Kimia
Dipublikasikan oleh Siti Nur Rahmawati pada 22 Agustus 2022
Jakarta, CNBC Indonesia - Aqua adalah salah satu merk dagang air minum kemasan yang paling terkenal di tengah konsumen Indonesia. Produknya sangat beragam, mulai dari air kemasan gelas, botol kecil dan besar, hingga galon.
Aqua menyediakan pula 2 jenis produk, yakni galon Aqua kosong dan galon Aqua yang sudah terisi air minum.
Aqua kemasan galon adalah produk yang mempunyai volume terbesar diantara seluruh produk Aqua lainnya. Untuk skala rumah tangga, produk ini cocok dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum semua anggota keluarga.
Pertanyaannya, berapa liter dalam satu galon Aqua? Pertanyaan ini cukup sering ditanyakan. Mungkin terdengarnya sepele, tetapi nyatanya mengetahui volume galon akan sangat membantu dalam mencukupi kebutuhan air minum di rumah.
Satuan Galon
Sebelum membahas lebih lanjut tentang Aqua galon itu berapa liter, penting bagi Anda untuk mengetahui terlebih dahulu tentang satuan galon. Hal ini disebabkan galon sejatinya bukanlah nama resmi dari sebuah wadah air yang umum digunakan untuk menampung air mineral isi ulang.
Apabila menilik dari sisi kebahasaan, galon berasal dari kata "galun" dalam bahasa Prancis. Galon juga biasa disebut sebagai "gellet" dalam bahasa Inggris Kuno dan juga "jale" dalam bahasa Perancis Kuno.
Dilansir dari Science Trends, galon merujuk pada satuan ukur volume yang disingkat "gal". Tetapi nilai galon berbeda-beda di beberapa negara sehingga tak ditetapkan sebagai satuan baku untuk volume.
Walaupun demikian, satuan tersebut banyak digunakan di Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa Barat. Menurut standar Amerika Serikat, satu galon setara dengan 3,79 liter air. Sedangkan di Inggris dan Kanada, satu galon sama dengan 4,546 liter air.
Sebagai tambahan informasi, liter biasanya dipergunakan untuk mengukur volume barang yang disesuaikan dengan ukuran wadahnya, seperti cairan atau kumpulan padatan kecil yang bisa dituangkan dari satu wadah ke wadah lainnya.
Satu Galon Aqua Berapa Liter?
Lantas, satu galon Aqua terdapat berapa liter? Merk Aqua mempunyai standar tersendiri terkait volume isi dari air galon yang diproduksi oleh perusahaan mereka.
Satu galon Aqua isinya 19 liter air minum. Dengan volume sebesar ini, air kemasan galon cocok untuk konsumen rumah tangga.
Apabila dikonversikan ke dalam satuan kilogram, 1 liter setara dengan 1 kilogram. Artinya, berat Aqua galon yang berisikan 19 liter minimal ialah 19 kilogram.
Tetapi perhitungan tersebut belum termasuk dengan bobot galon itu sendiri. Jadi, bila di total secara keseluruhan, berat Aqua galon bisa mencapai lebih dari 19 kilogram.
Disadur dari sumber cnbcindonesia.com
Kimia
Dipublikasikan oleh Siti Nur Rahmawati pada 22 Agustus 2022
Jakarta - Berapa liter isi dalam 1 galon? Pertanyaan semacam ini kerap muncul di benak kebanyakan orang. Meskipun jawabannya terlihat sederhana, tetapi dalam praktiknya ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menjawab pertanyaan ini.
Untuk menentukan berapa liter dalam 1 galon, hendaknya kita harus mengetahui satuan galon yang digunakan. Apabila memandang dari lingkup universal, secara umum terdapat 2 jenis standar ukuran galon, antara lain galon standar Inggris (UK) dan galon versi Amerika Serikat (AS).
Dilansir dari laman Science Trends, 1 galon biasa versi Amerika Serikat sama dengan 3,7854118 liter. Sementara 1 galon standar Inggris yakni 5,54609 liter.
Galon merujuk kepada satuan ukur volume dengan singkatan "gal". Meskipun begitu, nilai galon tentu berbeda beda di setiap negara, sehingga tak bisa digunakan sebagai satuan baku bagi volume.
Secara bahasa, galon berasal dari kata 'galun' dalam bahasa Prancis. Dalam bahasa Inggris Kuno disebut dengan "gellet" dan "jale" dalam bahasa Perancis Kuno.
Liter merupakan satuan volume dalam sistem pengukuran standar internasional. Volume satu liter sama dengan 1000 cm³ atau satu desimeter kubik.
Liter didefinisikan sebagai volume yang dimiliki oleh 1 kg air, sebagaimana pada tekanan standar dan kepadatan puncak. Oleh karena itu, 1 liter air umumnya mempunyai berat sebesar 1 kg.
Penggunaan satuan liter biasanya sebagai pengukur volume barang sesuai dengan wadahnya, baik itu carian ataupun kumpulan padatan yang dengan mudah dituangkan dari 1 wadah ke wadah lainnya. Satuan liter bisa disebut dengan sentimeter kubik, adapun pengukuran liter lainnya seperti hektoliter, dekaliter, megaliter serta kiloliter.
Lantas, berapa liter dalam satu galon?
Baik galon ataupun liter masuk ke dalam satuan volume, sehingga sangat memungkinkan bagi keduanya untuk diubah. Ketika mengonversinya pun, harus ada standar yang dipilih.
Standar yang dipilih ini sebagaimana disebutkan di atas, ada yang namanya galon versi Inggris dan versi Amerika. Bobot keduanya tentu berbeda.
Jika berbicara kepada galon air mineral di Indonesia dengan ragam merk yang berbeda, mereka tentu mempunyai volume isi tersendiri. Hal tersebut sesuai dengan masing masing standar perusahaan mereka.
Contohnya, 1 galon Aqua berisi sebanyak 19 liter air. Volume itu diperuntukkan sebagai konsumsi air untuk 1 keluarga.
Tetapi, tetap saja perhitungan tersebut tak bisa menjawab pertanyaan dengan bobot galon itu sendiri.
Disadur dari sumber detik.com
Kimia
Dipublikasikan oleh Siti Nur Rahmawati pada 22 Agustus 2022
Garis spektrum silikon
Silikon adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Si dan nomor atom 14. Senyawa yang dibentuk bersifat paramagnetik. Unsur kimia yang juga disebut sebagai zat pasir ini ditemukan oleh Jöns Jakob Berzelius. Silikon merupakan unsur metaloid tetravalensi, bersifat lebih tidak reaktif daripada karbon (unsur nonlogam yang tepat berada di atasnya pada tabel periodik, tetapi lebih reaktif daripada germanium, metaloid yang berada persis di bawahnya pada tabel periodik. Kontroversi mengenai sifat-sifat silikon bermula sejak penemuannya: silikon pertama kali dibuat dalam bentuk murninya pada tahun 1824 dengan nama silisium (dari kata bahasa Latin: silicis), dengan akhiran -ium yang berarti logam. Meski begitu, pada tahun 1831, namanya diganti menjadi silikon karena sifat-sifat fisiknya lebih mirip dengan karbon dan boron.
Silikon merupakan elemen terbanyak kedelapan di alam semesta dari segi massanya, tetapi sangat jarang ditemukan dalam bentuk murni di alam. Silikon paling banyak terdistribusi pada debu, pasir, planetoid, dan planet dalam berbagai bentuk seperti silikon dioksida atau silikat. Lebih dari 90% kerak bumi terdiri dari mineral silikat, menjadikan silikon sebagai unsur kedua paling melimpah di kerak bumi (sekitar 28% massa) setelah oksigen.
Silikon sering digunakan untuk membuat serat optik dan dalam operasi plastik digunakan untuk mengisi bagian tubuh pasien dalam bentuk silikone.
Silikon dalam bentuk mineral dikenal pula sebagai zat kersik.
Sebagian besar silikon digunakan secara komersial tanpa dipisahkan, terkadang dengan sedikit pemrosesan dari senyawanya di alam. Contohnya adalah pemakaian langsung batuan, pasir silika, dan tanah liat dalam pembangunan gedung. Silika juga terdapat pada keramik. Banyak senyawa silikon modern seperti silikon karbida yang dipakai dalam pembuatan keramik berdaya tahan tinggi. Silikon juga dipakai sebagai monomer dalam pembuatan polimer sintetik silikone.
Unsur silikon juga berperan besar terhadap ekonomi modern. Meski banyak silikon digunakan pada proses penyulingan baja, pengecoran aluminium, dan beberapa proses industri kimia lainnya, sebagian silikon juga digunakan sebagai bahan semikonduktor pada elektronik-elektronik. Karena penggunaannya yang besar pada sirkuit terintegrasi, dasar dari komputer, maka kelangsungan teknologi modern bergantung pada silikon.
Silikon juga merupakan elemen esensial pada biologi, meskipun hanya dibutuhkan hewan dalam jumlah amat kecil. Beberapa jenis makhluk hidup yang membutuhkannya antara lain jenis porifera dan mikroorganisme jenis diatom. Silikon digunakan untuk membuat struktur tubuh mereka.
Karakteristik
Fisik
Silikon mengkristal pada struktur kristal kubus berlian
Silikon berbentuk padat pada suhu ruangan, dengan titik lebur dan titik didih masing-masing 1.400 dan 2.800 derajat celsius. Yang menarik, silikon mempunyai massa jenis yang lebih besar ketika dalam bentuk cair dibanding dalam bentuk padatannya. Tapi seperti kebanyakan substansi lainnya, silikon tidak akan bercampur ketika dalam fase padatnya, tetapi hanya meluas, sama seperti es yang memiliki massa jenis lebih kecil daripada air. Karena mempunyai konduktivitas thermal yang tinggi (149 W·m−1·K−1), silikon bersifat mengalirkan panas sehingga tidak pernah dipakai untuk menginsulasi benda panas.
Dalam bentuk kristalnya, silikon murni berwarna abu-abu metalik. Seperti germanium, silikon agak kuat tetapi sangat rapuh dan mudah mengelupas. Seperti karbon dan germanium, silikon mengkristal dalam struktur kristal kubus berlian, dengan jarak kisi 0,5430710 nm (5.430710 Å).
Orbital elektron terluar dari silikon mempunyai 4 elektron valensi. Kulit atom 1s,2s,2p, dan 3s terisi penuh, sedangkan kulit atom 3p hanya terisi 2 dari jumlah maksimumnya 6.
Silikon bersifat semikonduktor.
Kimia
Bubuk Silikon
Silikon merupakan metaloid, siap untuk memberikan atau berbagi 4 atom terluarnya, sehingga memungkinkan banyak ikatan kimia. Meski silikon bersifat relatif inert seperti karbon, silikon masih dapat bereaksi dengan halogen dan alkali encer. Kebanyakan asam (kecuali asam nitrat dan asam hidrofluorat) tidak bereaksi dengan silikon. Silikon dengan 4 elektron valensinya mempunyai kemungkinan untuk bergabung dengan elemen atau senyawa kimia lainnya pada kondisi yang sesuai.
Isotop
Silikon yang eksis di alam terdiri dari 3 isotop yang stabil, yaitu silikon-28, silikon-29, dan silikon-30, dengan silikon-28 yang paling melimpah (92% kelimpahan alami). Out of these, only silicon-29 is of use in NMR and EPR spectroscopy. Dua puluh radioisotop telah diketahui, dengan silikon-32 sebagai yang paling stabil dengan paruh waktu 170 tahun dan silikon-31 dengan waktu paruh 157,3 menit. Sisa isotop radioaktif lainnya mempunyai paruh waktu kurang dari 7 detik dan kebanyakan malah kurang dari 0,1 detik.[14] Silikon tidak mempunyai isomer nuklir.
Isotop dari silikon mempunyai nomor massa berkisar antara 22 sampai 44. Bentuk peluruhan paling umum dari 6 isotop yang nomor massanya dibawah isotop paling stabil (silikon-28) adalah β+, utamanya membentuk isotop aluminium (13 proton) sebagai produk peluruhannya. Untuk 16 isotop yang nomor massanya diatas 28, bentuk peluruhan paling umumnya adalah β−, utamanya membentuk isotop fosfor (15 proton) sebagai produk peluruhan.
Keberadaan
Gugusan kristal kuarsa dari Tibet. Mineral alami ini mempunyai rumus kimia SiO2.
Jika diukur berdasarkan massanya, silikon membentuk 27,7% massa kerak bumi dan merupakan unsur kedua yang paling melimpah di kerak bumi setelah oksigen. Silikon biasanya ditemukan dalam bentuk mineral silikat yang kompleks, dan lebih jarang lagi dalam bentuk silikon dioksida (silika, komponen utama pada pasir). Kristal silikon murni amat sangat jarang ditemukan di alam.
Mineral silikat- berbagai macam mineral yang terdiri dari silikon, oksigen, dan berbagai logam reaktif—membentuk 90% massa kerak bumi. Hal ini dikarenakan suhu panas pada proses pembentukan sistem tata surya, silikon dan oksigen mempunyai afinitas yang besar satu sama lain, sehingga membentuk senyawa kimia. Karena oksigen dan silikon adalah unsur non-gas dan non-logam terbanyak pada puing supernova, mereka membentuk banyak silikat kompleks yang kemudian bergabung ke batuan planetesimal yang membentuk planet kebumian. Disini, mstriks mineral silikat yang tereduksi menangkap logam-logam yang reaktif untuk teroksidasi (aluminium, kalsium, natrium, kalium, dan magnesium). Setelah gas-gasnya lepas, campuran silikat ini kemudian membentuk sebagian besar kerak bumi. Karena silikat-silikat ini bermassa jenis rendah, baja, nikel, dan logam non-reaktif lainnya masuk ke dalam inti bumi, sehingga menyisakan magnesium dan silikat besi di lapisan atas.
Beberapa contoh mineral silikat yang ada di kerak bumi antara lain kelompok piroksena, amfibol, mika, dan feldspar. Mineral-mineral ini terdapat pada tanah liat dan beberapa jenis batuan seperti granit dan batu kapur.
Silika terdapat pada mineral-mineral yang terdiri dari silikon dioksida murni dengan bentuk kristal yang berbeda-beda: quartz, agate ametis, rock crystal, chalcedony, flint, jasper, dan opal. Kristal-kristal ini memiliki rumus empiris silikon dioksida, tetapi tidak terdiri dari molekul-molekul silikon dioksida. Silika secara struktur mirip dengan berlian, terdiri daripadatan kristal tiga dimensi yang terdiri dari silikon dan oksigen. Silika yang tidak murni membentuk kaca alam obsidian. Silika biogenik ada pada struktur diatom, radiolaria dan siliceous sponge.
Silikon juga merupakan komponen utama meteorit, dan merupakan komponen dari tektit, mineral silikat yang mungkin berasal dari bulan.
Produksi
Campuran
Campuran Ferrosilikon
Ferrosilikon, campuran silikon-besi yang terdiri dari unsur silikon dan besi dengan rasio yang berbagai macam, merupakan produk utama dari proses pengolahan unsur silikon, dengan persentase 80% dari seluruh produksi dunia. China merupakan negara pemasok silikon terbesar di dunia, dengan jumlah 4,6 juta ton (atau 2/3 produksi dunia), kebanyakan dalam bentuk ferrosilikon. Disusul kemudian oleh Rusia (610.000 ton), Norwegia (330.000 ton), Brasil (240.000 ton), dan Amerika Serikat (170.000 ton). Ferrosilikon paling banyak digunakan oleh industri baja.
Campuran aluminium-silikon paling banyak digunakan dalam industri pengecoran aluminium, dengan silikon sebagai bahan aditif tunggal utama untuk meningkatkan kekuatan cornya. Karena aluminium cor paling banyak digunakan pada industri otomotif, maka penggunaan silikon ini adalah penggunaan industri tunggal terbesar dari silikon murni "metallurgical grade".
Metallurgical grade
Silikon tidaklah dicampur dengan unsur-unsur lain dalam jumlah besar, biasanya lebih dari 95% disebut dengan logam silikon. Logam silikon ini jumlahnya 20% dari total produksi elemen silikon dunia, dengan kurang dari 1-2% dari total elemen silikon (5–10% dari silikon metallurgical grade) yang dimurnikan lagi untuk digunakan pada semikonduktor. Silikon metallurgical grade adalah silikon yang dibuat secara komersial dengan mereaksikan silika dengan kayu, arang, dan batu bara pada sebuah perapian listrik menggunakan elektrode karbon. Pada suhu lebih dari 1.900 °C (3.450 °F), karbon dari bahan-bahan tadi dan silikon akan mengalami reaksi kimia SiO2 + 2 C → Si + 2 CO. Silikon cair ada di bagian dasar tungku, yang kemudian dialirkan dan didingingkan. Silikon yang diproduksi melalui proses ini disebut silikon metallurgical grade dengan tingkat kemurnian paling kecil 98%. Dalam metode ini, silikon karbida (SiC) juga dapat terbentuk karena adanya karbon berlebih dengan reaksi kimia: SiO2 + C → SiO + CO atau SiO + 2 C → SiC + CO. Meski begitu, jika konsentrasi SiO2 tinggi, maka silikon karbida dapat dieliminasi dengan reaksi kimia 2 SiC + SiO2 → 3 Si + 2 CO.
Seperti yang telah dikatakan diatas, silikon, metallurgical grade digunakan pada umumnya di industri pengecoran aluminium untuk membentuk campuran aluminium-silikon. Sisanya, digunakan oleh industri kimia untuk membentuk bubuk silika.[19]
Sampai bulan September 2008, silikon metallurgical grade dihargai 1,45 US$ per pound ($3.20/kg),[20] naik dari $0,77 per pound ($1.70/kg) pada tahun 2005.
Kualitas elektronik
Ingot silikon monokristalin didapatkan dari proses Czochralski
Penggunaan silikon untuk peralatan semikonduktor membutuhkan kemurnian yang jauh lebih tinggi daripada silikon metallurgical grade. Silikon sangat murni (>99.9%) dapat diekstraksi daripadatan silika atau senyawa silika lainnya dengan elektrolisis molten salt.[22][23] Metode ini, yang sudah dikenal paling tidak dari tahun 1854 (lihat juga proses FFC Cambridge), punya potensi untuk memproduksi silikon solar-grade tanpa emisi karbon dioksida.
Silikon solar-grade tidak dapat digunakan untuk semikonduktor, karena tingkat kemurniannya harus sangat tinggi. Wafer silikon yang digunakan sebagai bahan baku integrated circuit harus dimurnikan sampai 99.9999999%, proses yang membutuhkan teknologi tinggi.
Sebagian besar kristal silikon yang digunakan untuk produksi alat elektronik didapatkan dari proses Czochralski (CZ-Si) karena metode ini merupakan metode termurah saat ini dan dapat menghasilkan kristal yang besar, meski masih mengandung pengotor.
Teknik pemurnian silikon generasi awal didasarkan pada fakta apabila silikon dicairkan dan dipadatkan kembali, maka material yang terakhir memadat kebanyakan merupakan pengotornya. Metode awal untuk memurnikan silikon, pertama kali tahun 1919, digunakan untuk memproduksi komponen radar selama Perang Dunia II, dibuat dengan menghancurkan silikon metallurgical grade dan melarutkan sebagian bubuk silikon pada asam. Ketika dihancurkan, pengotor-pengotor yang terdapat pada silikon terkumpul di lapisan paling luar, sehingga jika terkena asam akan larut kembali dan menghasilkan produk silikon yang lebih murni.
Batang Polikristalin silikon dibuat dengan proses Siemens
Pada suatu waktu, DuPont memproduksi silikon ultra-murni dengan mereaksikan silikon tetraklorida dengan seng pada 950 °C, dihasilkan silikon melalui SiCl4 + 2 Zn → Si + 2 ZnCl2. Meskipun begitu, teknik ini memiliki masalah lain, (misalnya produk samping berupa seng klorida yang dihasilkan yang menyumbat) sehingga akhirnya ditemukan proses Siemens. Pada proses Siemens, atang silikon dengan kemurnian tinggi direaksikan dengan triklorosilana pada 1150 °C. Gas triklorosilana terdekomposisi dan dan tambahan silikon tersimpan dan memperbesar karena 2 HSiCl3 → Si + 2 HCl + SiCl4. Silikon yang diproduksi dari proses ini disebut Silikon polikristalin. Silikon ini mempunyai tingkat pengotor kurang dari satu ppb (part per billion).
Tahun 2006 REC mengumumkan bahwa mereka membangun pabrik berbasis teknologi fluidized bed (FB) yang menggunakan silana: 3 SiCl4 + Si + 2 H2 → 4 HSiCl3, 4 HSiCl3 → 3 SiCl4 + SiH4, SiH4 → Si + 2 H2.[28] Keuntungan proses teknologi fluid bed adalah proses dapat berlangsung kontinu dengan hasil lebih banyak daripada proses Siemens yang merupakan proses batch.
Saat ini, silikon dimurnikan dengan mengubahnya menjadi senyawa silikon yang lebih mudah dimurnikan dengan distilasi daripada pada kondisi awalnya, dan lalu mengubah kembali senyawa silikon tersebut menjadi silikon murni. Triklorosilana adalah senyawa silikon yang umumnya digunakan sebagai intermediate, juga silikon tetraklorida dan silana.
Selain itu, ada juga proses Schumacher, yang menggunakan tribromosilana sebagai pengganti triklorosilana dan teknologi fluid bed. Meski begitu, sampai saat ini belum ada pabrikan besar yang memproduksi silikon dengan proses ini.
Senyawa
PDMS – sebuah senyawa silikon
Aplikasi
Senyawa
Sebagian besar senyawa silikon digunakan di industri tanpa dipisahkan menjadi elemennya. Lebih dari 90% kerak bumi terdiri dari mineral silikat yang merupakan senyawa silikon dan oksigen. Banyak dari mineral ini digunakan langsung, seperti tanah liat, pasir silika, dan berbagai jenis batuan untuk bangunan. Silika juga menjadi bahan utama batu keramik. Silikat digunakan dalam pembuatan semen Portland yang digabung dengan pasir silika dan gravel untuk membentuk beton, basis hampir semua bangunan industri modern saat ini.
Logam paduan
Elemen silikon ditambahkan pada besi cor menjadi ferrosilikon atau silikokalsium untuk meningkatkan kemampuan pada bagian yang tipis dan menghindari pembentukan sementit ketika terkena udara luar. Produksi ferrosilikon pada industri baja adalah 80% dari total penggunaan silikon dunia.
Karakteristik silikon itu sendiri dapat digunakan untuk memodifikasi paduan logam. Campuran silikon pada alumnium cor membentuk campuran eutektik yang memadat dengan kontraksi termal sangat kecil. Silikon juga meningkatkan kekerasan aluminium.[18] Silikon merupakan komponen penting pada baja listrik karena mempengaruhi resistivitas dan feromagnetiknya.
Silikon metallurgical grade adalah silikon dengan kemurnian 95-99%. Sekitar 55% konsumsi silikon metallurgical grade dunia adalah untuk memproduksi logam paduan aluminium-silikon untuk pengecoran aluminium yang banyak digunakan untuk industri otomotif. Sisanya digunakan oleh industri kimia untuk pembuatan fumed silica, silana, dan silikone.
Elektronik
Wafer silikon
Karena hampir semua elemen silikon diproduksi sebagai paduan logam ferrosilikon, hanya sebagian kecil saja (20%) yang diproduksi menjadi silikon metallurgical grade (1,3–1,5 juta metrik ton/tahun). Logam silikon yang dimurnikan sampai kemurnian semikonduktor diperkirakan hanya 15% dari produksi silikon metallurgical grade. Meskipun begitu, nilai ekonomi dari silikon semikonduktor ini sangat tinggi.
Silikon monokristalin murni digunakan untuk memproduksi wafer silikon yang digunakan pada industri semikonduktor, elektronik, dan juga perangkat photovoltaic. Dalam konduksi muatan, silikon murni adalah semikonduktor intrinsik yang berarti ia dapat mengonduksi lubang elektron dan elektron dapat dilepaskan dari atom melalui pemanasan, maka meningkatkan konduktivitas listrik silikon dengan suhu tinggi. Silikon murni memiliki konduktivitas yang terlalu rendah untuk digunakan pada komponen elektronik. Pada praktiknya, silikon murni didoping dengan elemen lain dengan konsentrasi kecil sehingga meningkatkan konduktivitasnya secara drastis. Kontrol penambahan elemen lain ini sangat penting dan umumnya diaplikasikan di transistor, sel solar, detektor semikonduktor dan perangkat semikonduktor lainnya.
Sumber Artikel: id.wikipedia.org
Kimia
Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 23 Juli 2022
Nanomaterial yang dimodifikasi asam boronat telah menginspirasi minat penelitian secara signifikan karena biokompatibilitasnya yang unik dan interaksi reversibel yang sangat baik dengan gugus diol yang mengandung sakarida, protein, DNA, dan senyawa glukosa terkait lainnya. Namun, sumber dan metode yang berbeda mengubah aplikasi bahan nano. Dengan demikian, bahan nano yang difungsikan permukaan tertarik sebagai salah satu cara terbaik untuk meningkatkan penerapan bidang biomedis. Dalam ulasan ini, kami merangkum penelitian terbaru tentang bahan nano yang dimodifikasi asam boronat, berdasarkan kelompok titik karbon dan oksida graphene, yang telah digunakan di bidang bioimaging, biosensing, dan inhibitor antivirus, dll. Selain itu, interaksi multivalen pada asam boronat yang dimodifikasi telah menjadi kunci utama peningkatan kemampuan untuk menargetkan pengobatan di masa depan. Kami terutama berfokus pada makalah yang dilaporkan sebelumnya untuk peluang sinergis masa depan dari aplikasi biomedis CD yang unggul dalam manajemen dan diagnostik bidang pengobatan nano.
Nanomaterial termodifikasi boron membawa potensi yang menarik pada aplikasi biomedis, bahkan pada laporan yang terbatas dan non-integratif. Selain itu, evaluasi titik karbon yang dikaitkan dengan asam boronat tidak pernah dieksplorasi dan menyisakan keingintahuan untuk membahas manfaatnya. Oleh karena itu, dalam artikel ulasan kali ini, kami fokus pertama pada penggalian informasi tentang kinerja boron, turunannya, dan titik karbon (termasuk CQD, GQD, dan PD); Juga, lebih lanjut tentang aplikasi potensial lanjutan dari titik karbon termodifikasi asam boronat. Diskusi selanjutnya mengeksplorasi laporan aplikasi titik karbon terfungsionalisasi boron dengan mekanisme kerjanya untuk bioimaging, biosensing, sensor glukosa, inhibitor HIV, bioimaging terapi kanker dan inhibitor antivirus sebagai aplikasi fokus.
Dibuat dengan karya terobosan, investigasi kanker yang ditargetkan dari berbagai lini sel menggunakan CD yang mengandung asam boronat juga telah dipelajari. Baru-baru ini, dalam karya dramatis, Jana et al. mensintesis titik karbon fluoresen (CD1) sebagai probe fluoresen dengan perlakuan hidrotermal asam 3-Aminofenilboronat (3-APBA), asam sitrat (CA). CD yang disiapkan digunakan dalam pencitraan sel menggunakan sel HeLa. Ini adalah kelarutan air yang baik dan hasil kuantum yang tinggi (57,8%). Pencitraan fluoresen, mikroskopi menunjukkan bahwa partikel CD1 kecil (~ 2,27 nm) dapat diinternalisasi ke dalam membran sel untuk inkubasi 6 jam.
Dibandingkan dengan bahan berbasis karbon lainnya, ada beberapa aplikasi titik karbon sebagai sensor nano, bahkan dapat dengan mudah difungsikan dan diimobilisasi dengan polimer untuk analisis biokimia. Perlu dicatat bahwa Wang et al. telah melaporkan imobilisasi mikrogel titik karbon fluoresen (NIPAM-AAm-VPBA) dari tiga ko-monomer fungsional (N-isopropylacyamide (NIPAM), acrylamide (AAM), acrylamide (AAm), dan 4-vinylphenyl boronic acid (VPBA), serta CD fluoresen. Penelitian yang sedang berlangsung dalam modifikasi polimer dengan asam boronat, beberapa peneliti melakukan perbaikan dengan memodifikasi CD dengan asam boronat dan selanjutnya diterapkan untuk deteksi HIV. Sebagai contoh, Fahmi et al. konsep penghambatan masuk target gp120 menggunakan titik karbon termodifikasi asam boronat. Memang, langkah awal siklus hidup virion HIV adalah interaksi gp120 dengan reseptor CD4 pada sel target; yang gp 120 sebagian besar mengandung oligosakarida dan situs manosa dengan banyak gugus hidroksil Dalam penelitian tersebut, CD mulia dibuat dari asam sitrat (CA) sebagai sumber karbon dan asam boronat 4-karboksi-3-klorobenzena (CBBA) sebagai agen penargetan khusus untuk penghambatan masuknya HIV-1.
Molekul yang mengandung asam boronat juga telah dilaporkan sebagai pendekatan terapeutik untuk mengobati Human Immunodeficiency Virus (HIV), yang telah dikembangkan dengan kemampuan uniknya untuk terhubung ke selubung glikoprotein pada permukaan virus. Dengan cara yang sama, molekul yang dikaitkan dengan asam boronat juga dapat memblokir proses masuknya virus Hepatitis C (HCV) melalui tarikan permukaan dengan protein glikan mannosa tinggi pada protein selubung glikosilasi permukaan HCV. Selain itu, nanopartikel termodifikasi asam fenilboronat yang dikembangkan sebagai inhibitor antivirus yang diuji terhadap virus Hepatitis C (HCV) dieksploitasi secara bioassay. Oleh karena itu, penghambatan masuknya virus dari nanopartikel diperiksa dengan uji imunofluoresen menggunakan partikel virus JFH1 yang diturunkan dari kultur sel untuk menginfeksi sel hepatosit yang baik. Ketika konsentrasi nanopartikel (60 g/ml) ditambahkan, penghambatan virus meningkat hingga 60 ± 8%.
Di bidang penelitian nanopartikel, CD (CQDs, GQDs, PDs) telah mencapai kepentingan yang luar biasa sementara 10 tahun terakhir karena efektivitasnya, keamanan hayati yang baik, sifat optik, dan biokompatibilitas yang sangat baik. Di sini, kami telah menyoroti CD yang difungsikan dengan asam boronat dalam hal sintesis, sifat, dan aplikasi biomedisnya. Meskipun metode sintetik yang berbeda telah ditunjukkan untuk CD, salah satu proses sintesis utama untuk titik karbon adalah metode solvotermal / hidrotermal karena biayanya yang rendah, pendaran yang stabil, QY yang tinggi, dan kemudahan modifikasi dengan bahan awal (Tabel S1). Misalnya, CD yang dipancarkan berwarna merah (QY- 64,95%) digunakan secara efisien untuk pencitraan in vivo. Namun, QY CD yang dikembangkan tergantung pada pelarut yang digunakan. Selain itu, CD emisi merah secara efektif digunakan untuk penentuan selektif Fe3+, asam sialat, kanker, dan bioimaging, masing-masing. Oleh karena itu, fungsionalisasi/pasivasi CD dengan atom doping boron merupakan aspek penting tidak hanya untuk meningkatkan sifat optik yang diinginkan tetapi juga untuk menggerakkan material yang spesifik ke targetnya. CD yang dimodifikasi asam boronat telah dikontrol dengan baik dengan fluoresen pada panjang gelombang biru, hijau, kuning, dan merah. Khususnya, interaksi multivalen antara asam boronat dan gugus cis-diol, menghasilkan reaksi perakitan molekul yang dapat dibalik pada target biomolekul menjadi bagian terpenting dari aplikasi bio untuk bahan nano yang mengandung asam boronat. Oleh karena itu, CD yang dimodifikasi asam boronat dengan baik menunjukkan berbagai potensi dalam bioimaging, penginderaan, pengiriman obat, dan penghambatan.
Sumber Artikel : news.unair.ac.id
Kimia
Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 23 Juli 2022
Salah satu jurusan dari rumpun sains dan teknologi (Saintek) ini juga diminati oleh para calon mahasiswa.
Jurusan apa itu? Jurusannya ialah Kimia yang biasa masuk dalam Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).
Jika kamu tertarik belajar Kimia, maka sebelum mengambil jurusan ini harus memahami seperti apa prospek kerja Prodi Kimia nanti.
Melansir akun Instagram Universitas Islam Indonesia (UII), Jumat (5/3/2021), berikut ini prospek kerja lulusan Kimia:
Karir lulusan S1 Kimia
1. Chemist (Quality control/assurance, research & development, formulator, health safety & environment) Industri (Kimia/farmasi/pangan).
2. Akademisi (guru atau dosen).
3. Tenaga ahli instansi pemerintahan.
4. Analis (laboratorium/rumah sakit/forensik).
5. Peneliti.
6. Pengusaha (minyak atsiri, industri kimia).
7. Konsultan (lingkungan, analisis pangan, kosmetik).
8. Technical specialist marketing bahan kimia & instrumentasi).
Karir lulusan S1 Pendidikan Kimia
1. Guru SMA/MA/SMK nasional dan internasional
2. Pencipta permainan berbasis pendidikan (games based education creator)
3. Pencipta media pembelajaran (learning media creator)
4. Pengembang bahan ajar
5. Konsultan pendidikan
6. Trainer di bidang pendidikan
Karir lulusan D3 Analis Kimia
1. Analis laboratorium
2. Analis forensik
3. Analis lingkungan
4. Quality control
5. Manajer teknis/mutu
6. Konsultan instrumen laboratorium
7. Entrepreneur
Sumber Artikel : kompas.com
Kimia
Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 23 Juli 2022
Di dunia perkuliahan, mendengar kata kimia mengacu pada 3 jurusan berikut: teknik kimia, kimia murni, dan pendidikan kimia. Untuk program studi pendidikan kimia, kompetensi lulusannya adalah sebagai pengajar atau calon guru. Jadi setelah lulus bisa langsung melamar di sekolah-sekolah atau bimbel.
Nah, dua prodi kimia lainnya ini sering dianggap sama. Masyarakat awam mungkin lebih mengenal teknik kimia dan farmasi. Padahal jurusan kimia murni berdiri sendiri, tidak sama dengan teknik kimia atau malah farmasi.
Lalu apa bedanya prodi teknik kimia dengan kimia murni? Simak yuk!
1. Berada di bawah fakultas berbeda
Pertama, bedakan dulu fakultas yang menaungi kedua prodi ini. Teknik kimia berada di bawah fakultas teknik, sementara kimia murni termasuk dalam fakultas MIPA. Beberapa kampus kini menyebut MIPA sebagai FSM, Fakultas Sains dan Matematika.
2. Teknis vs analitik
sbasse.lums.edu.pk
Dari namanya saja sudah nampak satu perbedaan mencolok. Belajar di prodi teknik kimia lebih menitikberatkan proses kimiawi secara teknis. Kompetensi lulusannya memiliki wawasan cukup luas tentang proses-proses dalam industri kimia.
Sementara prodi kimia murni lebih bersifat analitik. Menganalisa suatu proses kimiawi hingga unsur terkecil. Kegiatannya didominasi pengujian-pengujian di laboratorium.
3. Merumuskan produk vs merancang proses
Simpelnya, teknik kimia mengarah pada proses industri, sementara kimia murni lebih fokus pada pengembangan produk. Dalam dunia industri, lulusan dari kedua prodi ini akan bekerja sama untuk meningkatkan hasil.
Lulusan teknik kimia merancang prosesnya, berurusan dengan sistem kerja mesin dan tahap-tahap produksi. Sementara anak kimia murni merancang produknya. Memastikan kualitas bahan baku, melakukan uji coba, lalu merumuskan reaksi yang terjadi dalam proses.
Hasilnya, kualitas dan kuantitas produk terjamin dengan baik. Nilai ekonomisnya pun diperhitungkan tanpa mengesampingkan tingkat kualitas.
4. Porsi ilmu kimia yang berbeda
Meski sama-sama mempelajari kimia, porsinya dalam kedua prodi ini berbeda. Di kimia murni, dari semester awal hingga akhir didominasi ilmu kimia dan aplikasinya di kehidupan sehari-hari. Ilmu eksak lain seperti fisika, matematika, dan biologi hanya berperan sebagai penunjang. Dipelajari dasar-dasarnya saja yang dapat dikaitkan dengan ilmu kimia.
Sedangkan di prodi teknik kimia, porsinya lebih kecil ketimbang kimia murni. Ilmu kimia diimbangi dengan fisika terapan dan dasar-dasar teknik industri.
Bisa dibilang, teknik kimia lebih bersifat aplikatif. Rumusan teori reaksi kimia diaplikasikan langsung dalam proses skala besar. Atau kita lebih mudah menyebutnya sebagai industri.
5. Makro vs mikro
Secara garis besar, perbedaan paling mencolok dari teknik kimia vs kimia murni adalah makro vs mikro. Hal-hal yang dipelajari di teknik kimia bersifat makro. Mempertimbangkan aspek lain sehingga rumusan teori bisa diwujudkan dalam sebuah proses.
Sementara kimia murni bersifat mikro. Menganalisa fenomena atau reaksi kimiawi dengan cara menguraikan. Sehingga bisa diamati hingga bagian yang terkecil atau terdalam.
Meski memiliki beberapa perbedaan, dua ilmu ini tidak bisa dipisahkan dalam prosesnya. Masing-masing saling mendukung untuk menghasilkan produk yang lebih baik. Jadi sudah paham kan bedanya?
Sumber Artikel : idntimes.com