Optimasi Sumberdaya
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 16 Mei 2025
Latar Belakang Krisis Air di DAS Cicatih
Air adalah sumber daya yang makin langka dan kompetitif penggunaannya. Di Indonesia, ancaman krisis air diprediksi terjadi pada tahun 2025, sebagaimana diungkapkan oleh WWF II dan diperkuat oleh banyak studi nasional. Salah satu penyebab utama krisis ini adalah pengelolaan sumber daya air yang belum efisien dan tidak proporsional antar sektor.
Kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Cicatih, yang berada di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, menjadi contoh nyata kompleksitas tantangan pengelolaan air. Sub DAS Cicatih Hulu misalnya, melayani kebutuhan 18 industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), lahan pertanian yang luas, serta penduduk yang terus bertambah. Persaingan antar sektor, khususnya antara industri, pertanian, dan rumah tangga, menjadi semakin tajam karena perubahan iklim dan konversi lahan pertanian ke non-pertanian.
Metodologi Linear Programming dalam Alokasi Air
Penelitian yang dilakukan oleh Waspodo et al. (2019) mengusulkan pendekatan pemrograman linier (linear programming/LP) untuk mengatasi tantangan ini. Metode LP digunakan untuk mengalokasikan sumber daya air yang terbatas agar kebutuhan sektor domestik, industri kecil, dan pertanian dapat dipenuhi secara optimal.
Tahap pertama melibatkan pengumpulan data: mulai dari debit sungai, debit mata air, curah hujan, data demografi, hingga harga dasar air untuk masing-masing sektor. Selanjutnya, proyeksi kebutuhan air dilakukan menggunakan model eksponensial untuk populasi, dan regresi linier untuk industri serta luas sawah beririgasi.
Dengan bantuan perangkat lunak Lingo 8.0, dibuatlah model fungsi tujuan dan fungsi kendala yang mempertimbangkan variabel harga air (Rp/liter), jumlah pengguna air, serta total debit dari sumber air permukaan dan mata air. Fungsi tujuannya adalah memaksimalkan profit dari distribusi air, sementara fungsi pembatasnya adalah keterbatasan debit.
Temuan Kunci dan Implikasi
Hasil proyeksi menunjukkan bahwa:
Adapun ketersediaan air:
Strategi Alokasi Air:
Hasil simulasi LP menunjukkan bahwa ketersediaan air di DAS Cicatih mampu mencukupi seluruh kebutuhan tersebut hingga tahun 2025, dengan profit optimal mencapai Rp158.402.000, berdasarkan fungsi tujuan dari Lingo 8.0.
Kritik, Opini, dan Relevansi Praktis
Kekuatan Penelitian:
Catatan Kritis:
Komparasi dan Pengembangan:
Pendekatan LP ini bisa dibandingkan dengan sistem berbasis Decision Support System (DSS) atau integrasi dengan Internet of Things (IoT) untuk monitoring debit secara real-time. Bahkan, dengan kemajuan AI, model prediksi berbasis machine learning seperti Random Forest atau Long Short-Term Memory (LSTM) bisa dimanfaatkan untuk mengantisipasi anomali cuaca.
Kesimpulan: Strategi Linier untuk Ketahanan Air
Penelitian Waspodo dkk. memberikan kontribusi penting dalam merancang sistem alokasi air yang adil dan optimal di DAS Cicatih. Melalui pendekatan linear programming, ditemukan bahwa distribusi air bisa dilakukan secara efisien dengan tetap mempertimbangkan keperluan tiap sektor secara proporsional.
Namun, keberhasilan implementasi strategi ini di lapangan akan sangat bergantung pada pemutakhiran data secara berkala, pengawasan terhadap industri, serta penguatan kebijakan tata guna lahan dan konservasi air. Di tengah ancaman krisis air nasional, model seperti ini bisa menjadi blueprint manajemen sumber daya air terpadu di wilayah lain di Indonesia
Sumber:
Waspodo, R. S. B., Komariah, S., & Kusuma Dewi, V. A. (2019). Optimisasi alokasi sumberdaya air di DAS Cicatih, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Jurnal Keteknikan Pertanian, 7(3), 179–184.