Pertanian

Penjelasan Untuk Pertanian Berkelanjutan

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 01 Maret 2024


Pertanian berkelanjutan adalah gerakan pertanian yang menerapkan prinsip-prinsip ekologi, yang mempelajari hubungan antara organisme hidup dan lingkungannya. Pertanian berkelanjutan didefinisikan sebagai sistem terpadu praktik produksi tumbuhan dan hewan dalam satu lokasi, yang memiliki fungsi jangka panjang berikut:

  1. Memenuhi kebutuhan pangan manusia dan serat.
  2. Peningkatan kualitas lingkungan dan sumber daya alam yang berbasis pertanian.
  3. Penggunaan yang sangat efisien dari sumber daya alam tak terbarukan.
  4. Pemanfaatan sumber daya yang tersedia di lahan pertanian secara terpadu, dengan penggunaan pengendalian dan siklus biologis untuk meningkatkan kualitas hidup petani dan masyarakat secara keseluruhan.

Meskipun demikian, pertanian berkelanjutan sering kali dianggap sebagai langkah menuju tujuan, bukan tujuan itu sendiri. Pertanian yang benar-benar berkelanjutan bertujuan untuk mengurangi konsumsi energi, meminimalkan dampak terhadap lingkungan, mengurangi penggunaan barang-barang kemasan, mendorong pembelian lokal melalui rantai pasokan pangan yang pendek, mengurangi konsumsi bahan makanan olahan, dan meningkatkan kegiatan berkebun di masyarakat dan di rumah. Meskipun beberapa pihak berpendapat bahwa pertanian berkelanjutan mungkin menghadapi tantangan secara ekonomi.

Sumber Daya Pertanian Berlanjutan

Sumber daya alam merupakan komponen vital dalam pertanian berkelanjutan, yang menggabungkan prinsip-prinsip ekologi dalam praktik produksi tanaman dan hewan. Faktor seperti cahaya matahari, udara, tanah, dan air memegang peranan penting dalam pemanfaatan sumber daya alam di lahan pertanian. Pengelolaan yang baik terhadap faktor ini sangat diperlukan untuk menjaga keberlanjutan lingkungan pertanian. Pentingnya nutrisi tanah menjadi perhatian dalam pertanian berkelanjutan, di mana pengembalian nutrisi ke tanah menjadi kunci dalam meminimalkan penggunaan sumber daya alam non-terbarukan seperti gas alam dan mineral. Cara pengembalian nutrisi dapat dilakukan melalui berbagai metode, seperti daur ulang sampah organik, tanaman legum, produksi nitrogen industri, serta teknologi rekayasa genetika.

Pengelolaan air juga merupakan aspek penting dalam pertanian berkelanjutan, di mana irigasi yang tepat dan manajemen drainase sangat diperlukan untuk mencegah salinisasi tanah dan menjaga keberlanjutan sumber daya air. Erosi tanah juga menjadi perhatian utama, di mana metode pertanian tanpa pembajakan dan desain jalur kunci menjadi solusi untuk mengurangi erosi tanah. Selain itu, ketersediaan lahan pertanian juga menjadi isu penting, terutama dengan meningkatnya permintaan akan bahan pangan dan tekanan untuk memperluas lahan pertanian. Namun, perlu diingat bahwa perluasan lahan pertanian juga berkontribusi pada deforestasi dan kehilangan biodiversitas, sehingga pengelolaan lahan yang bijaksana sangat diperlukan.

Di sisi energi, pertanian berkelanjutan juga berupaya untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dengan mengembangkan teknologi energi terbarukan dalam rantai produksi pangan. Hal ini menjadi penting mengingat keterbatasan dan kenaikan harga bahan bakar fosil yang dapat mempengaruhi ketahanan pangan global. Dengan demikian, upaya untuk memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan dalam pertanian adalah kunci untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dan memastikan ketahanan pangan jangka panjang.


Disadur dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian_berkelanjutan

Selengkapnya
Penjelasan Untuk Pertanian Berkelanjutan

Pertanian

Dukungan Pemerintah Terhadap Subsidi Pertanian

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 01 Maret 2024


Subsidi pertanian adalah dukungan keuangan yang diberikan oleh pemerintah kepada petani dan pelaku bisnis pertanian untuk membantu mendukung pendapatan mereka, mengatur pasokan komoditas pertanian, dan memengaruhi permintaan serta penawaran komoditas tertentu. Subsidi ini dapat diberikan untuk berbagai jenis komoditas, baik hasil pertanian maupun hasil peternakan, dan bisa bersifat umum atau ditujukan untuk tujuan penggunaan khusus, seperti dalam program pemberian makanan di sekolah. Meskipun demikian, subsidi pertanian sering kali menjadi topik kontroversial karena keterlibatan besar perusahaan agribisnis yang memiliki kepentingan politik dan ekonomi dalam hal tersebut.

Dampak Subsidi Pertanian

Subsidi pertanian berfungsi sebagai aliran uang dari pembayar pajak ke pemilik lahan usaha tani, namun dampaknya kompleks dan sering kontroversial.

1. Perdagangan Internasional dan Harga Pangan Global

Subsidi komoditas pertanian yang diekspor dapat menurunkan harga global, menguntungkan konsumen di negara berkembang. Namun, hal ini merugikan petani non-subsidi dan meningkatkan kemiskinan dengan mengurangi harga pangan. Perdebatan seputar subsidi pertanian sering menghambat pembicaraan perdagangan internasional.

2. Kemiskinan di Negara Berkembang

Subsidi pertanian di negara maju menurunkan harga pangan global, sehingga petani di negara berkembang sulit bersaing. Dampaknya termasuk peningkatan kemiskinan di kalangan petani non-subsidi. Contohnya, Haiti mengalami penurunan produksi beras lokal karena tidak bisa bersaing dengan impor beras yang disubsidi.

3. Dampak pada Asupan Nutrisi

Subsidi pangan berkalori tinggi dapat menyebabkan obesitas karena harga yang murah. Misalnya, jagung digunakan sebagai pakan ternak, meningkatkan kandungan lemak dalam daging sapi. Namun, penelitian mengenai kaitan kebijakan pertanian dengan obesitas masih kontroversial.

4. Dampak Lingkungan

Subsidi pada pertanian skala besar mendorong pertanian monokultur yang merusak lingkungan dan mengancam keberlangsungan lebah sebagai penyerbuk alami. Subsidi pada industri daging juga menyebabkan masalah lingkungan seperti emisi gas rumah kaca dan konsumsi air yang besar.

Intervensi pemerintah melalui subsidi pertanian dapat mengganggu mekanisme pasar, memengaruhi produksi dan harga komoditas, serta menyebabkan ketidakadilan ekonomi.

Subsidi Pertanian di Berbagai Wilayah

  1. Uni Eropa

    • Pada tahun 2010, Uni Eropa mengalokasikan 47 Miliar Euro untuk pertanian, dengan sebagian besar subsidi didasarkan pada luas lahan yang dikelola. Sektor pertanian dan perikanan menerima 40% dari dana tersebut.
  2. Afrika

    • Peningkatan harga pangan dan pupuk telah meningkatkan kerawanan pangan di wilayah perkotaan dan pedesaan di beberapa negara miskin di Afrika. Kebijakan baru berfokus pada peningkatan produktivitas tanaman pangan pokok.
  3. Selandia Baru

    • Selandia Baru memiliki sistem pertanian dengan pasar yang sangat terbuka setelah reformasi pada tahun 1984 yang menghentikan semua jenis subsidi. Subsidi pertanian di negara lain dianggap sebagai hambatan bagi Selandia Baru dalam bersaing sebagai negara pengekspor bahan pertanian.
  4. Amerika Serikat

    • Amerika Serikat memberikan subsidi sekitar US$ 20 miliar per tahun kepada petani melalui U.S. farm bill. Program ini telah mengalami perubahan signifikan dari tahun 1930an hingga saat ini, dengan sebagian besar subsidi diberikan kepada produsen jagung karena kebijakan energi yang mengarah pada produksi etanol dari jagung.
  5. Asia

    • Subsidi pertanian tetap menjadi topik utama dalam perdagangan global. Jepang dan Korea Selatan termasuk di antara negara-negara di Asia yang memberikan subsidi besar kepada petani mereka, meskipun ada upaya untuk mengubah sektor pertanian di Korea Selatan yang dihadapi dengan resistensi dari berbagai pihak.

 
Disadur dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Subsidi_pertanian

Selengkapnya
Dukungan Pemerintah Terhadap Subsidi Pertanian

Pertanian

Penjelasan Studi Proses Ekologi Pertanian

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 01 Maret 2024


Ekologi Pertanian adalah studi tentang proses ekologi yang mengatur sistem produksi pertanian, dengan membawa prinsip-prinsip ekologi ke dalam ekosistem pertanian. Istilah ini sering disalahartikan sebagai "sains, olahraga, praktik" meskipun sebenarnya lebih tepat didefinisikan sebagai bidang ilmu yang berkaitan dengan ekosistem pertanian daripada metode pertanian spesifik.

Strategi ekologi

Pakar ekologi pertanian mendukung penggunaan teknologi dalam pertanian dengan mempertimbangkan aspek keberagaman hayati, sosial, dan manusia. Mereka menganggap bahwa teknologi harus digunakan secara bijaksana sesuai dengan karakteristik unik dari setiap ekosistem pertanian. Studi ekologi pertanian mengkaji produktivitas, stabilitas, keberlanjutan, dan kesetaraan dalam ekosistem pertanian, dengan pendekatan interdisipliner yang melibatkan ilmu alam, sosial, ekonomi, dan budaya.

Pendekatan

Ekologi pertanian didefinisikan sebagai studi tentang hubungan antara tanaman pertanian dan lingkungan, serta interaksi antara tanaman, hewan, manusia, dan lingkungan dalam sistem pertanian. Pendekatan ekologi pertanian dapat bervariasi tergantung pada lokasi geografisnya, dengan fokus politik yang berbeda-beda di berbagai belahan bumi. Di samping itu, terdapat pendekatan berbasis ekologi populasi yang menganalisis dinamika populasi spesies dalam ekosistem pertanian.

Ekologi pertanian inklusif menganggapnya sebagai bagian integral dari pertanian secara keseluruhan, dengan mempertimbangkan hubungan antara ekologi alam dan ekologi pertanian. Ini menekankan pentingnya pengelolaan lingkungan pertanian yang terencana dengan baik, di mana manusia berinteraksi dengan organisme dalam lingkungan tersebut.


Disadur dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Ekologi_pertanian

Selengkapnya
Penjelasan Studi Proses Ekologi Pertanian

Pertanian

Penjelasan Mengenai Ketahanan Pangan

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 01 Maret 2024


Ketahanan pangan, juga dikenal sebagai jaminan pangan, merujuk pada ketersediaan pangan dan kemampuan individu untuk mengaksesnya. Ketika sebuah rumah tangga memiliki ketahanan pangan, berarti penghuninya tidak mengalami kelaparan atau hidup dalam ketakutan akan kelaparan. Faktor-faktor seperti kekeringan, gangguan dalam distribusi, kekurangan bahan bakar, instabilitas ekonomi, konflik, dan lain sebagainya dapat mengganggu ketahanan pangan. Evaluasi ketahanan pangan mencakup keswadayaan individu (self-sufficiency) dan ketergantungan eksternal, yang melibatkan berbagai risiko.

Komponen utama ketahanan pangan, menurut World Health Organization, meliputi ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan pangan. Ketersediaan pangan mencakup kemampuan memiliki pangan yang cukup untuk kebutuhan dasar, sedangkan akses pangan melibatkan kemampuan untuk mendapatkan bahan pangan yang bernutrisi secara ekonomi dan fisik. Pemanfaatan pangan mencakup kemampuan dalam memanfaatkan bahan pangan dengan tepat, sementara FAO menambahkan kestabilan dari ketiga komponen tersebut dalam jangka waktu yang panjang.

Di India, kebijakan pangan seperti subsidi yang diberikan oleh pemerintah berdampak pada akses masyarakat terhadap bahan pangan. Melalui sebuah rencana ambisius, pemerintah India berencana memberikan subsidi kepada dua pertiga populasi negara tersebut. Rencana ini akan memberikan lima kilogram bahan pangan berharga murah setiap bulannya kepada 800 juta penduduk miskin.

Pertumbuhan produksi pangan per kapita selalu meningkat sejak tahun 1961. Sumber: Food and Agriculture Organization.

Sejarah Singkat

Ketahanan pangan adalah kondisi yang berkaitan dengan ketersediaan pangan yang berkelanjutan. Kekhawatiran terhadap ketahanan pangan telah ada sepanjang sejarah manusia. Misalnya, sejak 10.000 tahun yang lalu, lumbung padi Tiongkok berperan sebagai pusat peradaban Tiongkok kuno dan Mesir kuno. Pada masa kelaparan, masyarakat mengalami kesulitan hidup tanpa makanan yang cukup. Namun, konsep ketahanan pangan pada awalnya hanya dipahami pada tingkat nasional, di mana suatu negara dianggap memiliki ketahanan pangan jika produksi pangan meningkat untuk memenuhi permintaan dan menjaga stabilitas harga. Definisi baru mengenai ketahanan pangan diperkenalkan pada Konferensi Tingkat Tinggi Pangan Dunia pada tahun 1966. Definisi ini menekankan ketahanan pangan dari sudut pandang individu daripada negara.

Pilar Ketahanan Pangan

Ketersediaan pangan berkaitan dengan aspek produksi, distribusi, dan pertukaran pangan. Produksi pangan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kepemilikan lahan, manajemen tanah, pemilihan dan manajemen tanaman pertanian, serta pemuliaan dan manajemen hewan ternak. Distribusi pangan melibatkan penyimpanan, pemrosesan, transportasi, pengemasan, dan pemasaran bahan pangan. Infrastruktur dan teknologi penyimpanan pangan memengaruhi jumlah bahan pangan yang hilang selama proses distribusi. Akses pangan mengacu pada kemampuan seseorang untuk membeli dan mengalokasikan bahan pangan, serta faktor selera dan preferensi individu dan rumah tangga. Akses terhadap bahan pangan bergantung pada pendapatan, kepemilikan lahan, dan lokasi geografis. Pemanfaatan pangan dipengaruhi oleh keamanan pangan, penyediaan fasilitas kesehatan, sanitasi, dan edukasi tentang nutrisi dan penyiapan makanan. Stabilitas pangan mencakup kemampuan seseorang untuk mendapatkan bahan pangan secara konsisten selama periode waktu tertentu, baik dalam situasi transisi, musiman, maupun permanen. Stabilitas pangan merupakan tingkat tertinggi dalam kepemilikan atau penguasaan pangan, setelah ketahanan pangan dan kemandirian pangan.

Tantangan Menuju Ketahanan Pangan

  1. Erosi Tanah dan Degradasi Lahan: Proses erosi tanah oleh angin dan degradasi lahan akibat praktik pertanian intensif mengancam kesuburan tanah dan hasil panen. Sekitar 40% lahan pertanian dunia mengalami degradasi serius, yang jika terus berlanjut dapat mengakibatkan kekurangan pangan di beberapa wilayah, seperti yang terjadi di Afrika.

  2. Hama dan Penyakit: Penyakit tanaman seperti penyakit Ug99 pada gandum dapat mengakibatkan kerugian hasil panen hingga 100%, mengancam ketersediaan pangan. Pemanfaatan keanekaragaman genetika dapat membantu dalam menciptakan varietas tanaman yang lebih tahan terhadap penyakit.

  3. Krisis Air Global: Penurunan tinggi muka air tanah akibat pemompaan berlebihan telah menyebabkan kelangkaan air di beberapa negara. Hal ini berpotensi menyebabkan penurunan produksi tanaman pangan dan kenaikan harga pangan, seperti yang terjadi di beberapa negara Asia dan Afrika.

  4. Perebutan Lahan: Kepemilikan lahan lintas batas negara semakin meningkat, dengan beberapa negara atau perusahaan mengamankan lahan di negara lain untuk tujuan pertanian atau produksi biofuel. Ini dapat mengakibatkan persaingan yang lebih ketat dalam akses lahan untuk produksi pangan.

  5. Perubahan Iklim: Fenomena cuaca ekstrem seperti kekeringan dan banjir diperkirakan akan meningkat akibat perubahan iklim. Ini akan berdampak pada produktivitas pertanian dan ketersediaan pangan di masa depan, serta dapat meningkatkan harga pangan. Daerah-daerah di sekitar Himalaya dan sungai-sungai besar seperti Ganga di India dapat terpengaruh secara signifikan oleh perubahan iklim, mengancam ketahanan pangan penduduk setempat.

Dampak dari tantangan ini dapat mengancam ketahanan pangan global dan memerlukan langkah-langkah adaptasi dan mitigasi yang tepat untuk menjaga ketersediaan pangan di masa depan.


Dissadur dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Ketahanan_pangan

Selengkapnya
Penjelasan Mengenai Ketahanan Pangan

Pertanian

Penjelasan Mengenai Keamanan Hayati

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 01 Maret 2024


Keamanan hayati (biosecurity) adalah seperangkat prinsip yang digunakan untuk mengurangi risiko yang mungkin timbul ketika seseorang menangani atau bekerja dengan bahaya biologis, terutama di lingkungan laboratorium, praktik, dan kegiatan penanggulangannya. Biosecurity bertujuan untuk melindungi personel dan memastikan keamanan biologis dengan mengelola risiko ilmiah secara aman. Selain itu, biosecurity juga mencakup aspek keamanan pangan dan manajemen risiko terkait organisme hasil rekayasa genetika. Meskipun sering digunakan secara bersamaan atau bergantian, istilah keamanan hayati, biosecurity, dan biosafety semuanya bertujuan untuk mengurangi risiko terkait dengan bahaya biologis. Namun, biosecurity secara khusus mengacu pada upaya untuk mencegah intrusi, penyebaran, dan pelarian dari ancaman biologis dan informasi biologis yang tidak diinginkan.

Sejarah Singkat

Munculnya mikrobiologi modern pada abad ke-19 memungkinkan para ilmuwan untuk melakukan eksperimen dengan berbagai mikroorganisme. Meskipun infeksi yang berasal dari laboratorium telah ada sejak zaman Louis Pasteur dan Robert Koch, kesadaran akan perlunya melindungi keselamatan para pekerja yang berurusan dengan mikroorganisme dan bahan biologis lainnya baru meningkat pada abad ke-20.

Pada tahun 1955, diadakan Konferensi Keselamatan Hayati pertama di Maryland untuk berbagi pengetahuan tentang berbagai isu keselamatan, termasuk isu kimiawi, radiologis, dan industri di laboratorium. Konferensi ini kemudian melahirkan Asosiasi Keselamatan Hayati Amerika (ABSA) pada tahun 1984 dengan tujuan mempromosikan keselamatan bagi para pekerja profesional.

Penerapan keselamatan hayati di laboratorium mikrobiologi dimulai di Amerika Utara dan Britania Raya pada awal tahun 1970-an, di mana personel laboratorium diberikan pelatihan tentang penggunaan alat pelindung diri dan metode pembatasan fisik untuk mencegah penyebaran agen biologis. Konferensi Asilomar tentang DNA Rekombinan yang diadakan pada tahun 1975 membahas potensi bahaya biologis dan mengatur penerapan bioteknologi agar tidak membahayakan masyarakat.

Salah satu kecelakaan laboratorium yang berdampak besar adalah flu Rusia pada tahun 1977, di mana virus H1N1 diduga keluar dari laboratorium dan menyebar di masyarakat.

Berbagai organisasi kemudian menerbitkan panduan keselamatan hayati, seperti Manual Keselamatan Hayati Laboratorium oleh WHO pada tahun 1983 dan Keselamatan Hayati dalam Laboratorium Mikrobiologis dan Biomedis oleh CDC pada tahun 1984.

Pada tahun 2000, Protokol Cartagena tentang Keamanan Hayati disepakati oleh berbagai negara untuk mengatur perpindahan organisme hidup termodifikasi antar negara. Selain itu, Organisasi Standardisasi Internasional menerbitkan standar ISO 35001:2019 tentang Sistem Manajemen Biorisiko Laboratorium, yang mendefinisikan keselamatan hayati sebagai praktik dan pengendalian untuk mengurangi risiko paparan atau pelepasan bahan biologis yang tidak disengaja.


Disadur dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Keselamatan_hayati

Selengkapnya
Penjelasan Mengenai Keamanan Hayati

Pertanian

Penjelasan Kebijakan Pertanian

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 01 Maret 2024


Kebijakan pertanian merujuk kepada serangkaian regulasi yang berkaitan dengan pertanian baik dalam negeri maupun impor hasil pertanian. Biasanya, pemerintah menerapkan kebijakan pertanian dengan maksud mencapai berbagai tujuan di pasar produk pertanian dalam negeri. Tujuan tersebut mungkin meliputi jaminan pasokan yang cukup, stabilitas harga, peningkatan kualitas produk, seleksi varietas produk, optimalisasi penggunaan lahan, dan peningkatan kesejahteraan petani.

Kepentingan kebijakan pertanian

Ruang lingkup dan permasalahan dalam kebijakan pertanian mencakup berbagai aspek, antara lain:

  1. Tantangan pemasaran dan preferensi konsumen.
  2. Lingkungan perdagangan internasional, termasuk pasar global, hambatan perdagangan, karantina, hambatan teknologi, dan persaingan global.
  3. Tingkat dan pemeliharaan citra pasar.
  4. Pengelolaan biosekuriti.
  5. Keamanan hayati terkait dengan hama dan penyakit yang menyerang tanaman dan ternak, seperti kanker jeruk, hawar tebu, flu burung, penyakit sapi gila, dan penyakit mulut dan kuku.
  6. Infrastruktur, termasuk transportasi, pelabuhan, telekomunikasi, energi, dan fasilitas irigasi.
  7. Kapasitas pengelolaan dan pasokan tenaga kerja.
  8. Koordinasi isu-isu strategis internasional, seperti penelitian, metode pertanian baru, dan kegiatan agroindustri.
  9. Aspek air, termasuk hak akses, perdagangan, dan masalah akses terhadap sumber daya alam, seperti pengelolaan vegetasi lokal, perlindungan keanekaragaman hayati, dan keberlanjutan sumber daya alam dalam pertanian produktif.

Pengurangan Kemiskinan

Pertanian masih menjadi penyumbang terbesar dalam menyediakan mata pencaharian bagi 75% populasi miskin di pedesaan. Untuk meningkatkan kesempatan kerja di sektor pertanian bagi warga miskin, penting untuk memperhatikan infrastruktur, pendidikan, dan layanan informasi di wilayah pedesaan.

Keamanan Hayati

Dalam konteks pertanian industri, keamanan hayati bertujuan untuk mencegah penyebaran penyakit ke hewan ternak dan manusia, seperti flu burung, penyakit sapi gila, dan penyakit lain yang berpotensi merugikan sumber daya hayati setempat.

Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan adalah kondisi di mana manusia memiliki akses fisik dan ekonomi terhadap makanan yang mencukupi dan aman untuk menjalani kehidupan yang aktif dan sehat. Faktor-faktor penting dalam menciptakan ketahanan pangan meliputi ketersediaan, akses, pemanfaatan, dan stabilitas bahan pangan dalam jangka waktu yang panjang. Ancaman terhadap ketahanan pangan termasuk pertumbuhan populasi global, perubahan pola diet, dan dampak perubahan iklim.

Kedaulatan Pangan

Kedaulatan pangan adalah hak bagi manusia untuk menentukan sistem pangan mereka sendiri, meliputi produksi, distribusi, dan konsumsi pangan. Gerakan ini menekankan peran manusia dalam pembuatan kebijakan pangan, mengutamakan petani, warga desa, nelayan, dan komunitas lokal, dibandingkan dengan dominasi korporasi dan pasar global.


Disadur dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_pertanian

Selengkapnya
Penjelasan Kebijakan Pertanian
« First Previous page 25 of 27 Next Last »