Perbaikan Tanah dan Stabilitas Tanah

Solusi Ramah Lingkungan: Penguatan Tanah Lempung dengan Limbah Botol Plastik untuk Konstruksi Berkelanjutan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 30 April 2025


Pendahuluan: Masalah Tanah Lemah dan Ancaman Plastik Sekali Pakai

Plastik telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern, namun dampaknya terhadap lingkungan menjadi perhatian besar. Sementara itu, tantangan dalam konstruksi modern adalah bagaimana menstabilisasi tanah lempung yang memiliki daya dukung rendah, kadar plastisitas tinggi, dan seringkali menyebabkan deformasi berlebih. Penelitian yang dilakukan oleh Hazib dan rekan-rekannya (2022) menawarkan solusi inovatif dengan menggunakan limbah botol plastik bekas sebagai bahan aditif untuk meningkatkan kekuatan geser, daya dukung, dan kekuatan tekan tanah, melalui pendekatan laboratorium yang mengikuti standar ASTM.

Mengapa Botol Plastik dan Bagaimana Mekanismenya?

Polyethylene Terephthalate (PET), yang digunakan dalam botol minuman kemasan, memiliki sifat mekanik yang luar biasa seperti kekuatan tarik tinggi, ringan, tahan air, serta sulit terurai secara alami. Di sisi lain, ketersediaan botol plastik sebagai limbah sangat melimpah dan penggunaannya sebagai material rekayasa sipil sangat minim. Dalam konteks ini, PET dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti bahan stabilisasi konvensional seperti semen atau kapur yang mahal dan berdampak lingkungan tinggi. Limbah botol plastik ini digunakan dalam bentuk strip sempit untuk dicampurkan ke dalam tanah, menciptakan efek seperti material fiber-reinforced soil yang mampu memperbaiki parameter kekuatan tanah.

Metodologi Eksperimen dan Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari studi ini adalah mengkaji seberapa besar pengaruh strip plastik botol terhadap tiga parameter utama teknik geoteknik, yakni nilai CBR (California Bearing Ratio), kuat tekan bebas (UCS), dan kekuatan geser langsung. Strip botol plastik yang digunakan dipotong dengan lebar 3 mm dan panjang bervariasi: 6 mm, 9 mm, dan 18 mm. Ketiga jenis strip ini dicampur merata, kemudian diaplikasikan dalam tanah dengan persentase komposisi 0,4%, 0,7%, dan 1% terhadap berat kering tanah. Uji laboratorium dilakukan berdasarkan prosedur ASTM D1883 untuk CBR, ASTM D2166 untuk UCS, dan ASTM D3080 untuk direct shear test. Uji awal terhadap tanah dilakukan untuk menentukan karakteristik dasar seperti kadar air alami, distribusi ukuran butir, batas cair dan plastis, serta uji kompaksi menggunakan Proctor standar.

Hasil Pengujian Awal Tanpa Campuran Plastik

Tanah asli menunjukkan nilai batas cair sebesar 25,21% dan batas plastis sebesar 18,7%, menghasilkan indeks plastisitas sebesar 6,51. Kerapatan kering maksimum yang diperoleh adalah 110,68 lb/ft³ pada kadar air optimal sebesar 16,32%. Nilai kohesi awal tanpa strip plastik adalah sekitar 23,85 kN/m², dengan sudut geser internal sebesar 1,38 derajat. Nilai-nilai ini mencerminkan kondisi tanah yang masih tergolong lemah dan membutuhkan penguatan untuk bisa digunakan sebagai material dasar konstruksi, khususnya subgrade jalan.

Hasil Uji dengan Penambahan Strip Plastik

Setelah strip plastik dicampurkan ke dalam tanah, terjadi peningkatan signifikan pada nilai-nilai teknik tanah. Pada uji CBR, nilai meningkat seiring dengan penambahan strip plastik hingga mencapai puncaknya pada konsentrasi 0,7%. Setelah melewati titik ini, yakni pada konsentrasi 1%, nilai CBR kembali menurun. Fenomena ini menunjukkan bahwa terdapat batas optimal penambahan plastik, di mana pada konsentrasi terlalu tinggi justru mengurangi kohesi antarpartikel tanah dan plastik, yang berakibat pada menurunnya kapasitas dukung.

Pada uji kuat tekan bebas, pola yang sama terjadi. Konsentrasi 0,7% menghasilkan nilai maksimal kuat tekan, sementara pada 1% terjadi penurunan. Semakin tinggi kadar plastik, berat jenis dan unit berat kering tanah memang meningkat, namun kohesi internal mulai melemah saat jumlah strip terlalu banyak. Ini berarti bahwa plastic strip efektif memperkuat tanah hanya hingga proporsi tertentu saja.

Pada uji geser langsung, hasil yang cukup menarik ditunjukkan oleh campuran dengan konsentrasi 0,4%, di mana nilai kohesi mencapai puncak sebesar 26,29 kN/m² meskipun sudut geser menurun. Namun untuk sudut geser internal tertinggi, hasil terbaik ditemukan pada 0,7%, yaitu sebesar 1,39 derajat. Penambahan strip plastik hingga 1% justru menurunkan kembali nilai-nilai tersebut. Jadi secara keseluruhan, baik dari sisi kohesi maupun sudut geser internal, titik optimal terjadi pada kisaran 0,4–0,7% campuran strip plastik.

Interpretasi dan Implikasi Hasil

Temuan ini mengindikasikan bahwa penggunaan limbah plastik dalam kadar terbatas dapat secara signifikan meningkatkan daya dukung tanah. Secara teknis, efek penguatan berasal dari interaksi mekanik antara strip plastik dan matriks tanah yang menciptakan friksi tambahan dan meningkatkan kohesi. Dari sudut pandang ekonomi, penggunaan limbah plastik merupakan solusi biaya rendah karena memanfaatkan material buangan. Dari sisi lingkungan, pendekatan ini sekaligus menjadi metode daur ulang aktif yang mampu mengurangi akumulasi sampah plastik di lingkungan.

Meskipun hasil laboratorium menjanjikan, ada beberapa catatan penting. Studi ini belum mengevaluasi perilaku tanah-plastik di bawah beban siklik atau jangka panjang, seperti pengaruh pelapukan atau pengaruh air tanah. Selain itu, pendekatan ini masih terbatas pada kondisi laboratorium dan belum banyak divalidasi melalui uji lapangan berskala besar.

Potensi Penerapan dalam Konstruksi dan Saran Pengembangan

Teknik ini memiliki potensi besar untuk diterapkan dalam proyek jalan lokal, perumahan, dan tanggul dengan kondisi tanah yang lemah. Tidak hanya memberikan penguatan mekanis, metode ini juga sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan dan pengurangan emisi karbon karena mengurangi ketergantungan terhadap semen. Untuk mendukung adopsi secara luas, diperlukan standarisasi teknis, pedoman desain praktis, serta simulasi numerik untuk memprediksi kinerja jangka panjang. Pengembangan teknologi ini juga bisa diarahkan pada kombinasi bahan daur ulang lain seperti abu sekam, slag industri, atau bahan organik stabil lainnya.

Kesimpulan

Studi ini membuktikan bahwa penambahan strip plastik botol bekas ke dalam tanah lempung dapat secara signifikan meningkatkan parameter teknik tanah. Peningkatan maksimal ditemukan pada konsentrasi 0,7% dari berat kering tanah, baik untuk nilai CBR, UCS, maupun sudut geser. Setelah melewati batas ini, kekuatan tanah menurun karena kohesi antarpartikel mulai melemah. Metode ini sederhana, murah, dan ramah lingkungan, serta menjadi solusi konkret dalam menghadapi dua masalah besar: kekuatan tanah rendah dan limbah plastik yang terus meningkat. Dengan penelitian lanjutan dan dukungan regulasi teknis, pendekatan ini bisa menjadi bagian dari solusi besar dalam dunia konstruksi berkelanjutan.

Sumber : Muhammad Usman Afzal Rafeh, Hafiz Muhammad Hazib, Hafiz Humza Khalid, Danish Ashraf. Ground Improvement Using Innovative Admixtures for Sustainable Development. Proceedings of the 2nd International Conference on Recent Advances in Civil Engineering and Disaster Management, Department of Civil Engineering, UET Peshawar, 2022.

Selengkapnya
Solusi Ramah Lingkungan: Penguatan Tanah Lempung dengan Limbah Botol Plastik untuk Konstruksi Berkelanjutan

Perbaikan Tanah dan Stabilitas Tanah

Efektivitas Clavo Vertikal dalam Dinding Soil Nailing: Solusi Reduksi Displacement pada Proyek Lereng di Brazil

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 30 April 2025


Pendahuluan: Tantangan Efisiensi Ruang dalam Proyek Lereng

Seiring meningkatnya pembangunan infrastruktur, kebutuhan akan metode perkuatan lereng yang hemat ruang dan biaya menjadi prioritas. Salah satu teknik populer di Brasil adalah soil nailing, khususnya pada kondisi tanah galian vertikal atau miring. Dalam artikel ini, Querelli, Souza, dan Cepeda (2022) membahas efektivitas clavo vertikal (vertical nails) dalam mengurangi perpindahan horizontal melalui pemodelan numerik berbasis Finite Element Method (FEM), dan membandingkannya dengan konfigurasi dinding konvensional.

1. Konteks Historis dan Perkembangan Soil Nailing di Brazil

  • Pertama kali digunakan pada proyek terowongan air SABESP (1970-an) dan lereng Jalan Imigrantes.
  • Populer karena biaya relatif rendah, kemudahan pelaksanaan, dan fleksibilitas.
  • Diatur dalam standar nasional terbaru ABNT NBR 16920-2, mendukung pendekatan desain berbasis pengalaman nasional.
  • Metode clavo vertikal masih baru, namun mulai banyak digunakan untuk mengontrol displacement awal pada tahap penggalian.

2. Studi Lapangan dan Temuan Empiris

  • Proyek dinding setinggi 8 meter memanfaatkan clavo vertikal panjang 8 m dan diameter ϕ75 mm.
  • Hasil monitoring menunjukkan:
    • Clavo vertikal tidak mengurangi gaya aksial utama, tapi membantu stabilitas lokal dan penggalian bertahap.
  • Studi lain menggunakan 3 baris clavo vertikal pada jarak 2 meter dari dinding, kemiringan 0°–20° terhadap vertikal.
  • Rata-rata pengurangan displacement horizontal hingga 20% di bagian atas dan 10% di bagian bawah lereng.

3. Simulasi Numerik dan Metodologi Penelitian

3.1 Model Dinding Soil Nailing

Dinding soil nailing yang dianalisis memiliki tinggi 17,5 meter dengan material tanah berupa sandy silt yang memiliki parameter kekuatan geser berupa kohesi 15 kN/m² dan sudut geser dalam (φ) 30°. Tanah tersebut memiliki berat jenis 17,5 kN/m³ serta modulus elastisitas (E) sebesar 6500 kPa, menunjukkan karakteristik tanah dengan kekakuan sedang yang cocok untuk penerapan sistem soil nailing. Parameter ini menjadi dasar penting dalam simulasi stabilitas dinding dan analisis kinerja soil nailing secara keseluruhan.

3.2 Tiga Skenario yang Disimulasikan

  1. Case I – Dinding konvensional tanpa clavo vertikal.
  2. Case II – Dinding dengan 3 baris clavo vertikal.
  3. Case III – Dinding dengan kemiringan lereng (face inclined) tanpa clavo vertikal.

3.3 Spesifikasi Clavo

Sistem clavo ini terdiri dari empat grup dengan variasi panjang dan diameter baja, dimana Grup 1 menggunakan clavo sepanjang 23,7 m dengan 2 batang baja diameter 20 cm, Grup 2 sepanjang 17,7 m dengan konfigurasi baja yang sama, Grup 3 sepanjang 11,7 m menggunakan 1 batang baja diameter 25 cm, dan Grup 4 sepanjang 8,7 m dengan 2 batang baja diameter 16 cm, dimana seluruh grup memiliki spasi 1,0 m dan kemiringan 10° untuk optimalisasi daya dukung dan stabilitas struktur. 

3.4 Software & Metode

  • Menggunakan RS2 untuk analisis 2D-FEM.
  • Model tanah: Mohr-Coulomb, elastis-plastik sempurna.
  • Analisis bertahap sesuai fase konstruksi penggalian dan aktivasi clavo.

4. Hasil Simulasi: Dampak Clavo Vertikal dan Kemiringan Lereng

Berdasarkan hasil simulasi, penggunaan clavo vertikal memberikan pengurangan yang relatif kecil terhadap perpindahan horizontal maksimum, yaitu dari 197 mm menjadi 195 mm. Meskipun pengurangan ini terlihat minor secara numerik, analisis lebih mendalam menunjukkan bahwa clavo vertikal berpengaruh signifikan dalam mengubah distribusi perpindahan sepanjang dinding, dengan konsentrasi displacement yang lebih merata. Di sisi lain, lereng miring terbukti lebih efektif dengan mengurangi perpindahan horizontal hingga 176 mm, menunjukkan bahwa geometri lereng memainkan peran krusial dalam stabilitas struktur. Hasil simulasi juga mengungkapkan bahwa pada kondisi tanpa clavo vertikal atau dengan lereng vertikal, distribusi perpindahan cenderung terkonsentrasi di bagian tengah dan bawah dinding, yang mengindikasikan area kritis yang memerlukan perhatian khusus dalam desain.

5. Analisis Kritis dan Perbandingan Strategi

Keuntungan Clavo Vertikal

  • Meningkatkan stabilitas lokal dan mendukung proses penggalian aman.
  • Dapat memperkuat area wajah lereng dan mengurangi lentur berlebih pada clavo horizontal.

Keterbatasan

  • Tidak signifikan dalam mengurangi maksimum displacement.
  • Implementasi clavo vertikal lebih kompleks dan berbiaya lebih tinggi.

Alternatif yang Efektif

  • Kemiringan lereng terbukti memberikan pengurangan displacement lebih besar dan lebih ekonomis.
  • Dapat dikombinasikan dengan pelapis seperti shotcrete atau penutup vegetatif untuk menghindari erosi.

6. Implikasi Industri dan Rekomendasi Praktis

  • Pemilihan antara clavo vertikal atau kemiringan lereng harus mempertimbangkan:
    • Target pengurangan displacement.
    • Biaya proyek dan akses alat berat.
    • Kondisi geoteknik lokal dan kedalaman galian.
  • Pemodelan numerik berbasis FEM menjadi alat utama untuk:
    • Memprediksi deformasi aktual.
    • Mengoptimalkan jumlah dan lokasi clavo vertikal.
  • Standarisasi penggunaan clavo vertikal masih perlu didorong dalam pedoman desain nasional.

Kesimpulan

Teknik soil nailing tetap menjadi solusi unggulan dalam perkuatan lereng dan dinding penahan tanah di Brasil. Kajian ini membuktikan bahwa:

  • Clavo vertikal membantu stabilitas lokal, meskipun tidak signifikan dalam menurunkan displacement maksimum.
  • Kemiringan lereng lebih efektif dan ekonomis untuk mengurangi pergeseran horizontal.
  • Simulasi berbasis FEM memberikan wawasan kuantitatif penting untuk desain yang lebih adaptif dan hemat biaya.

Untuk masa depan, diperlukan pengembangan lebih lanjut terkait standar desain clavo vertikal serta studi lapangan berskala besar untuk validasi model numerik.

Sumber : Querelli, A.; Souza, T. de J.; Cepeda, A.A. Soil nailing wall with vertical nails to displacement reduction: Brazilian practice. DYNA, 89(223), pp. 61–66, 2022.

Selengkapnya
Efektivitas Clavo Vertikal dalam Dinding Soil Nailing: Solusi Reduksi Displacement pada Proyek Lereng di Brazil

Perbaikan Tanah dan Stabilitas Tanah

Solusi Hijau Stabilisasi Tanah Lempung: Pemanfaatan Abu Kulit Kopi untuk Meningkatkan Kekuatan Geser

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 30 April 2025


Pendahuluan: Tantangan Lempung dan Peluang dari Limbah Pertanian

Tanah lempung, meski umum dijumpai, kerap menjadi penghambat konstruksi karena karakteristiknya yang ekspansif, plastisitas tinggi, dan kekuatan rendah. Di sisi lain, limbah pertanian seperti abu kulit kopi (Coffee Husk Ash/CHA) kerap diabaikan, meski Indonesia merupakan eksportir kopi terbesar keempat dunia. Kajian oleh Munirwan et al. (2022) menunjukkan bagaimana CHA dapat digunakan sebagai material stabilisasi ramah lingkungan untuk meningkatkan kekuatan geser tanah lempung tropis plastis tinggi.

1. Latar Belakang: Krisis Lingkungan dan Solusi Berbasis Limbah

  • Produksi kopi global menghasilkan ribuan ton limbah kulit kopi.
  • Pembakaran menghasilkan CHA yang kaya kalium dan silika, berpotensi bereaksi secara pozzolanik dengan tanah.
  • Isu lingkungan akibat pembuangan limbah kopi menjadi semakin serius, terutama di Aceh sebagai sentra kopi nasional.

2. Bahan dan Metode

2.1 Tanah Lempung

  • Sumber: Paya Kameng, Aceh Besar, Indonesia.
  • Komposisi: 56.9% lempung, 32.4% lanau, dan 10.7% pasir.
  • Klasifikasi: CH (USCS) dan A-7-6 (AASHTO) → tergolong ekspansif.
  • Sifat Fisik: LL 70.90%, PL 27.77%, PI 43.13%, MDD 1220 kg/m³, OMC 36.3%.

2.2 Abu Kulit Kopi (CHA)

  • Asal: Takengon, Aceh.
  • Komposisi kimia utama: 60.09% K₂O, 8.3% SiO₂, serta CaO, Fe₂O₃, dan P₂O₅.
  • Diperoleh melalui pembakaran 3–4 jam, digiling, dan disaring 2 mm.

2.3 Prosedur Pengujian

  • Konsentrasi CHA: 5%–25% dari berat kering tanah, bertahap 5%.
  • Uji laboratorium: Atterberg Limit, Proctor Standar, UCS, dan Direct Shear.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Perubahan Karakteristik Fisik Tanah

Penambahan Calcium Hydroxide Additive (CHA) 25% secara signifikan mengubah sifat fisik tanah. Nilai Liquid Limit (LL) turun dari 70,9% menjadi 67,0%, sementara Plastic Limit (PL) meningkat dari 27,77% menjadi 32,42%, sehingga Plasticity Index (PI) berkurang dari 43,13% menjadi 34,58%. Penurunan PI ini menunjukkan bahwa stabilisasi CHA efektif mengurangi potensi ekspansifitas tanah. Selain itu, Specific Gravity (SG) tanah menurun dari 2,67 menjadi 2,49, mengindikasikan perubahan komposisi partikel. Klasifikasi tanah juga mengalami pergeseran dari CH (Clay High Plasticity) → MH (Silt High Plasticity) dalam sistem USCS dan dari A-7-6 → A-7-5 dalam klasifikasi AASHTO, yang menandakan tanah menjadi lebih kasar akibat agregasi partikel pasca-pencampuran CHA. Perubahan ini membuktikan bahwa CHA tidak hanya meningkatkan stabilitas tanah tetapi juga memodifikasi sifat dasarnya secara struktural.

3.2 Kompaksi dan Kerapatan Kering Maksimum

  • MDD meningkat 3% dari 1220 kg/m³.
  • OMC sedikit menurun dengan peningkatan konsentrasi CHA.

3.3 Uji Kuat Tekan Bebas (UCS)

Penambahan Calcium Hydroxide Additive (CHA) 25% meningkatkan nilai Unconfined Compressive Strength (UCS) tanah secara signifikan dari 89,17 kN/m² menjadi 130,83 kN/m², atau mengalami peningkatan sebesar 46,7%. Kenaikan yang cukup besar ini disebabkan oleh reaksi hidrasi dan pozzolanik antara CHA dengan partikel tanah, yang mengisi pori-pori dan membentuk struktur lebih padat serta kuat. Hasil ini membuktikan bahwa CHA tidak hanya meningkatkan stabilitas tanah, tetapi juga secara efektif memperkuat sifat mekaniknya.

3.4 Uji Geser Langsung (Direct Shear Test)

Penambahan 25% Calcium Hydroxide Additive (CHA) secara signifikan meningkatkan parameter kekuatan tanah, dimana nilai kohesi (c) meningkat sebesar 85% dari 80,1 kN/m² menjadi 148,7 kN/m², menunjukkan peningkatan daya dukung struktural yang nyata. Selain itu, sudut geser dalam (φ) juga mengalami kenaikan dari 16,1° menjadi 25,8°, yang disebabkan oleh efek agregasi partikel tanah dan pengisian rongga mikro oleh material CHA. Hasil ini membuktikan bahwa stabilisasi dengan CHA tidak hanya memperbaiki kekuatan tanah tetapi juga meningkatkan stabilitas geserannya, menjadikannya lebih cocok untuk aplikasi konstruksi.

4. Analisis Kritis dan Nilai Tambah

Kelebihan Penelitian:

  • Menawarkan solusi lokal dan berkelanjutan untuk tanah bermasalah.
  • Metodologi laboratorium mengikuti standar ASTM, menghasilkan data kuantitatif dan dapat direplikasi.
  • Memberikan kontribusi terhadap ekonomi sirkular dan pengurangan limbah pertanian.

Kekurangan & Ruang Pengembangan:

  • Tidak ada analisis jangka panjang terhadap durabilitas CHA dalam tanah.
  • Belum dikaji kinerja CHA terhadap jenis tanah lain, seperti lempung rendah atau tanah berpasir.
  • Tidak dievaluasi secara komparatif dengan material lain seperti fly ash atau slag.

5. Relevansi terhadap Tren Global dan Industri

  • Sejalan dengan konstruksi hijau dan teknologi rendah karbon.
  • Relevan untuk negara berkembang dengan ketersediaan limbah pertanian melimpah.
  • Potensial untuk diterapkan dalam pembangunan jalan desa, tanggul, dan pondasi ringan.

6. Kesimpulan dan Rekomendasi Praktis

Studi ini membuktikan bahwa CHA mampu secara signifikan meningkatkan kekuatan geser tanah lempung plastis tinggi. Penggunaan CHA:

  • Menurunkan plastisitas dan meningkatkan kerapatan serta kekuatan tanah.
  • Ideal digunakan hingga konsentrasi 25%, di mana efek maksimum terlihat pada UCS dan parameter geser.
  • Berpotensi besar menggantikan semen dan kapur dalam aplikasi skala kecil hingga menengah.

Rekomendasi:

  • Lakukan studi jangka panjang terkait ketahanan dan pelapukan CHA dalam tanah.
  • Teliti potensi kombinasi CHA dengan material lokal lain untuk stabilisasi hybrid.
  • Bangun pedoman teknis nasional tentang pemanfaatan limbah pertanian dalam rekayasa tanah.

Sumber : Munirwan, R.P.; Taha, M.R.; Mohd Taib, A.; Munirwansyah, M. Shear Strength Improvement of Clay Soil Stabilized by Coffee Husk Ash. Applied Sciences, 2022, 12(11), 5542.

Selengkapnya
Solusi Hijau Stabilisasi Tanah Lempung: Pemanfaatan Abu Kulit Kopi untuk Meningkatkan Kekuatan Geser

Perbaikan Tanah dan Stabilitas Tanah

Teknik Perbaikan Tanah Modern: Solusi Inovatif untuk Meningkatkan Kekuatan Tanah Konstruksi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 30 April 2025


Pendahuluan: Tantangan Tanah Lunak dan Peran Solusi Geoteknik

Di tengah keterbatasan lahan akibat urbanisasi cepat dan pertumbuhan infrastruktur, para insinyur ditantang untuk membangun di atas tanah lemah seperti tanah lunak, lempung organik, dan tanah urug bekas. Paper karya Brajesh Mishra dalam International Journal of Innovative Research in Science, Engineering and Technology (Vol. 5, Issue 1, 2016) menyajikan kajian komprehensif mengenai teknik perbaikan tanah (ground improvement) dengan pendekatan mekanik, kimia, biologis, hingga termal, beserta aplikasinya di lapangan.

1. Teknik Mekanis: Meningkatkan Densitas Tanah secara Fisik

1.1 Vibro-flotasi

  • Cocok untuk pasir lepas di bawah muka air tanah.
  • Menggunakan probe bergetar dan semprotan air untuk menyusun ulang partikel tanah.
  • Dapat mencapai kedalaman hingga 30 meter.
  • Relatif density hingga 85% dapat dicapai pada pasir kering atau jenuh air.
  • Efektivitas menurun bila kadar lanau atau lempung >15%.

Studi Kasus:
Menurut Brown (1976), digunakan Suitability Number untuk mengevaluasi bahan isian:

  • SN 0–10 = Excellent
  • SN >50 = Unsuitable

1.2 Dynamic Compaction

  • Menjatuhkan beban berat (hingga 500 kN) dari ketinggian 40–50 m.
  • Digunakan untuk semua jenis tanah, termasuk lempung.
  • Kedalaman efektif dihitung dengan rumus:
    D=Wh/6.26D = \sqrt{Wh/6.26}

1.3 Stone Columns dan Sand Compaction Piles

  • Meningkatkan daya dukung tanah lunak.
  • Dapat digunakan hingga kedalaman 20 meter.
  • Pengurangan penurunan pondasi signifikan hingga 50–70%.
  • Diameter kolom batu: 0,6–1,0 meter, spasi 1–3 meter.

2. Teknik Kimia dan Fisik: Stabilisasi dengan Campuran dan Injeksi

2.1 Grouting (Penyuntikan Material)

  • Campuran semen, kimia, atau silikat dimasukkan untuk mengisi pori tanah.
  • Grouting ultrafine digunakan pada pasir kerikil.
  • N-value (Mitchell & Katti, 1981):
    Jika N > 24 → Feasible

Studi Kasus:

  • Jet grouting digunakan di proyek Bendungan Teesta, India.
  • Menyuntikkan semen bertekanan tinggi untuk menciptakan massa padat.

2.2 Soil-Cement dan Fly Ash

  • Pencampuran tanah dengan semen, abu terbang, atau slag.
  • Menurunkan porositas dan meningkatkan kekuatan.
  • Peningkatan kuat tekan dan modulus elastis hingga dua kali lipat dalam waktu curing 28 hari.

2.3 Vitrifikasi

  • Pemanasan tanah hingga 1100–1450°C membentuk struktur kaca untuk mengunci kontaminan logam dan organik.
  • Cocok untuk tanah tercemar.

3. Teknik Drainase dan Konsolidasi

3.1 Preloading dan Vertical Drain

  • Metode pengurukan tanah dengan beban tambahan untuk mempercepat konsolidasi.
  • Dikombinasikan dengan sand drain untuk mempercepat aliran air pori lateral.

3.2 Sand Drain

  • Kolom pasir vertikal mempercepat aliran air dan konsolidasi.
  • Rumus waktu konsolidasi:
    Tv=Cv⋅t/d2T_v = C_v \cdot t / d^2

4. Inovasi: Teknik Perbaikan Tanah Ramah Lingkungan & Canggih

4.1 Mikroba untuk Perkuatan Tanah

  • Penggunaan bakteri seperti Bacillus pasteurii untuk menghasilkan ikatan kalsium karbonat.
  • Meningkatkan kuat geser tanah tanpa bahan kimia berbahaya.
  • Diidentifikasi sebagai bidang riset prioritas tinggi dalam geoteknik.

4.2 Geosintetik dan Geocell

  • Bahan geotekstil digunakan sebagai penguat horizontal dalam tanah timbunan.
  • Digunakan dalam sistem perkerasan jalan dan tanggul.

4.3 Freezing

  • Air pori dibekukan hingga membentuk “lem alami” untuk meningkatkan kekuatan.
  • Cocok untuk perlindungan sementara di area galian dalam.

5. Evaluasi Metode: Kekuatan, Efisiensi, dan Aplikasi

Dalam teknik geoteknik, evaluasi metode meliputi analisis kekuatan, efisiensi, dan aplikasi dari berbagai teknik. Metode seperti vibro-flotasi dan stone column menunjukkan kekuatan tinggi dan efisiensi yang baik untuk pondasi dan infrastruktur, sementara grouting dan freezing menawarkan solusi efisien untuk kondisi tanah yang menantang. 

Preloading dengan drain memiliki kedalaman efektif yang lebih rendah, namun tetap memberikan efisiensi yang memadai untuk rehabilitasi lahan rawa. Di sisi lain, penggunaan mikroba sebagai metode baru menunjukkan potensi dalam aplikasi lingkungan, meskipun masih dalam tahap eksperimen. Setiap metode memiliki keunggulan dan keterbatasan yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan proyek, sehingga pemilihan teknik yang tepat sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal dalam konstruksi dan pengelolaan tanah.

6. Kritik dan Analisis

Kelebihan:

  • Artikel menyajikan cakupan luas teknik konvensional dan modern.
  • Disertai rumus teknis dan studi aplikasi nyata (Teesta Dam, Montreal Tunnel, dll).
  • Memberikan pengantar tentang potensi metode mikroba dan geosintetik yang efisien.

Kekurangan:

  • Minim studi kuantitatif dan data performa jangka panjang.
  • Belum terdapat kerangka pemilihan metode yang sistematis berdasarkan jenis tanah dan beban.

7. Opini dan Rekomendasi Strategis

Dalam dunia konstruksi modern, tidak ada satu metode perbaikan tanah yang cocok untuk semua kondisi. Oleh karena itu:

  • Framework berbasis parameter tanah dan biaya perlu dikembangkan.
  • Pengembangan AI-based decision support system untuk pemilihan metode sangat disarankan.
  • Metode baru berbasis mikroba dan bahan lokal (misalnya bambu, abu vulkanik) layak dieksplorasi lebih lanjut untuk pendekatan green construction.
  • Perlu sistem quality control dan monitoring jangka panjang, seperti piezometer otomatis dan data logger bawah tanah.

Kesimpulan

Artikel ini membuktikan bahwa teknik perbaikan tanah tidak hanya menjadi solusi alternatif, tapi kebutuhan mendesak dalam dunia konstruksi. Dalam menghadapi keterbatasan lahan dan kondisi tanah yang kompleks, pendekatan multi-metode, inovatif, dan berkelanjutan adalah kunci sukses proyek. Meskipun teknologi terus berkembang, pemilihan metode tetap harus mempertimbangkan parameter lokal, tujuan struktural, dan efisiensi biaya.

Sumber : Brajesh Mishra. A Study on Ground Improvement Techniques and Its Applications. International Journal of Innovative Research in Science, Engineering and Technology, Vol. 5, Issue 1, January 2016.

Selengkapnya
Teknik Perbaikan Tanah Modern: Solusi Inovatif untuk Meningkatkan Kekuatan Tanah Konstruksi

Perbaikan Tanah dan Stabilitas Tanah

Revolusi Perbaikan Tanah: Strategi dan Studi Kasus Terbaru dari Dunia Teknik Geoteknik

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 30 April 2025


Pendahuluan: Krisis Tanah Lunak dalam Dunia Konstruksi Modern

Dengan pesatnya pertumbuhan pembangunan infrastruktur di berbagai belahan dunia, kondisi tanah di lokasi konstruksi makin kompleks dan menantang. Dari tanah organik tinggi hingga pasir lepas di bawah muka air tanah, permasalahan seperti penurunan tanah berlebih dan potensi likuifaksi menjadi isu utama dalam rekayasa geoteknik. Artikel ini merangkum 37 paper dari Sesi Teknis 2a dalam Konferensi Internasional Teknik Geoteknik, yang mengkaji berbagai teknik perbaikan tanah: mulai dari metode penggantian, drainase, densifikasi, hingga stabilisasi campuran.

1. Klasifikasi Teknik Perbaikan Tanah

Teknik perbaikan tanah merupakan langkah penting dalam rekayasa geoteknik untuk meningkatkan kualitas dan daya dukung tanah. Terdapat empat prinsip utama dalam teknik ini, yaitu penggantian, drainase, densifikasi, dan stabilisasi campuran. Pada prinsip penggantian, metode seperti excavasi dan compulsory replacement digunakan untuk mengganti tanah yang tidak memenuhi syarat dengan material yang lebih baik. Sementara itu, untuk prinsip drainase, metode preloading, vertical drain, dan vacuum method diterapkan untuk mengurangi tekanan pori dan mempercepat konsolidasi tanah. Densifikasi dilakukan melalui metode vibro-compaction, sand compaction pile (SCP), dan blasting, yang bertujuan untuk meningkatkan kepadatan tanah dan mengurangi kemungkinan penurunan. Terakhir, stabilisasi campuran menggunakan teknik seperti deep mixing method (DMM), grouting, dan jet mixing, bertujuan untuk meningkatkan sifat fisik dan mekanik tanah dengan mencampurkan bahan tambahan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, kualitas tanah dapat diperbaiki secara signifikan, sehingga mendukung konstruksi yang lebih aman dan berkelanjutan.

2. Studi Kasus: Perbandingan Efektivitas Metode

Cai et al. melaporkan hasil uji lapangan pada tanah lunak sepanjang 400 m untuk keperluan jalan tol dan jembatan. Tiga metode diterapkan:

  • Plastic Drain + Surcharge: Cocok untuk proyek tanpa batasan waktu.
  • Jet Cement Piling (1.2 m – 1.5 m): Direkomendasikan untuk proyek berdurasi terbatas.

Hasil: Jet grouting memberikan penurunan < 1 cm per tahun, menjadikannya pilihan unggul pada proyek kritikal.

3. Metode Drainase: Efisiensi, Inovasi, dan Aplikasi Lapangan

3.1 Preloading dan Vertical Drain

Chai et al. membandingkan preloading vs. vacuum consolidation. Temuan menarik:

  • Vakum → 80% efisiensi penurunan dibanding preloading.
  • PVD tidak perlu menembus seluruh lapisan lempung → hemat biaya.

3.2 Bandara Internasional Incheon dan Haneda

Studi Zhusupbekov dan Kitazume menunjukkan kombinasi drain pasir & PVD menghasilkan konsolidasi cepat di lahan reklamasi.

4. Densifikasi: Dinamika & Metode Modern

4.1 Dynamic Compaction

Model numerik oleh Pak et al. menggunakan pendekatan dua fase (air dan tanah) dengan hasil:

  • Validasi dengan tes lapangan menunjukkan akurasi deformasi tanah yang tinggi.
  • Memakai Modified Cam Clay & Drucker-Prager model.

4.2 Vibroflotation di Terminal Laut San Diego

Varaksin et al. menunjukkan peningkatan nilai SPT/CPT pasca-treatment untuk mencegah likuifaksi.

5. Metode Campuran: Deep Mixing Method (DMM)

5.1 Efektivitas Binder

Penelitian menunjukkan reaksi kimia tanah–binder sangat dipengaruhi oleh:

  • Jenis dan kualitas binder (kapur, semen, slag)
  • Kondisi tanah (pH, kandungan organik)
  • Metode pencampuran dan curing

Verástegui et al. menemukan kombinasi optimal L/C-20/80 (lime/cement) dengan blast furnace cement untuk tanah liat silty.

5.2 Studi Ketahanan 20 Tahun

Ikegami et al. meneliti kolom semen yang dikurung selama dua dekade:

  • Kekuatan meningkat linier terhadap log waktu.
  • Penurunan kekuatan pada batas luar karena leaching kalsium.

6. Validasi Lapangan dan Quality Assurance

6.1 Uji Laboratorium & Lapangan

  • CPT, SPT, Plate Load Test, dan SEM digunakan untuk mengukur kualitas hasil perbaikan.
  • Puppala et al. menyusun nilai korelasi antara SPT N55 dan kuat tekan tanpa pengekang:
    • Peat/clay organik: 0.1
    • Clay/silt clay: 0.25
    • Silt/sand: 0.33

6.2 SEM (Scanning Electron Microscope)

Menunjukkan struktur C-S-H gel pada semen slag lebih teratur dibanding Portland cement → kinerja dan kekuatan lebih stabil.

7. Grouting: Inovasi Bahan dan Aplikasi Praktis

7.1 Jet Grouting

Pinto et al. memanfaatkan jet grouting dengan diameter kolom 1200–2500 mm untuk platform rel & jalan.

7.2 Controlled Modulus Columns (CMCs)

Lacazedieu et al. menyatakan CMCs secara efektif menurunkan penurunan tanah dengan menyalurkan beban ke kolom semi-rigid.

8. Kesimpulan dan Rekomendasi Strategis

Metode stabilisasi campuran, terutama Deep Mixing Method, kini menjadi primadona karena efisiensi tinggi dan hasil yang dapat dikendalikan. Namun, beberapa catatan penting muncul:

  • Drainase: Deformasi drain sangat memengaruhi efisiensi konsolidasi.
  • Densifikasi: Perlu pengembangan model numerik yang akurat.
  • Admixture Stabilization: Dibutuhkan studi jangka panjang untuk menjawab isu durabilitas.
  • Quality Assurance: SEM, CPT, dan korelasi empiris semakin krusial untuk verifikasi hasil lapangan.

Kritik dan Opini

Artikel ini sangat kaya data dan mendalam, namun belum memberikan panduan yang sistematis dalam pemilihan metode terbaik berdasarkan kondisi tanah spesifik. Perlu adanya framework praktis berbasis data kuantitatif dan economic impact untuk membantu pengambilan keputusan oleh praktisi.

Saran untuk Penelitian Selanjutnya:

  • Pengembangan AI-based decision tool untuk memilih metode perbaikan tanah optimal.
  • Kolaborasi internasional untuk membuat standardisasi evaluasi mutu tanah perbaikan.

Sumber : Kitazume, M. (2005). Technical Session 2a: Ground Improvement. Proceedings of the 16th International Conference on Soil Mechanics and Geotechnical Engineering. International Society for Soil Mechanics and Geotechnical Engineering (ISSMGE).

Selengkapnya
Revolusi Perbaikan Tanah: Strategi dan Studi Kasus Terbaru dari Dunia Teknik Geoteknik

Perbaikan Tanah dan Stabilitas Tanah

Peningkatan Kualitas Tanah Menggunakan Stabilisator Kimia Polimer PVA-BTCA: Analisis Berbasis Reliabilitas

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 30 April 2025


Dalam dunia konstruksi dan rekayasa sipil, salah satu tantangan terbesar adalah membangun struktur di atas tanah lunak atau ekspansif. Tanah jenis ini memiliki karakteristik yang tidak stabil dan sering menyebabkan masalah serius pada bangunan, mulai dari retakan hingga kegagalan struktural total. Penelitian yang dilakukan oleh Bright Worlu dan Ify L. Nwaogazie dari Universitas Port Harcourt, Nigeria, menawarkan solusi inovatif melalui penggunaan stabilisator kimia polimer untuk perbaikan tanah.

Studi berjudul "Reliability Based Analysis of Ground Improvement Using a Polymeric Chemical Stabilizer" ini meneliti efektivitas penggunaan polivinil alkohol (PVA) yang dikombinasikan dengan asam 1,2,3,4 Butana-tetrakarboksilat (BTCA) untuk meningkatkan kualitas tanah lunak. Penelitian ini sangat relevan mengingat tantangan yang ditimbulkan oleh karakteristik tanah ekspansif terhadap stabilitas struktural, yang terkadang mengharuskan perbaikan tanah sebelum struktur dapat dibangun di atasnya.

Latar Belakang dan Pentingnya Perbaikan Tanah

Perbaikan tanah telah menjadi salah satu bidang utama dalam teknik geoteknik. Sebelum melakukan pembangunan atau konstruksi untuk struktur sipil atau kegiatan pertambangan, sangat penting untuk mengetahui jenis tanah setempat, penggunaan lahan saat ini dan masa depan, kekuatan yang diperlukan untuk menahan beban struktural, dan perkiraan biaya proyek.

Ketika tanah di lokasi yang dipilih tidak memiliki sifat struktural yang diinginkan, seperti kohesi yang tepat, sudut gesekan internal, daya dukung, faktor pengembangan, dan sebagainya, menjadi perlu untuk meningkatkan sifat-sifat ini menggunakan cara eksternal. Efek dari ketidakstabilan tanah dapat beragam, termasuk likuifaksi, penggelembungan, dan deformasi plastis. Dampak dari tanah yang tidak stabil juga dapat bersifat katastrofik, mulai dari kegagalan lereng dan penurunan pondasi hingga keruntuhan total terowongan dan timbunan tambang, bangunan, dan struktur lainnya.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan berbasis reliabilitas untuk menganalisis penggunaan PVA dalam kombinasi dengan BTCA untuk perbaikan tanah. Desain kisi simplex digunakan untuk membangun desain eksperimen sebelum investigasi eksperimental dilakukan pada tanah lunak yang dirawat dengan PVA-BTCA.

Indeks reliabilitas dihitung berdasarkan kekuatan tekan bebas (UCS) pada hari ke-28 dari tanah yang dirawat. Model indeks reliabilitas dikembangkan menggunakan teknik Scheffe dan dioptimalkan menggunakan excel solver.

Sampel tanah lunak yang digunakan dalam penelitian ini memiliki karakteristik berikut:

  • Berat jenis: 2,65 (representatif untuk material berbutir halus)
  • Batas cair: 37,75%
  • Batas plastik: 17,36%
  • Indeks plastisitas: 20,39% (material tanah berbutir halus dengan plastisitas tinggi)
  • Klasifikasi AASHTO: A-7-6 (material lempung-lanau)
  • Distribusi butiran: Lanau (48,8%), Lempung (50%), Pasir halus (19,8%)
  • Karakteristik pemadatan: Kadar air optimum (14,2%), Kepadatan kering maksimum (1,29 g/cm³)

Untuk campuran PVA-BTCA, PVA dibatasi pada 0,1%-2% dari berat tanah kering dan BTCA dibatasi pada 0,1%-0,5% dari berat tanah kering. Kadar air divariasikan dalam rentang 10%-20% dari berat campuran stabilisator-tanah untuk semua proses stabilisasi.

Teknik Optimasi Scheffe

Dalam mengestimasi dan memprediksi reliabilitas penggunaan PVA-BTCA dalam perbaikan tanah, teknik optimasi Scheffe digunakan. Menurut teori Simplex Scheffe, simplex didefinisikan sebagai representasi struktural (bentuk) garis atau bidang yang menghubungkan titik-titik yang diasumsikan dari bahan konstituen campuran, yang mana titik-titik tersebut berjarak sama satu sama lain.

Untuk campuran (q,m), dengan q adalah jumlah faktor dan m adalah derajat polinomial yang diasumsikan, sistem koordinat simplex dan jumlah titik ruang desain dalam kisi simplex didefinisikan oleh persamaan matematika tertentu. Metode ini mengandalkan kondisi bahwa jumlah dari semua rasio campuran pseudo pada titik manapun harus sama dengan 1.

Hasil dan Pembahasan

Dari hasil penelitian, nilai UCS untuk campuran percobaan PVA-BTCA bervariasi dari 261,48 kPa hingga 699,29 kPa, dengan nilai tertinggi diperoleh pada campuran dengan komponen aktual: 98,267% tanah, 1,3665% PVA, 0,3665% BTCA, dan 16,65% air.

Model indeks reliabilitas yang dikembangkan untuk tanah yang distabilkan dengan PVA-BTCA terbukti memadai pada tingkat signifikansi 5% dari analisis validasi yang dilakukan. Proporsi optimal komponen tanah PVA-BTCA adalah 98,4256% untuk tanah, 1,2352% untuk PVA, 0,3392% untuk BTCA, dan 15,9934% untuk air.

Hasil ini memberikan nilai indeks reliabilitas rata-rata (β) sebesar 3,17. Menggunakan tabel distribusi normal standar, nilai indeks reliabilitas ini diterjemahkan menjadi reliabilitas 0,99936 (99,936%). Ini menunjukkan bahwa kombinasi PVA-BTCA memiliki potensial reliabilitas atau probabilitas keberhasilan yang sangat tinggi dalam meningkatkan kualitas tanah lunak.

Keunggulan PVA Sebagai Stabilisator

Polivinil alkohol (PVA) adalah rantai polimer biodegradable yang larut dalam air terbesar yang memiliki sifat pembentuk film dan perekat yang sangat baik. PVA juga tahan terhadap gemuk, minyak, dan pelarut. PVA sangat hidrofilik dan larutan PVA dapat disiapkan dengan mudah dengan melarutkan PVA dalam air.

Dalam penelitian ini, PVA digunakan sebagai aditif stabilisasi utama bersama dengan asam 1,2,3,4-Butana-tetrakarboksilat (BTCA) sebagai agen pengikat silang. Kombinasi ini memberikan hasil yang sangat menjanjikan dalam meningkatkan kekuatan tekan tanah lunak dan reliabilitas keseluruhan perbaikan tanah.

Metode Reliabilitas Hasofer-Lind

Metode Hasofer-Lind, yang juga disebut metode reliabilitas orde pertama, digunakan untuk analisis reliabilitas dalam penelitian ini. Insinyur geoteknik berurusan dengan material di mana beban dan resistansi dikombinasikan dan yang distribusi dan sifatnya tidak diketahui dengan baik, sehingga menimbulkan ketidakpastian dalam desain.

Ketidakpastian dalam material geoteknik dapat ditangani dengan metode observasional yang secara luas diterima dan berhasil. Metode reliabilitas ini mengusulkan definisi baru untuk indeks reliabilitas menggunakan interpretasi geometris. Parameter statistik yang biasanya dijelaskan dengan mean, varians, dan kovarians harus mencakup sifat-sifat material geoteknik serta hubungannya.

Penentuan momen statistik dari fungsi kinerja pada dasarnya adalah perhitungan mean dan varians, sedangkan penentuan probabilitas kegagalan bisa kurang teliti jika fungsi kinerja memiliki deskripsi probabilistik yang terdefinisi dengan baik seperti distribusi normal.

Optimasi Komponen untuk Reliabilitas Tertinggi

Microsoft Excel Solver digunakan untuk mengoptimalkan atau menggabungkan komponen untuk menghasilkan hasil yang paling andal. Dalam optimasi, harus ada fungsi objektif yang tunduk pada serangkaian kendala. Dengan menggunakan kendala yang ditentukan, proporsi pseudo komponen tanah PVA-BTCA diperoleh sebagai: X₁ = 0; X₂ = 0,207831; X₃ = 0,792169, X₄ = 0; dengan Max(β) = 3,17.

Setelah menerapkan persamaan transformasi, komponen aktual atau nyata diperoleh sebagai: 98,4256% untuk tanah, 1,2352% untuk PVA, 0,3392% untuk BTCA, dan 15,9934% untuk air, memberikan nilai indeks reliabilitas 3,17. Menggunakan tabel distribusi normal, nilai indeks reliabilitas ini diterjemahkan menjadi reliabilitas 0,99936 (99,936%).

Kesimpulan dan Rekomendasi

Model indeks reliabilitas yang dikembangkan untuk tanah yang distabilkan dengan PVA-BTCA terbukti memadai pada tingkat signifikansi 5%. Proporsi optimal komponen tanah PVA-BTCA adalah 98,4256% untuk tanah, 1,2352% untuk PVA, 0,3392% untuk BTCA, dan 15,9934% untuk air, memberikan indeks reliabilitas 3,17 yang setara dengan reliabilitas 99,936%.

Peneliti merekomendasikan agar implikasi finansial penggunaan PVA-BTCA untuk stabilisasi dibandingkan dengan metode konvensional, untuk membandingkan rasio kinerja-biaya mereka. Ini penting untuk menentukan apakah solusi PVA-BTCA, meskipun sangat andal, juga layak secara ekonomi dibandingkan dengan metode perbaikan tanah konvensional.

Implikasi Praktis

Penelitian ini memiliki implikasi penting bagi industri konstruksi dan rekayasa sipil. Dengan reliabilitas 99,936%, penggunaan PVA-BTCA untuk perbaikan tanah menawarkan solusi yang sangat andal untuk masalah yang ditimbulkan oleh tanah lunak atau ekspansif. Ini dapat mengurangi risiko kerusakan struktural dan kegagalan, serta meningkatkan umur layanan struktur yang dibangun di atas tanah yang dirawat.

Selain itu, karena PVA adalah polimer biodegradable yang larut dalam air, penggunaannya sebagai stabilisator tanah juga menawarkan solusi yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan beberapa metode perbaikan tanah konvensional.

Penting juga untuk dicatat bahwa penelitian ini hanya mengevaluasi kinerja PVA-BTCA berdasarkan UCS pada hari ke-28. Penelitian lebih lanjut mungkin diperlukan untuk mengevaluasi kinerja jangka panjang dan stabilitas stabilisator kimia polimer ini.

Penggunaan teknik optimasi Scheffe dalam penelitian ini juga menunjukkan potensi aplikasi metode matematika canggih dalam optimasi desain campuran untuk aplikasi rekayasa geoteknik. Ini dapat menjadi pendekatan berharga untuk pengembangan solusi perbaikan tanah yang disesuaikan untuk berbagai jenis tanah dan kondisi.

Secara keseluruhan, penelitian Worlu dan Nwaogazie memberikan kontribusi berharga bagi literatur tentang perbaikan tanah dan stabilisasi, menawarkan wawasan baru tentang penggunaan stabilisator kimia polimer dan pendekatan berbasis reliabilitas untuk analisis kinerja mereka.

Sumber: Worlu, B., & Nwaogazie, I. L. (2023). Reliability Based Analysis of Ground Improvement Using a Polymeric Chemical Stabilizer. Open Journal of Civil Engineering, 13, 127-138.

Selengkapnya
Peningkatan Kualitas Tanah Menggunakan Stabilisator Kimia Polimer PVA-BTCA: Analisis Berbasis Reliabilitas
« First Previous page 3 of 7 Next Last »