Predictive Maintenance & Digital Twin
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 14 Agustus 2025
industri manufaktur global sedang berada di tengah gelombang transformasi besar yang dikenal sebagai Industri 4.0. Era ini ditandai dengan integrasi teknologi digital seperti Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), Big Data, Cloud Computing, dan sistem Cyber-Physical Systems (CPS) ke dalam proses produksi. Salah satu teknologi kunci yang muncul dari tren ini adalah Digital Twin (DT), yaitu representasi virtual dari aset fisik yang dapat digunakan untuk memantau, mensimulasikan, dan mengoptimalkan kinerja aset secara real-time.
Digital Twin bukan sekadar model 3D atau simulasi statis. Ia adalah counterpart digital yang terhubung secara langsung dengan dunia nyata melalui sensor dan sistem kontrol, memungkinkan pemantauan kondisi mesin, deteksi anomali, hingga perencanaan pemeliharaan prediktif atau Predictive Maintenance. Dalam konteks industri, ini berarti keputusan operasional dapat diambil dengan data terkini tanpa harus menunggu kegagalan terjadi.
Namun, ada satu tantangan besar yang sering dihadapi perusahaan saat ingin mengadopsi DT untuk pemeliharaan: kurangnya data run-to-failure. Istilah run-to-failure data merujuk pada data historis yang merekam kondisi mesin dari awal hingga mengalami kegagalan total. Data ini penting untuk melatih model prediksi Remaining Useful Life (RUL) — yaitu estimasi umur pakai tersisa dari suatu aset. Masalahnya, tidak semua mesin memiliki data ini. Misalnya:
Inilah celah yang diidentifikasi Ignacio Vega Ortega dalam penelitiannya di Politecnico di Milano. Beliau memutuskan untuk mengembangkan Digital Twin untuk maintenance yang mampu bekerja meski tanpa data run-to-failure.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki dua tujuan utama:
Untuk mewujudkan hal ini, penelitian dilakukan di I.4.0 Lab — laboratorium industri 4.0 milik Politecnico di Milano — dengan fokus pada mesin bor (drilling machine) yang memiliki risiko kegagalan tinggi.
Pendekatan dan Metodologi
Ignacio menggunakan MATLAB/Simulink sebagai platform pengembangan DT. Pemilihan ini didasari pada hasil positif proyek sebelumnya di laboratorium yang juga memakai software ini, sehingga integrasi menjadi lebih mudah.
Desain sistem mengikuti alur OSA-CBM, yang terdiri dari:
Mari kita bahas satu per satu.
1. Data Acquisition
Tahap awal melibatkan pengumpulan dua jenis data:
Kelebihan metode ini adalah penggunaan sensor yang relatif murah dan umum di industri, sehingga model dapat direplikasi tanpa biaya tambahan besar.
2. Data Manipulation
Data mentah tidak langsung bisa digunakan untuk analisis. Di tahap ini, data getaran diubah menjadi nilai Root Mean Square (RMS) per siklus kerja mesin (±11 detik per siklus). RMS merupakan representasi energi getaran yang memudahkan identifikasi tren degradasi.
3. State Detection
Karena tidak ada data “sehat” historis, Ignacio melakukan uji produksi 100 unit untuk menetapkan baseline RMS mesin dalam kondisi baik. Distribusi RMS untuk setiap sumbu diuji normalitasnya, lalu batas upper limit ditentukan dengan rumus:
RMSUp = μ + 3σ
(μ = rata-rata, σ = standar deviasi)
Jika RMS melebihi batas ini, sistem menganggap ada anomali.
4. Health Assessment
Mesin dibagi ke dalam tiga status:
Nilai RMSFault diperoleh dengan membandingkan dengan mesin referensi yang mengalami kegagalan.
5. Prognostic Assessment
Di sinilah inovasi utama penelitian ini: Exponential Degradation Model (EDM).
EDM adalah model statistik yang memprediksi tren degradasi berdasarkan nilai RMS saat ini, tanpa memerlukan data run-to-failure historis. Model ini bekerja dengan memperbarui koefisien setiap siklus, sehingga estimasi RUL selalu up-to-date.
Hasil prediksi dilengkapi dengan confidence interval (CI). CI ini akan semakin sempit seiring bertambahnya data, sehingga prediksi menjadi lebih pasti.
6. Advisory Generation
Modul ini menampilkan informasi yang mudah dipahami operator:
Perhitungan hari menggunakan konversi dari jumlah siklus ke hari berdasarkan utilization rate dan production capacity.
Kontribusi Penelitian
Dari dua gap literatur yang diidentifikasi, penelitian ini menghasilkan:
Relevansi di Dunia Nyata
Pendekatan ini punya banyak aplikasi industri:
Selain itu, sifat sistem yang bekerja real-time membuatnya cocok untuk aset kritis yang memerlukan keputusan cepat.
Kekuatan Model
Keterbatasan dan Kritik Konstruktif
Meski kuat, sistem ini punya beberapa keterbatasan:
Potensi perbaikan di masa depan termasuk integrasi multi-sensor (getaran, suhu, arus listrik), penerapan model hybrid (gabungan fisik + statistik), dan konektivitas langsung ke sistem ERP/MES untuk otomatisasi jadwal maintenance.
Implikasi Bisnis
Kesimpulan
Penelitian Ignacio Vega Ortega berhasil menawarkan solusi praktis untuk masalah nyata di industri: bagaimana memprediksi umur pakai mesin meski tanpa data run-to-failure. Dengan menggabungkan blueprint pengembangan DT dan metode EDM, model ini membuka jalan bagi adopsi predictive maintenance yang lebih cepat, murah, dan efektif.
Bagi perusahaan yang ingin mengoptimalkan pemeliharaan aset, pendekatan ini adalah langkah strategis yang tidak hanya menghemat biaya tetapi juga meningkatkan keandalan operasional.
Sumber Paper:
Ignacio Vega Ortega. Development of a Digital Twin to support machine prognostics with low availability of run-to-failure data. Politecnico di Milano, 2019. DOI: 10.13140/RG.2.2.12345.67890 (contoh DOI, sesuaikan dengan yang asli)