Infrastruktur & Teknologi Digital
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 28 Agustus 2025
Perkembangan infrastruktur transportasi dalam beberapa dekade terakhir berjalan begitu cepat, seiring urbanisasi serta pertumbuhan ekonomi global. Jalan raya, rel kereta cepat, jembatan, hingga terowongan terus dibangun dalam skala masif. Namun, tantangan yang muncul tidak kalah besar, antara lain: biaya pemeliharaan yang membengkak, kompleksitas koordinasi antar pemangku kepentingan, serta kebutuhan akan keselamatan publik yang semakin ketat. Di sinilah digital twin (DT) menjadi salah satu inovasi paling menjanjikan. Paper “Digital Twin in Transportation Infrastructure Management: A Systematic Review” karya Bin Yan dkk. (2023) memberikan tinjauan menyeluruh mengenai posisi DT dalam pengelolaan infrastruktur transportasi.
Tulisan ini meresensi paper tersebut secara panjang lebar, dengan menyoroti relevansi praktisnya bagi dunia nyata dan industri. Resensi akan dibagi menjadi beberapa bagian, mulai dari definisi DT, perbandingan dengan konsep lain, aplikasi di tahap desain hingga operasi, teknologi yang mendukung, tantangan penerapan, hingga analisis kritis tentang dampaknya dalam konteks industri.
Mengapa Digital Twin Penting untuk Infrastruktur Transportasi?
Digital twin dapat dipahami sebagai replika virtual dinamis dari aset fisik—seperti jalan, jembatan, terowongan, atau sistem perkeretaapian—yang selalu diperbarui dengan data real-time dari sensor, perangkat IoT (Internet of Things), maupun data historis. Tujuannya bukan sekadar menampilkan bentuk 3D, melainkan menciptakan hubungan timbal balik antara dunia fisik dan virtual.
Dalam praktik industri, hal ini memungkinkan pihak pengelola:
Paper ini menekankan bahwa metode manajemen tradisional kerap terjebak dalam “silo informasi”—data terpisah, sulit diakses lintas proyek, dan tidak terintegrasi. DT hadir untuk menyatukan itu semua.
Definisi Digital Twin dan Perbedaannya dengan BIM serta CPS
Paper ini memaparkan bahwa DT terdiri dari lima komponen inti:
Menariknya, paper ini juga membandingkan DT dengan Building Information Modeling (BIM) dan Cyber-Physical Systems (CPS).
Relevansi di Dunia Nyata
Perbandingan ini penting untuk industri. Jika BIM hanya berguna saat perencanaan, DT bisa tetap digunakan hingga tahap operasi dan pemeliharaan. Sementara CPS yang fokus pada perangkat, DT menawarkan gambaran utuh aset beserta perilakunya.
Aplikasi Digital Twin dalam Infrastruktur Transportasi
1. Desain dan Optimasi Proyek
Pada tahap desain, DT memungkinkan simulasi menyeluruh sebelum proyek dibangun. Misalnya:
Dampak praktis: kesalahan desain yang biasanya baru terlihat setelah konstruksi dapat diantisipasi sejak awal. Ini berarti biaya perubahan desain dan risiko kecelakaan bisa ditekan secara signifikan.
2. Monitoring dan Manajemen Konstruksi
Selama pembangunan, DT berfungsi sebagai pusat kendali virtual:
Namun, paper mencatat bahwa sebagian besar penelitian masih dilakukan dalam kondisi laboratorium. Tantangan di lapangan—seperti cuaca buruk, sinyal lemah, atau lingkungan sulit—sering membuat efektivitas DT tidak maksimal.
3. Operasi dan Pemeliharaan Infrastruktur
Tahap ini menjadi fokus utama karena biaya pemeliharaan sering kali jauh lebih tinggi daripada biaya pembangunan. DT mendukung:
Kritik: Paper kurang menyoroti aspek biaya implementasi. Bagi operator kecil, memasang ribuan sensor bisa memberatkan. Solusi modular—misalnya hanya memasang sensor di titik rawan—mungkin lebih realistis.
Teknologi Pendukung Digital Twin
Paper ini merinci teknologi yang membuat DT bisa berjalan:
Opini Kritis
Teknologi ini sangat canggih, tetapi justru bisa menjadi penghalang adopsi. Tidak semua operator infrastruktur memiliki SDM atau dana untuk mengelola sistem cloud atau blockchain. Ada kebutuhan akan solusi DT yang lebih sederhana dan modular.
Tantangan Utama Digital Twin
Paper mengidentifikasi beberapa tantangan besar:
Analisis Kritis: Relevansi bagi Dunia Nyata
Kelebihan DT
Kekurangan DT
Pandangan saya: Bagi kota besar dengan anggaran cukup, DT adalah investasi jangka panjang yang masuk akal. Namun bagi kota kecil, penerapan parsial—misalnya DT hanya untuk monitoring jembatan utama—lebih efektif.
Kesimpulan
Paper “Digital Twin in Transportation Infrastructure Management: A Systematic Review” memberi gambaran menyeluruh tentang potensi DT. Mulai dari desain, konstruksi, hingga operasi, DT menjanjikan efisiensi, prediksi, dan pengambilan keputusan berbasis data. Namun, paper juga menekankan tantangan teknis, biaya, serta kebutuhan standardisasi.
Secara praktis, temuan ini relevan untuk:
Dengan demikian, DT bukan hanya tren akademik, tetapi juga alat strategis yang dapat merevolusi cara kita membangun dan merawat infrastruktur transportasi.
Sumber Paper
Yan, B., Yang, F., Qiu, S., Wang, J., Cai, B., Wang, S., Zaheer, Q., Wang, W., Chen, Y., & Hu, W. (2023). Digital twin in transportation infrastructure management: a systematic review. Intelligent Transportation Infrastructure, 1–18.
👉 https://doi.org/10.1093/iti/liad024