Industri konstruksi secara global menghadapi tekanan besar untuk bertransformasi menuju praktik yang lebih berkelanjutan. Tidak hanya karena kontribusinya terhadap emisi karbon dan konsumsi energi, tetapi juga karena efisiensi kerja yang masih tertinggal dibanding industri lain. Artikel yang ditulis oleh Saad Sarhan dan Stephen Pretlove berjudul "Lean and Sustainable Construction: State of the Art and Future Directions" (2021), mengeksplorasi potensi sinergi antara dua pendekatan penting: Lean Construction (LC) dan Sustainable Construction (SC).
Artikel ini menjadi editorial pengantar dalam edisi khusus jurnal Construction Economics and Building dan merangkum berbagai penelitian mutakhir yang mengeksplorasi hubungan antara LC dan SC. Penulis menyampaikan bahwa jika kedua pendekatan ini diintegrasikan secara tepat, maka akan terbuka jalan menuju sektor konstruksi yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Latar Belakang dan Relevansi Global
Berdasarkan laporan IPCC 2021, hanya dengan pengurangan drastis emisi gas rumah kaca, dunia dapat menghindari dampak iklim yang semakin ekstrem. Sementara itu, sektor konstruksi bertanggung jawab atas konsumsi energi dan produksi limbah yang sangat besar sepanjang siklus hidup bangunan. Dengan proyeksi pertumbuhan pasar konstruksi global hingga 70% antara tahun 2013 dan 2025, kebutuhan akan strategi pembangunan berkelanjutan menjadi sangat mendesak.
Lean Construction yang berasal dari prinsip produksi Toyota, dan Sustainable Construction yang berfokus pada keberlanjutan sosial, ekonomi, dan lingkungan, keduanya memiliki potensi besar dalam merespons krisis ini. Namun, integrasi kedua pendekatan ini masih terbatas, dan cenderung bersifat teknis alat-alat semata, bukan transformasi paradigma berpikir dan proses manajemen proyek.
Tantangan dan Kesenjangan dalam Integrasi LC dan SC
Penulis menyampaikan beberapa hambatan utama dalam upaya mengintegrasikan LC dan SC:
- Fokus LC terlalu sempit pada kepuasan pelanggan proyek, bukan pada masyarakat dan lingkungan secara luas.
- Pendekatan LC cenderung hanya fokus pada tahap produksi, tanpa memperhatikan siklus hidup proyek secara menyeluruh.
- Konsep 'waste' dalam LC seringkali terbatas pada proses dan material saja, padahal seharusnya mencakup dampak sosial dan lingkungan.
Sebaliknya, SC cenderung mengabaikan manajemen proses konstruksi dan lebih menekankan aspek desain dan penggunaan material ramah lingkungan.
Sorotan Studi Kasus dan Temuan Khusus
Efisiensi Energi dan Pengelolaan
- Studi oleh Ahmed et al. di UEA membandingkan kinerja energi tiga jenis bangunan pendidikan. Hasilnya, semua bangunan menunjukkan pemborosan energi, mengindikasikan pentingnya kesadaran pengguna dan desain proses konstruksi.
- Di Denmark, Wandahl et al. meneliti proyek renovasi perumahan dan menemukan bahwa peningkatan efisiensi proses konstruksi dapat mendukung target Renovation Wave Uni Eropa dalam mengurangi emisi karbon.
Pendekatan Proyek Berbasis Siklus Hidup
- Zighan dan Abualqumboz di Yordania meneliti sumber limbah fisik di tahap awal proyek. Mereka mengembangkan kerangka kerja manajemen limbah proaktif untuk fase konsep.
- Di New South Wales, Al-Hamadani et al. mengusulkan penerapan "ecological modernisation" untuk mengurangi limbah konstruksi dan pembongkaran, yang dapat dijadikan dasar kebijakan pengelolaan limbah konstruksi.
Inovasi untuk Produktivitas
- Studi di Polandia oleh Stefańska et al. menggunakan CNC dan desain struktural optimasi untuk konstruksi berbasis kayu. Mereka merekomendasikan pendekatan multivariate dan bentuk paraboloid untuk efisiensi material dan waktu.
- Mossman dan Sarhan mengkritisi metode CPM dan mendorong penggunaan Last Planner System (LPS) untuk aliran kerja lebih stabil dalam proyek fabrikasi modular.
- Penelitian oleh Power et al. menunjukkan bahwa kehadiran fasilitator LPS dapat meningkatkan produktivitas dan aliran kerja secara signifikan.
- Di AS, studi Demirkesen et al. meneliti hubungan antara LC dan keamanan psikologis pekerja. Hasilnya, proyek dengan pendekatan lean lebih baik dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman secara psikologis.
Model Terintegrasi dan Circular Economy
- Aslam et al. mengembangkan matriks Lean Approaching Sustainability Tools (LAST) untuk memilih alat LC yang sesuai dalam menjawab 15 tantangan SC paling kritis.
- Smitha dan Thomas dari India menyusun indeks Circular Economy Potential Index (CEPI) untuk menilai potensi sirkularitas material konstruksi.
- Isa dan Abidin di Malaysia meneliti adopsi eco-innovation di perusahaan kontraktor besar, dan menyimpulkan bahwa tingkat adopsinya masih moderat, tetapi memiliki potensi besar untuk dikembangkan.
Hambatan di Negara Berkembang
- Khalil et al. menyoroti hambatan implementasi SC di Libya: kendala pengetahuan, teknologi dan biaya, serta aspek organisasi dan teknis.
- Aghimien et al. meneliti adopsi big data analytics di Afrika Selatan. Hasilnya menunjukkan bahwa meskipun potensial, adopsi teknologi digital di sektor konstruksi masih rendah.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Edisi khusus jurnal ini menyimpulkan bahwa:
- Integrasi LC dan SC bukan hanya soal alat, tapi transformasi pendekatan.
- Penelitian empiris lebih lanjut sangat dibutuhkan, khususnya untuk memahami efek sinergis antara lean dan sustainable practices.
- Perubahan mindset, kolaborasi lintas disiplin, dan pendidikan tentang lean-sustainable philosophy sangat penting untuk masa depan konstruksi.
Rekomendasi utama:
- Lakukan pendekatan holistik terhadap nilai dan limbah (termasuk sosial dan lingkungan).
- Dorong integrasi LC dan SC dalam kebijakan dan pelatihan konstruksi.
- Tingkatkan kolaborasi antara akademisi dan praktisi untuk memperkuat pengembangan model-model terintegrasi.
Dengan mendekatkan Lean dan Sustainability, industri konstruksi tidak hanya dapat menjawab tantangan iklim dan lingkungan, tetapi juga meningkatkan efisiensi dan produktivitasnya secara signifikan.
Sumber Asli
Sarhan, S., and Pretlove, S. 2021. Lean and Sustainable Construction: State of the Art and Future Directions. Construction Economics and Building, 21(3), 1–10.