berharap, penerapan AI pada penemuan obat berbasis radiofarmaka bisa dimulai dari identifikasi target untuk melihat dan memahami data set yang besar, yang tersimpan di big data, simulasi molecular, prediksi sifat obat, serta mendesain obat baru yang berasal dari tumbuhan. Serta, menyusun prioritas untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih murah dan cepat.
Sumber: https://brin.go.id/
Riset dan Inovasi
Dipublikasikan oleh Nadia Pratiwi pada 15 Mei 2024
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus mengembangkan beberapa modul Internet of Things (IoT) umtuk diterapkan dalam teknologi bilmedis, seperti modul WiFi server ESP32 atau ESP 8266 yang digunakan untuk komunikasi server. Dengan modul ini diharapkan mendapatkan performa terbaik dari penelitian sebelumnya yang menggunakan radar Frequency Modulated Continuous Wave (FMCW).
Peneliti BRIN, Puput Dani Prasetyo Adi menjelaskan bahwa radar FMCW merupakan jenis sensor radar aktif yang memancarkan daya transmisi secara kontinyu seperti gelombang kontinyu (CW Radar). Radar FMCW diukur berdasarkan perbedaan fasa atau frekuensi antara sinyal yang dipancarkan dan sinyal yang diterima. Radar tersebut dapat memantau sistem pernafasan manusia secara real time.
“Radar ini bahkan dapat menghitung jangkauan, kecepatan, atau fase secara bersamaan untuk beberapa target menggunakan proses yang dikenal sebagai demodulasi IQ dan beberapa kicauan,” jelas Peneliti Ahli Muda dari Pusat Riset Telekomunikasi BRIN itu saat diwawancari, Kamis (21/3)
Dijelaskan Puput, saat ini pihaknya fokus melakukan penelitian bersama tim, adalah pada kondisi pernafasan pasien yang dipantau dari Radar FMCW menjadi fokus dalam penelitian ini. Kemampuan unik radar FMCW untuk membedakan antara rentang dilakukan dengan memodulasi frekuensi transmisi yang sedang berlangsung.
Radar FMCW untuk pernafasan manusia atau pasien yang kemudian akan menentukan jenis penyakit atau kelainan pada pasien hanya dengan melihat jenis pernafasannya. Data dari Radar FMCW kemudian dikonversikan menjadi data yang dapat dibaca secara waktu nyata atau langsung oleh masyarakat, dokter, atau tim medis melalui web server iotmedis.brin.go.id.
Berbagai jenis data pernapasan diambil dari berbagai titik sehingga akan menimbulkan analisis baru yaitu proses pengiriman data pada trafik server atau proses uplink dan downlink. Kebaruan data dan penelitian secara spesifik adalah bagaimana data pernapasan multi pasien dari OmnipreSense atau FMCW Radar dapat diproses oleh mikroprosesor menggunakan MQTT (Message Queuing Telemetry Transport), dan data multi pasien tersebut dapat ditampilkan di server secara waktu nyata.
Tidak hanya dari segi FMCW Radar untuk medis tetapi juga dari segi fleksibilitas dalam menampilkan data yang dapat diintegrasikan dengan gawai yang digunakan saat ini. “Salah satu server yang digunakan adalah MQTT, yang telah telah dipasang dan berhasil menampilkan data pernapasan pasien secara waktu nyata.
Kedepannya, pada penelitian ini akan dilakukan pemasangan menggunakan casing permanen yang lebih tetap dan stabil dalam proses konektivitas antar perangkat, yang melibatkan Raspberry Pi 4 B dan OmniPreSense Radar. Data tersebut diintegrasikan ke dalam MQTT server dengan data pernapasan pasien dan menghasilkan data realtime dalam bentuk grafik data pernapasan,” ungkap Puput Dani.
Diharapkan FMCW Radar ini mampu membaca atau mendeteksi sistem pernafasan manusia dan menentukan ketidaknormalan pasien, membangun sistem realtime yang mampu membaca pernafasan manusia atau pasien berbasis Internet of Things dan pemanfaatan gelombang micro menggunakan radar FMCW 77 GHz untuk diaplikasikan untuk pendeteksian penyakit pasien terutama pada sisi pernafasan.
“Diakhir tahun 2023 ini kami berhasil menghasilkan prototype yang mampu membaca sistem pernafasan manusia dengan cara pembacaan menggunakan gelombang mikro dengan FMCW Radar tipe OmniPresense 77 GHz serta Jurnal Internasional dan prosiding sebagai output dari proses desiminasi riset dan tentunya paten berupa arsitektur yang kami rancang guna mampu melayani banyak pasien dengan realtime dan cepat,” papar Puput Dani.
Puput Dani berharap agar proses penyelesaian prototype atau casing untuk dibuat sedinamis mungkin sehingga dapat lebih mudah dibawa dan flexible serta dapat dikembangkan menjadi suatu produk yang dapat diterapkan di rumah sakit, tim medis maupun tim medis lapangan atau tim SAR (Search And Resque) yang bekerja di daerah bencana atau di dunia kesehatan secara umum.
Sumber: https://brin.go.id/