Pemetaan Teknologi Industry 4.0
Dipublikasikan oleh Hansel pada 30 Oktober 2025
Pendahuluan: Pertemuan Teknologi dan Globalisasi
Di era globalisasi, perusahaan dihadapkan pada tekanan kompetitif yang semakin intens. Perubahan cepat dalam teknologi digital, integrasi ekonomi global, serta tuntutan konsumen membuat perusahaan tidak lagi cukup hanya mengandalkan strategi lokal. Paper ini menyoroti sebuah pertanyaan penting: apakah penggunaan Teknologi Informasi (TI) dan adopsi teknologi Industri 4.0 benar-benar berpengaruh terhadap internasionalisasi serta kinerja bisnis?
Pertanyaan tersebut relevan karena banyak perusahaan, khususnya di negara berkembang, menghadapi dilema: apakah investasi dalam TI dan teknologi baru benar-benar menghasilkan nilai lebih, atau sekadar mengikuti tren? Dengan mengambil 168 perusahaan di Bogotá, Kolombia sebagai sampel, penulis mencoba memberikan jawaban empiris sekaligus menyusun kerangka konseptual mengenai peran teknologi dalam strategi global.
Kerangka Teoretis: Teknologi Sebagai Enabler
Teknologi Informasi dalam Perspektif Strategi
Dalam literatur manajemen, TI sudah lama dipandang sebagai infrastruktur strategis. Paper ini menekankan bahwa TI berperan melampaui fungsi administratif. Ia memungkinkan:
Secara konseptual, penulis menghubungkan peran TI dengan teori resource-based view (RBV). Menurut pandangan ini, keunggulan kompetitif lahir dari sumber daya yang bernilai, langka, sulit ditiru, dan sulit digantikan. TI, bila diimplementasikan dengan baik, memenuhi kriteria tersebut.
Industri 4.0 sebagai Paradigma Baru
Sementara TI dipandang sebagai fondasi, Industri 4.0 dianggap sebagai lompatan paradigma. Teknologi seperti Internet of Things (IoT), big data, cloud computing, dan kecerdasan buatan bukan hanya meningkatkan efisiensi, tetapi menciptakan model bisnis baru.
Paper ini memosisikan Industri 4.0 sebagai transisi dari otomatisasi (era TI tradisional) menuju otonomi. Mesin tidak hanya menjalankan instruksi manusia, tetapi juga mampu menganalisis data, berkomunikasi, dan mengambil keputusan.
Internasionalisasi sebagai Strategi Pertumbuhan
Internasionalisasi dalam penelitian ini tidak hanya diartikan sebagai ekspor, melainkan strategi menyeluruh untuk memasuki pasar global. Hambatan klasik berupa liability of foreignness—seperti keterbatasan informasi, jarak budaya, dan tingginya biaya koordinasi—dapat dikurangi melalui pemanfaatan TI.
Hasil dan Temuan Empiris
Perbedaan Penggunaan TI antara Perusahaan Lokal dan Internasional
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang berorientasi internasional memiliki tingkat penggunaan TI lebih tinggi (rata-rata 3,91) dibanding perusahaan lokal (3,36).
Refleksi: Angka ini menegaskan bahwa TI bukan sekadar “pelengkap” melainkan prasyarat untuk bersaing di pasar global. Tanpa infrastruktur TI yang kuat, perusahaan cenderung hanya mampu bermain di pasar lokal.
TI dan Internasionalisasi
Analisis regresi mengungkap bahwa penggunaan TI mampu menjelaskan 9,6% variabilitas dalam internasionalisasi perusahaan dengan signifikansi tinggi (p = 0,008).
Interpretasi konseptual: meskipun angkanya terlihat kecil, hal ini penting karena internasionalisasi adalah fenomena multifaktor. TI di sini berfungsi sebagai jembatan untuk mengurangi hambatan jarak dan informasi. Tanpa TI, strategi global akan sangat terbatas.
TI dan Kinerja Bisnis
Hubungan TI dengan kinerja terbukti lebih kuat:
Refleksi teoretis: angka seperempat ini menegaskan bahwa TI memiliki peran strategis dalam meningkatkan kinerja, baik melalui efisiensi operasional, pengurangan biaya, maupun peningkatan layanan pelanggan. Namun, fakta bahwa 74,4% kinerja dijelaskan oleh faktor lain juga menjadi pengingat bahwa TI hanyalah satu dari sekian banyak faktor.
Adopsi Teknologi Industri 4.0
Menariknya, tingkat adopsi teknologi Industri 4.0 masih rendah:
Refleksi: rendahnya adopsi menunjukkan bahwa banyak perusahaan di negara berkembang masih berada pada tahap awal transformasi digital.
Industri 4.0 dan Kinerja Bisnis
Meskipun tingkat adopsinya rendah, dampak Industri 4.0 terhadap kinerja justru lebih kuat:
Refleksi konseptual: hasil ini menunjukkan potensi performance leap. Artinya, meskipun sedikit perusahaan yang berinvestasi di teknologi ini, mereka yang melakukannya cenderung mengalami peningkatan kinerja yang signifikan.
Kritik Metodologis
Refleksi Konseptual Mendalam
TI sebagai Infrastruktur Globalisasi
Data empiris menunjukkan TI lebih berperan dalam internasionalisasi daripada Industri 4.0. Refleksi ini masuk akal: TI menyediakan bahasa komunikasi global melalui e-mail, platform digital, ERP, hingga e-commerce. Tanpa TI, perusahaan akan sulit membangun jaringan internasional.
Industri 4.0 sebagai Mesin Inovasi
Industri 4.0, meski adopsinya rendah, memiliki pengaruh lebih besar terhadap kinerja. Hal ini menegaskan bahwa Industri 4.0 bukan sekadar perpanjangan TI, melainkan paradigma baru yang mampu menghasilkan inovasi produk, layanan, dan model bisnis.
Data sebagai Faktor Produksi Baru
Baik TI maupun Industri 4.0 berpusat pada data. Jika revolusi industri sebelumnya digerakkan oleh energi, maka revolusi keempat ini digerakkan oleh data. Dalam kerangka ekonomi, data kini berperan sebagai faktor produksi baru yang setara dengan modal dan tenaga kerja.
Mesin sebagai Aktor Otonom
Industri 4.0 memperkenalkan ide bahwa mesin bukan sekadar alat, tetapi aktor organisasi dengan kapasitas otonom. Konsep ini menantang teori organisasi tradisional yang selalu menempatkan manusia sebagai pusat pengambilan keputusan.
Implikasi Ilmiah
Kesimpulan: Potensi dan Tantangan
Paper ini berhasil menunjukkan bahwa:
Secara konseptual, penelitian ini memperkuat pemahaman bahwa TI dan Industri 4.0 adalah instrumen strategis dalam era globalisasi. Namun, keterbatasan metodologi dan konteks geografis membuat hasilnya perlu diuji ulang di sektor dan negara lain.
Refleksi akhir: kontribusi utama paper ini adalah memperlihatkan transformasi teknologi dari sekadar alat operasional menjadi sumber daya strategis yang membentuk arah internasionalisasi dan kinerja organisasi. Secara ilmiah, penelitian ini membuka ruang bagi teori baru tentang peran data, teknologi otonom, dan ekosistem digital dalam membentuk daya saing global di abad ke-21.
Sumber Artikel: