Perencanaan Hidrologi

Menata Drainase Haruru: Solusi Terukur Atasi Banjir Permukiman Maluku Tengah

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 28 Mei 2025


Pengantar: Ketika Genangan Menjadi Ancaman Rutin

Banjir di wilayah organisasi bukan sekadar gangguan musiman, tetapi bisa menjadi bencana permanen jika sistem drainase tidak memadai. RT 21 Desa Haruru, Kecamatan Amahai, Maluku Tengah, merupakan salah satu kawasan yang sering mengalami genangan dan banjir saat hujan lebat. Ketidaksiapan infrastruktur, terutama saluran drainase, menjadi penyebab utama.

Penelitian oleh Novita Irma Diana Magrib dan Charles J. Tiwery hadir untuk memberikan solusi konkrit berbasis perhitungan teknis. Dengan menggabungkan analisis hidrologi dan hidrolika, mereka merancang sistem drainase yang adaptif terhadap kondisi lokal dan berbagai skenario hujan.

Masalah Utama: Kurangnya Saluran dan Berkurangnya Daya Resap Lahan

Luas wilayah RT 21 mencapai 131.137 m², yang secara status masuk sebagai desa berkembang. Sayangnya, perkembangan ini tidak disebabkan oleh sistem drainase yang memadai. Alih fungsi lahan menyebabkan resapan air berkurang drastis. Akibatnya, saat hujan deras terjadi, udara tidak memiliki jalur saluran yang cukup cepat dan tergenang dalam organisasi.

Fakta ini menekankan pentingnya sistem drainase yang terencana dan sesuai beban hidrologis aktual.

Perencanaan Strategi: Mulai dari Rencana Hujan hingga Bentuk Saluran

1. Analisis Hidrologi: Distribusi Curah Hujan dan Debit Rencana

Penelitian ini memanfaatkan data curah hujan maksimum harian dari BMKG Amahai selama periode 2011–2020. Distribusi Log Pearson Type III dipilih setelah uji menunjukkan kesesuaian metode ini paling sesuai. Hasilnya:

  • Hujan rencana 2 tahun: 154,2 mm
  • Hujan rencana 5 tahun: 204,23 mm
  • Hujan rencana 10 tahun: 236,73 mm

Rencana debit dihitung menggunakan metode rasional:
Q = 0,278 × C × I × A
dengan hasil debit minimum 0,010 m³/detik hingga maksimum 2,737 m³/detik.

2. Waktu Konsentrasi dan Intensitas Hujan

Waktu konsentrasi dihitung dengan pendekatan t₀ + tᵈ, mempertimbangkan permukaan lahan, jarak aliran, serta kemiringan topografi. Intensitas hujan menggunakan rumus Mononobe, yang menghasilkan data penting untuk dimensi saluran.

3. Pemilihan Bentuk dan Ukuran Saluran

Saluran yang dirancang berbentuk persegi, dinilai paling efisien dan mudah diterapkan di area padat. Dimensi bervariasi:

  • Minimum: tinggi 0,10 m dan lebar 0,20 m
  • Maksimum: tinggi 0,60 m dan lebar 1,20 m

Saluran terbesar (S37) dirancang untuk debit hampir 3,3 m³/detik, menunjukkan skenario ekstrem dapat ditangani.

Hasil Efisiensi: Tinggi dan Konsisten

Salah satu aspek penting dalam studi ini adalah pengukuran efisiensi saluran :

  • Kala ulang 2 tahun : 132,45% → overdesain, sangat aman
  • Kala ulang 5 tahun : 100% → tepat guna
  • Kala ulang 10 tahun : 86,19% → risiko melimpas mulai muncul

Hasil ini menunjukkan bahwa desain drainase tidak hanya menyesuaikan hujan masa kini, tetapi mengantisipasi perubahan iklim jangka panjang.

Studi Kasus: Saluran S37 dan Tantangan Kapasitas Maksimum

Saluran S37 dirancang untuk menampung beban tertinggi (3,276 m³/detik). Ukurannya besar: tinggi 0,98 m dan lebar 1,96 m. Efisiensi saluran tetap mencapai 100% untuk kala ulang 5 tahun dan masih memadai pada kala ulang 10 tahun.

Kasus ini menunjukkan pentingnya skalabilitas desain —saluran harus mampu menangani limpasan ekstrem tanpa meluap ke jalan atau rumah warga.

Opini dan Nilai Tambah: Apa yang Bisa Ditingkatkan?

Kritik:

  • Desain yang berdasarkan data hujan bisa historis bias jika tren iklim berubah dengan cepat. Diperlukan pendekatan prakiraan iklim jangka menengah.
  • Tidak semua warga memahami peran drainase. Diperlukan edukasi agar saluran tidak tersumbat sampah.
  • Biaya implementasi belum dihitung secara rinci—suatu aspek penting dalam penganggaran desa.

Bandingkan dengan Wilayah Lain:

  • Di Kota Ambon, pendekatan menggunakan underdrain box storage menjadi pelengkap saluran terbuka.
  • Kota Surakarta berhasil menambahkan sumur resapan sebagai solusi per rumah yang menurunkan tekanan pada drainase utama.

Kombinasi solusi lokal dengan pendekatan berbasis komunitas dapat memperkuat sistem drainase.

Implikasi Praktis: Bukan Sekadar Saluran, Tapi Ketahanan Wilayah

Penelitian ini menunjukkan bahwa drainase bukan sekedar infrastruktur teknis, tetapi jantung dari ketahanan lingkungan organisasi. Saluran yang mampu menampung debit air tinggi bisa menyelamatkan nyawa, aset, dan kualitas hidup.

Manfaat nyata dari desain drainase optimal:

  • Menekan biaya kerusakan pasca banjir
  • Meningkatkan nilai properti
  • Mendorong pengembangan wilayah yang aman dan ramah lingkungan

Kesimpulan: Drainase adalah Investasi, Bukan Beban

Desain saluran drainase di RT 21 Desa Haruru yang dirancang oleh Magrib dan Tiwery adalah contoh penerapan teknik sipil berbasis data dan efisiensi. Dengan dimensi yang disesuaikan untuk berbagai debit, serta efisiensi yang diuji hingga skenario ekstrim, sistem ini terbukti layak.

Lebih dari itu, studi ini menjadi pengingat bahwa solusi banjir tidak harus menunggu bencana besar. Ia bisa dimulai dari pemetaan kecil, perhitungan yang cermat, dan keberanian bertindak sejak dini.

Sumber:

Magrib, NID, & Tiwery, CJ (2023). Perencanaan Saluran Drainase untuk Penanggulangan Banjir (Studi Kasus di RT 21 Desa Haruru Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah) . ARIKA, 17(1), 12–22.

Selengkapnya
Menata Drainase Haruru: Solusi Terukur Atasi Banjir Permukiman Maluku Tengah
page 1 of 1