Perguruan Tinggi
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 13 Maret 2025
Globalisasi telah mengubah lanskap ekonomi dunia, terutama setelah berakhirnya Perang Dingin. Fokus utama kini bergeser dari politik ke ekonomi, di mana negara-negara berupaya memperkuat diri melalui integrasi ekonomi regional. Salah satu bentuk integrasi tersebut adalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang mulai diberlakukan pada tahun 2016. Paper "Peluang dan Tantangan Lulusan Perguruan Tinggi Indonesia dalam MEA" oleh Ir. Ongku P. Hasibuan, MM. menyoroti bagaimana lulusan perguruan tinggi Indonesia harus mempersiapkan diri untuk bersaing di era pasar bebas ASEAN.
Studi Kasus dan Temuan Utama
1. Kekuatan dan Posisi Ekonomi ASEAN
ASEAN memiliki 654 juta penduduk dan PDB nominal sebesar 3,1 triliun USD, menjadikannya kawasan ekonomi terbesar ke-7 di dunia dan ke-3 di Asia setelah China dan India. Beberapa data penting yang dikutip dalam paper ini antara lain:
2. Kesiapan Tenaga Kerja Indonesia dalam MEA
Kualitas tenaga kerja Indonesia masih tertinggal dibandingkan beberapa negara ASEAN, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Berdasarkan data BPS (2018):
Dibandingkan Malaysia (24,4% lulusan perguruan tinggi) dan Singapura (29,4%), Indonesia masih tertinggal dalam hal tenaga kerja terdidik.
3. Kekurangan Sarjana Teknik dan Kebutuhan Pasar Kerja
Dalam industri teknik dan keinsinyuran, Indonesia mengalami defisit tenaga profesional:
Dengan dibukanya pasar tenaga kerja ASEAN melalui Mutual Recognition Arrangement (MRA), tenaga profesional dari negara lain dapat bekerja di Indonesia dan sebaliknya. Jika tidak meningkatkan kualitas, lulusan Indonesia bisa kalah bersaing dengan tenaga kerja asing.
4. Peran Infrastruktur dan Investasi Asing
Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam terbesar di ASEAN, namun tidak selalu menjadi tujuan utama investasi:
Jika Indonesia tidak segera memperbaiki ekosistem investasinya, negara lain akan lebih diuntungkan dalam menarik investasi dan membuka lebih banyak lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja mereka.
Analisis dan Kritik
1. Kesenjangan Antara Pendidikan dan Kebutuhan Pasar Kerja
Sebagian besar perguruan tinggi di Indonesia masih berorientasi pada kuantitas lulusan dibandingkan kualitas dan relevansi dengan pasar kerja. Akibatnya:
Untuk memperbaiki kondisi ini, kurikulum pendidikan tinggi harus lebih selaras dengan kebutuhan industri, termasuk peningkatan program vokasi dan kerja sama dengan dunia usaha.
2. Tantangan dan Ancaman dari Tenaga Kerja Asing
MEA membuka peluang bagi tenaga kerja Indonesia untuk bekerja di negara ASEAN lain, tetapi juga membuka pintu bagi tenaga kerja asing ke Indonesia. Tantangan utama:
Strategi yang dapat dilakukan untuk menghadapi tantangan ini:
Paper ini menyoroti bagaimana MEA membawa peluang sekaligus tantangan bagi lulusan perguruan tinggi Indonesia. Temuan utama yang dapat disimpulkan adalah:
Beberapa rekomendasi yang dapat diambil untuk meningkatkan daya saing lulusan Indonesia dalam MEA:
Dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat memanfaatkan peluang MEA untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja dan memperkuat posisinya dalam ekonomi regional.
Sumber Artikel:Ongku P. Hasibuan. "Peluang dan Tantangan Lulusan Perguruan Tinggi Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)." Orasi Ilmiah Wisuda STIKOM & STIE Indonesia Mandiri, Bandung, 31 Oktober 2019.