Petugas Darurat

Manajemen Kelelahan dalam Respons Darurat: Strategi, Risiko, dan Solusi

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 25 Februari 2025


Petugas darurat sering kali bekerja dalam kondisi ekstrem yang membutuhkan fokus, ketahanan fisik, dan keputusan cepat. Kelelahan (fatigue) adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh petugas pemadam kebakaran, tenaga medis darurat, serta responden bencana lainnya, yang dapat menyebabkan kesalahan fatal dan menurunkan efektivitas respons terhadap situasi darurat. Laporan ini menguraikan risiko kelelahan, dampaknya terhadap kinerja responden darurat, serta strategi mitigasi yang dapat diterapkan oleh organisasi layanan darurat. Panduan ini dikembangkan oleh AFAC (Australasian Fire and Emergency Service Authorities Council), yang berperan dalam menetapkan pedoman keselamatan kerja bagi layanan darurat di Australia, Selandia Baru, dan wilayah Pasifik.

Metodologi dan Cakupan Studi

Dokumen ini disusun berdasarkan:

  1. Analisis akademik dan penelitian sebelumnya tentang kelelahan dalam layanan darurat.
  2. Konsultasi dengan berbagai lembaga penyelamat dan pemadam kebakaran di Australia dan Selandia Baru.
  3. Kajian terhadap peraturan keselamatan kerja, termasuk standar Safe Work Australia (2013) tentang manajemen risiko kelelahan.

Studi ini menyoroti faktor penyebab kelelahan dalam operasi darurat, termasuk jam kerja yang panjang, tugas fisik berat, stres psikologis, dan gangguan pola tidur. Selain itu, laporan ini memberikan pedoman praktis tentang manajemen kelelahan melalui kebijakan shift kerja, strategi hidrasi, serta teknik mitigasi seperti jadwal istirahat dan penggunaan kafein.

Faktor Penyebab Kelelahan dalam Tugas Darurat

1. Jam Kerja yang Panjang dan Kurangnya Istirahat

  • Petugas darurat sering bekerja lebih dari 12-16 jam per shift, terutama dalam operasi skala besar seperti pemadaman kebakaran hutan atau bencana banjir.
  • Responden yang terlibat dalam tugas on-call sering mengalami gangguan tidur, bahkan ketika mereka tidak dipanggil ke lokasi kejadian.
  • Kurangnya waktu pemulihan antara shift menyebabkan akumulasi kelelahan kronis.

2. Beban Kerja Fisik dan Lingkungan Ekstrem

  • Pemadam kebakaran, misalnya, harus menjalankan tugas berat dalam suhu tinggi dan kondisi penuh asap, yang meningkatkan risiko dehidrasi dan kelelahan fisik.
  • Studi menunjukkan bahwa panas dan asap dapat mempercepat kelelahan hingga 30% lebih cepat dibandingkan kondisi normal.

3. Dampak Psikologis dan Stres Operasional

  • Petugas darurat sering menghadapi situasi traumatis, seperti korban kecelakaan, kebakaran besar, atau penyelamatan korban bencana alam.
  • Gangguan tidur dan kecemasan pasca-trauma (PTSD) sering ditemukan di antara petugas yang bekerja dalam kondisi stres tinggi.
  • Kelelahan juga berkontribusi pada penurunan empati, yang dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi dalam tim dan pengambilan keputusan cepat.

Dampak Kelelahan pada Kinerja Responden Darurat

1. Penurunan Konsentrasi dan Keputusan yang Buruk

  • Studi menunjukkan bahwa orang yang mengalami kelelahan selama 24 jam memiliki tingkat penurunan kinerja yang setara dengan orang dengan kadar alkohol dalam darah 0,10%, di atas batas legal mengemudi di sebagian besar negara.
  • Petugas yang mengalami kelelahan kronis lebih cenderung membuat kesalahan operasional, seperti salah menilai arah angin dalam pemadaman kebakaran atau terlambat merespons perubahan situasi.

2. Risiko Cedera dan Kecelakaan Kerja

  • Petugas yang mengalami kelelahan lebih rentan terhadap kecelakaan, baik karena kurangnya koordinasi motorik maupun reaksi yang lebih lambat.
  • Penelitian menunjukkan bahwa 60% kecelakaan kerja dalam sektor layanan darurat berkaitan dengan faktor kelelahan.
  • Risiko ini meningkat terutama dalam situasi yang membutuhkan pengambilan keputusan cepat dan kerja sama tim yang tinggi.

3. Gangguan pada Kesehatan Jangka Panjang

  • Kelelahan kronis dapat menyebabkan hipertensi, gangguan metabolik, hingga risiko penyakit jantung.
  • Petugas yang sering mengalami kelelahan memiliki risiko 30% lebih tinggi mengalami masalah kesehatan mental, seperti depresi dan kecemasan.

Strategi Manajemen Kelelahan dalam Respons Darurat

1. Manajemen Jam Kerja dan Pola Shift

  • Membatasi shift kerja tidak lebih dari 12 jam dan memberikan istirahat minimal 8 jam antara shift.
  • Memantau jam kerja kumulatif, terutama bagi petugas on-call yang sering mengalami gangguan tidur.
  • Menerapkan rotasi tugas, sehingga petugas tidak melakukan tugas berat secara terus-menerus.

2. Peningkatan Pola Istirahat dan Nutrisi

  • Menyediakan ruang istirahat yang nyaman dan tenang bagi petugas yang sedang bertugas dalam operasi berkepanjangan.
  • Menganjurkan tidur siang singkat (power nap) selama 10-20 menit untuk meningkatkan konsentrasi tanpa menyebabkan efek "groggy" setelah bangun.
  • Menyediakan makanan bergizi dan hidrasi yang cukup, terutama dalam kondisi kerja panas atau berkepanjangan.

3. Penggunaan Teknologi dan Pemantauan Kelelahan

  • Menggunakan perangkat wearable untuk memantau tingkat kelelahan petugas, seperti sensor detak jantung dan pola tidur.
  • Menerapkan sistem shift berbasis kecerdasan buatan (AI) yang dapat menyesuaikan jadwal kerja berdasarkan pola tidur individu.
  • Melakukan pelatihan rutin untuk meningkatkan kesadaran petugas terhadap tanda-tanda kelelahan dan cara mengatasinya.

4. Dukungan Psikologis dan Evaluasi Rutin

  • Menyediakan layanan konseling bagi petugas yang mengalami stres tinggi atau gangguan tidur.
  • Menerapkan sistem pendampingan (buddy system) selama operasi darurat, di mana setiap petugas memiliki rekan yang bertanggung jawab untuk saling mengawasi tanda-tanda kelelahan.
  • Melakukan evaluasi pasca-operasi untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi pada kelelahan dan memperbaiki kebijakan manajemen kelelahan.

Kesimpulan

Laporan ini menegaskan bahwa kelelahan adalah ancaman serius dalam operasi darurat yang dapat mengurangi efektivitas respons, meningkatkan risiko kecelakaan, dan berdampak pada kesehatan jangka panjang petugas. Dengan menerapkan strategi mitigasi yang lebih baik, seperti manajemen jam kerja, peningkatan pola istirahat, penggunaan teknologi pemantauan, serta dukungan psikologis, organisasi layanan darurat dapat meningkatkan keselamatan dan kinerja tim mereka.

Sumber 

Australasian Fire and Emergency Service Authorities Council. (2022). Managing Fatigue in Emergency Response (AFAC Publication No. 3051). Melbourne, Australia.

Selengkapnya
Manajemen Kelelahan dalam Respons Darurat: Strategi, Risiko, dan Solusi
page 1 of 1