Farmasi

Apa itu Tablet atau Pil?

Dipublikasikan oleh Anisa pada 11 Februari 2025


Tablet, juga disebut pil, adalah bentuk sediaan oral farmasi (dosis padat oral, atau OSD) atau satuan padat. Tablet memiliki eksipien yang sesuai. Ini terdiri dari dosis padat dari zat aktif dan eksipien, yang biasanya dalam bentuk bubuk, yang ditekan. Obat tablet memiliki keuntungan utama, yaitu memastikan dosis yang konsisten dan membuatnya mudah dikonsumsi.

Tablet dibuat dengan cara dikompresi atau dicetak. Eksipien dapat termasuk bahan pengencer, bahan pengikat atau bahan granulasi, glidan (alat bantu aliran), dan pelumas untuk memastikan tablet dibuat dengan baik; bahan penghancur yang membantu tablet pecah di dalam usus; pemanis atau perasa untuk meningkatkan rasa; dan pigmen untuk membuat tablet terlihat lebih menarik atau membantu mengidentifikasi tablet yang tidak diketahui secara visual. Lapisan polimer biasanya digunakan untuk membuat tablet lebih halus dan mudah ditelan, mengontrol laju pelepasan bahan aktif, membuatnya lebih tahan terhadap lingkungan (memperpanjang umur simpannya), atau membuatnya terlihat lebih baik.

Pada awalnya, tablet obat dibuat dalam bentuk cakram dengan warna yang ditentukan oleh komponennya. Sekarang, bagaimanapun, tablet dibuat dalam berbagai bentuk dan warna untuk membantu membedakan berbagai obat. Tablet sering dicetak dengan huruf, simbol, dan angka, yang membuatnya mudah dikenali atau membuat alur yang mudah dipisahkan dengan tangan. Tablet berukuran antara beberapa milimeter dan sekitar satu sentimeter.

Saat ini, bentuk sediaan yang paling banyak digunakan adalah tablet terkompresi. Dua pertiga dari semua resep adalah sediaan padat, dan setengahnya adalah tablet terkompresi. Meskipun tablet biasanya ditelan, mereka dapat diberikan secara sublingual, bukal, rektal, atau intravaginal.

Jenis-jenis

  • Pil

Bentuk dosis obat oral yang kecil, bulat, dan padat adalah definisi asli dari sebuah pil. Asal usul kata ini mengingatkan kita pada gagasan lama yang menggunakan lesung dan alu untuk menumbuk bahan-bahan dan kemudian menggulung campuran atau adonan menjadi gumpalan hingga kering. Saat ini, istilah "pil" masih mengacu pada tablet (termasuk kaplet) daripada kapsul (yang dikembangkan jauh kemudian). Namun, karena hypernym langsung diperlukan untuk secara intuitif mencakup semua bentuk sediaan oral, istilah "pil" juga banyak digunakan dalam arti yang lebih luas yang mencakup tablet dan kapsul; secara informal, semua obat oral padat termasuk dalam kategori "pil" (lihat pil § Catatan penggunaan).

  • Kaplet

Kaplet adalah tablet obat berbentuk lonjong, halus, dilapisi menyerupai kapsul pada umumnya. Kaplet dapat dibagi menjadi dua dengan lebih mudah karena banyak kaplet yang memiliki lekukan di tengahnya. Sejak diperkenalkan, konsumen menganggap kapsul sebagai metode minum obat yang paling efisien. Untuk mengaitkan hubungan positif ini dengan pil tablet yang diproduksi lebih efisien serta bentuknya yang lebih mudah ditelan dibandingkan tablet berbentuk cakram pada umumnya, produsen obat seperti analgesik yang dijual bebas ingin menekankan kekuatan produk mereka. Hasilnya, mereka mengembangkan "kaplet", sebuah gabungan dari tablet berbentuk kapsul.

  • ODT

Beberapa bentuk sediaan obat bebas (OTC) dan resep yang berbeda tersedia dalam bentuk tablet penghancur oral, yang sering dikenal sebagai tablet orodispersible (ODT).

Disadur dari:

https://en.wikipedia.org

Selengkapnya
Apa itu Tablet atau Pil?

Farmasi

Menilik Peta Persaingan Industri Farmasi di Indonesia

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 10 Februari 2025


Liputan6.com, Jakarta - Fitch Solutions menyebutkan Indonesia memiliki lebih dari 200 produsen dan distributor farmasi, termasuk 29 perusahaan multinasional. Lalu bagaimana posisi perusahaan multinasional dan dalam negeri di sektor farmasi?

Sebagian besar produsen lokal mengkhususkan diri dalam produksi produk generik murah, obat-obatan over the counter (OTC) dan perawatan tradisional. Selain itu, ada juga empat laboratorium farmasi milik pemerintah yang berkonsentrasi pada produksi obat-obatan yang termasuk di dalamnya daftar obat esensi nasional.

Perusahaan farmasi dalam negeri seperti PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF) memiliki pasar 70 persen. Sisanya 30 persen, pasar farmasi Indonesia Indonesia terdiri dari perusahaan farmasi asing seperti Bayer, Pfizer, GlaxoSmithKline, Mitsubishi Tanabe Pharma, Merck dan lainnya. Demikan disebutkan dalam laporan bertajuk Indonesia Pharmaceutial & Healthcare Report Include 10-year forecasts to 2030.

Menurut Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia, sekitar 95 persen obat produksi lokal dikonsumsi di dalam negeri. Sisanya lima persen diekspor. 10 perusahaan teratas semua lokal, dan menguasai sekitar 40 persen pasar dalam hal volume.

Industri dalam negeri saat ini mengimpor sebanyak 90 persen dari bahan bakunya, meskipun kerentanan ini semakin diatasi melalui manajemen stok dan investasi di di fasilitas manufaktur hulu.

Fitch Solutions menyebutkan, salah satu hambatan utama bagi produsen obat dari luar negeri untuk mendirikan operasi di Indonesia adalah posisi industri farmasi di daftar investasi negative. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 36/20210, investor dilarang memiliki lebih dari 75 persen dari perusahaan farmasi Indonesia (meningkat menjadi 85 persen pada 2014).

Selain itu, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1010/2008 menyatakan perusahaan asing yang tidak memiliki pabrik di dalam negeri tidak boleh mendistribusikan produknya dan harus mengandalkan perusahaan lain (yang memiliki pabrik) untuk melakukannya. "Semakin membatasi peran perusahaan farmasi multinasional di negara tersebut,” tulis Fitch Solutions, dikutip Sabtu (26/6/2021).

Insentif Pemerintah Kembangkan Industri Dalam Negeri

Insentif pemerintah untuk mengembangkan industri farmasi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor akan semakin besar diperkuat oleh reformasi yang mendorong lokalisasi obat-obatan, memungkinkan pembuat obat lokal untuk diversifikasi rantai pasokannya.

Hal itu masuk paket stimulus ekonomi pemerintah ke-11 yang dirilis pada Maret 2016 untuk mendorong produksi bahan baku obat dalam negeri terutama lima kategori produk antara lain bioteknologi, vaksin, ekstrak herbal, bahan aktif farmasi, dan alat kesehatan.

"Sebagai hasil dari paket ini, baik Kimia Farma dan Kalbe Farma baru-baru ini berinvestasi di hulu industri farmasi dengan mendirikan pabrik yang dapat mensuplai bahan baku,” tulis Fitch Solutions.
 
Sebelumnya ketentuan pemerintah tersebut bertujuan untuk mendorong perusahaan asing investasi di dalam negeri. Hal itu menuai protes dari Kamar Dagang AS sehingga berdampak pada 13 produsen obat internasional yang menjual obat-obatan di Indonesia karena saat itu belum memiliki fasilitas produksi di Indonesia. Adapun yang terkena dampak antara lain Astellas Pharma, AstraZeneca, Eli Lily, Merck Sharp, Dohme, Novo Nordisk, Roche, Servier dan Wyeth.

Perusahaan farmasi asing yang beroperasi di Indonesia diwakili oleh asosiasi perdagangan. IPMG misalnya, terdiri dari 28 perusahaan farmasi internasional berbasis penelitian secara bersama-asma mempekerjakan sekitar 10.000 staf lokal.

Sejak 1999, anggota IPMG telah memperkenalkan lebih dari 250 produk bar uke Indonesia untuk mengobati kanker, penyakit menular, penyakit kardiovaskular dan penyakit lainnya.

IPMG juga berupaya memerangi dan membantu pemberantasan obat palsu dengan meningkatkan kesadaran masyarakat. Selain itu, Sanofi, Pfizer, Novartis, dan Bayer semuanya memiliki pabrik di dalam negeri, sementara perusahaan multinasional lainnya termasuk Astellas Pharma, AstraZenecca, Eli Lily, MSD, Novo, Nordisk, Roche hanya mengoperasikan kantor perwakilan. Kelompok terakhir telah dipengaruhi oleh perubahan peraturan yang haruskan perusahaan asing untuk investasi di Indonesia.

RI Masih Impor Bahan Baku Obat

Selain itu, Fitch Solutions menyebutkan sebagian besar produsen lokal khusus diri dalam produksi produk obat generi; murah, obat-obatan OTC dan perawatan tradisional. Ada juga empat laboratorium farmasi milik pemerintah yang berkonsentrasi pada produksi obat-obatan yang termasuk dalam daftar obat esensial nasional.

Menurut Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia (GP Farmasi), sekitar 95 persen obat produksi lokal dikonsumsi di dalam negeri. Sisanya lima persen diekspor. Fitch Solutions menyebutkan, 10 perusahaan teratas semua lokal menguasai sekitar 40 persen pasar dalam hal volume.

Seperti banyak negara lain di Asia Tenggara, Indonesia impor sebagian besar bahan baku (sebagian besar dari India dan China) yang dibutuhkan untuk produksi obat-obatan terutama karena proses pembuatan API yang rumit dan mahal.

“Dalam hal upaya untuk mengurangi ketergantungan pada bahan mentah impor bahan baku, Kementerian Kesehatan mendorong BUMN farmasi untuk memproduksi bahan baku obat,” tulis Fitch Solutions.

Industri dalam negeri Indonesia didominasi oleh beberapa pabrikan besar yang didirikan sebagai badan usaha milik negara (BUMN) yang memproduksi berbagai obat generic umum. Namun, produk tersebut juga berada di bawah tekanan harga dalam beberapa tahun terakhir melalui mandate lain, beberapa di antaranya telah menetapkan penurunan lokal hingga 30 persen untuk obat-obatan tertentu.

Perusahaan lokal terkemuka termasuk Kalbe Farma, Kimia Farma, Combiphar, dan Sanbe Farma.

Sumber: www.liputan6.com
 

 

Selengkapnya
Menilik Peta Persaingan Industri Farmasi di Indonesia

Farmasi

10 Perusahaan Farmasi Terbaik di Indonesia

Dipublikasikan oleh Cindy Aulia Alfariyani pada 14 Mei 2024


Indonesia, negara kepulauan yang luas di Asia Tenggara, tidak hanya dikenal dengan pemandangan alamnya yang menakjubkan, tetapi juga dengan industri farmasinya yang kuat. Sektor farmasi di negara ini memiliki keragaman, dengan perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam pembuatan, pemasaran, dan distribusi berbagai macam produk farmasi, termasuk obat generik, obat generik bermerek, dan obat bebas. Dalam artikel ini, kami akan membahas perusahaan-perusahaan farmasi terkemuka di Indonesia, menyoroti kontribusi mereka pada sektor kesehatan nasional.

1. Kalbe farma

Top Pharmaceutical Companies in Indonesia

Perusahaan farmasi teratas di indonesia

Kalbe Farma (KLBF) berdiri tegak sebagai perusahaan farmasi terbesar di Indonesia. Dengan sejarah yang kaya dan komitmen terhadap keunggulan, Kalbe Farma telah menjadi pilar industri kesehatan nasional. Mereka menawarkan beragam produk farmasi yang memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.

2. Dexa medica

Menyusul di bawahnya adalah Dexa Medica (DPM), perusahaan farmasi terbesar kedua di Indonesia. Dexa Medica telah membuat langkah signifikan dalam memproduksi, memasarkan, dan mendistribusikan produk farmasi. Dedikasi mereka terhadap kualitas telah membuat mereka mendapatkan tempat yang menonjol di pasar.

3. Kimia farma

Top Pharmaceutical Companies in Indonesia

Kimia Farma (KAEF) adalah perusahaan farmasi milik negara yang memiliki misi untuk melayani kepentingan publik. Kontribusi mereka terhadap sistem kesehatan Indonesia mencakup berbagai macam produk farmasi, memastikan aksesibilitas terhadap obat-obatan esensial.

4. Sido Muncul

Sido Muncul (SIDO) memberikan sentuhan unik pada industri ini dengan mengkhususkan diri pada obat-obatan herbal tradisional. Selain obat herbal, mereka juga memproduksi suplemen makanan dan produk perawatan pribadi, yang melayani mereka yang mencari solusi perawatan kesehatan alternatif.

5. Tempo Scan Pacific

Tempo Scan Pacific (TSPC) telah mendiversifikasi portofolio perawatan kesehatannya, mencakup produk farmasi, peralatan medis, dan peralatan. Fleksibilitas ini menempatkan mereka sebagai pemain kunci dalam ekosistem perawatan kesehatan di Indonesia.

6. Phapros

Phapros (PEHA) berdedikasi untuk menyediakan produk-produk farmasi berkualitas tinggi. Penawaran mereka meliputi obat generik, obat generik bermerek, dan obat bebas, yang menekankan pentingnya solusi perawatan kesehatan yang mudah diakses dan dapat diandalkan.

7. Pyridam Farma

Pyridam Farma (PYFA) bangga dengan perannya di sektor kesehatan. Mereka memproduksi, memasarkan, dan mendistribusikan produk farmasi, memastikan kesejahteraan penduduk Indonesia.

8. Merck Tbk

Merck Tbk (MERK), anak perusahaan dari perusahaan farmasi ternama asal Jerman, Merck KGaA, beroperasi di Indonesia. Mereka membawa keahlian global ke pasar lokal, menawarkan obat resep, vaksin, dan produk kesehatan konsumen.

9. Indofarma

Indofarma (INAF), perusahaan farmasi milik negara lainnya, memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan kesehatan nasional. Rangkaian produk mereka yang luas mencakup obat generik, obat generik bermerek, dan obat-obatan bebas.

10. Darya-Varia Laboratoria Tbk

Darya-Varia Laboratoria Tbk (DVLA) adalah sebuah perusahaan farmasi yang sedang naik daun. Dedikasi mereka dalam memproduksi, memasarkan, dan mendistribusikan produk farmasi mendorong mereka ke garis depan industri ini.

Ini hanyalah beberapa dari sekian banyak perusahaan farmasi yang beroperasi di Indonesia. Industri ini mengalami pertumbuhan yang pesat, didorong oleh populasi negara yang terus bertambah dan meningkatnya permintaan akan layanan kesehatan yang berkualitas. Seiring dengan kemajuan Indonesia, begitu pula dengan sektor farmasi, yang memastikan bahwa kesehatan bangsa tetap menjadi prioritas utama.

Lanskap farmasi di Indonesia sangat beragam dan dinamis, dengan banyak perusahaan yang berusaha untuk meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan. Dari perusahaan raksasa milik negara hingga anak perusahaan global, setiap entitas memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan layanan kesehatan di negara ini. Seiring dengan pertumbuhan populasi Indonesia, begitu pula pentingnya perusahaan-perusahaan farmasi ini dalam memastikan masa depan yang lebih sehat bagi semua.

Disadur dari: investinasia.id

Selengkapnya
10 Perusahaan Farmasi Terbaik di Indonesia

Farmasi

Mengenal Cabang Ilmu Biomolekul

Dipublikasikan oleh Farrel Hanif Fathurahman pada 21 April 2024


Istilah "biomolekul" atau "molekul biologis" digunakan secara longgar untuk menyebut molekul di dalam tubuh yang melakukan fungsi penting dalam proses biologis tertentu, seperti morfogenesis, perkembangan, dan pembelahan sel. Biomolekul terdiri dari molekul kecil seperti metabolit primer, metabolit sekunder, dan produk alami, serta makromolekul besar (atau polianion) seperti protein, karbohidrat, lipid, dan asam nukleat. Materi biologis adalah nama yang lebih umum untuk kelompok ini. Biomolekul, yang biasanya berasal dari organisme itu sendiri atau dibuat di dalamnya, adalah komponen penting bagi organisme hidup. Meskipun demikian, organisme biasanya membutuhkan biomolekul eksogen, seperti nutrisi tertentu, untuk bertahan hidup.

Biologi dan subdisiplinnya, biokimia dan biologi molekuler, menyelidiki biomolekul dan reaksi mereka. Sebagian besar biomolekul adalah senyawa organik, terdiri dari hanya empat unsur: nitrogen, hidrogen, karbon, dan oksigen. Meskipun demikian, sejumlah bahan tambahan, seperti berbagai biometal, ditemukan dalam jumlah kecil.

Dengan demikian, biomolekul dan lintasan metabolisme ini disebut sebagai "universal biokimia" atau "teori kesatuan material makhluk hidup", sebuah konsep yang menggabungkan teori sel dan teori evolusi dalam biologi. Keanekaragaman jenis biomolekul dan lintasan metabolisme ini merupakan ciri khas dari keanekaragaman bentuk kehidupan.

Sakarida

Monosakarida, yang namanya berasal dari kata "mono" yang berarti "satu" dan "sakarida" yang berarti "gula", adalah jenis karbohidrat paling sederhana yang terdiri dari satu gula. Dalam strukturnya, monosakarida mengandung gugus aldehida (disebut aldosa) atau gugus keton (disebut ketosa). Monosakarida yang terdiri dari tiga atom karbon disebut triosa; monosakarida dengan empat atom karbon disebut tetrosa, lima atom karbon disebut pentosa, enam atom karbon disebut heksosa, dan seterusnya. Contoh monosakarida adalah glukosa, fruktosa, galaktosa, ribosa, dan deoksiribosa. Ketika dikonsumsi, glukosa dan fruktosa memiliki tingkat pengosongan lambung yang berbeda, diserap dengan cara yang berbeda, dan menjalani kehidupan metabolik yang berbeda. Ini memberi banyak peluang bagi dua jenis sakarida untuk memengaruhi jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang. Respirasi seluler menghasilkan sebagian besar sakarida. Disakarida terbentuk ketika dua monosakarida membentuk ikatan glikosidik dengan menghilangkan molekul air. Selain itu, satu molekul disakarida dapat dihidrolisis menjadi dua molekul monosakarida. Sukrosa, maltosa, dan laktosa adalah contoh disakarida.

Monosakarida yang terpolimerisasi menjadi karbohidrat kompleks, seperti pati, selulosa, dan glikogen, dikenal sebagai polisakarida. Molekul polisakarida biasanya berukuran besar dan sering memiliki konektivitas bercabang yang kompleks. Oligosakarida adalah polisakarida yang lebih pendek yang terdiri dari tiga hingga sepuluh monomer.

Jenis-jenis

Lipid

Lipid, yang merupakan ester asam lemak, membangun membran biologis dan menyimpan energi (seperti trigliserida). Sebagian besar lipid terdiri dari kepala yang bersifat polar atau hidrofilik (biasanya terdiri dari gliserol), dan ekor yang terdiri dari satu hingga tiga molekul asam lemak yang bersifat nonpolar atau hidrofobik. Lipit disebut sebagai molekul amfifilik karena kedua sifat ini. Rantai atom karbon tidak bercabang asam lemak biasanya terdiri dari empat belas hingga dua puluh empat kelompok karbon, dengan rentang antara empat belas dan dua puluh empat kelompok karbon dalam jenis asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Kepala hidrofilik lipid di membran biologis berasal dari salah satu dari tiga kelompok: (1) glikolipid, yang kepalanya terdiri dari oligosakarida dengan residu sakarida antara satu hingga lima belas; (2) fosfolipid, yang kepalanya terdiri dari gugus fosfat bermuatan positif yang dihubungkan ke ekornya oleh gugus fosfat bermuatan negatif; atau (3) sterol, yang kepalanya terdiri dari cincin steroid planar, seperti kolesterol. Lipid lain termasuk prostaglandin dan leukotrien, yang keduanya dibuat dari salah satu jenis asam lemak, asam arakidonat.

  • Asam Amino

Asam amino adalah biomolekul yang mengandung gugus fungsi amina (–NH2) dan karboksil (–COOH), serta rantai samping (gugus "R" yang unik untuk masing-masing jenis asam amino. Molekul ini adalah monomer yang dapat bergabung untuk membentuk protein dan peptida (baik polipeptida maupun oligopeptida). Asam amino proteinogenik adalah dua puluh dua asam amino yang memiliki kemampuan untuk membentuk protein. 20 asam amino dari kumpulan ini disandi oleh kode genetik standar, dan dua asam amino terakhir dimasukkan ke dalam protein melalui mekanisme translasi tertentu yang dilakukan oleh beberapa organisme. Misalnya, selenosistein dimasukkan ke dalam beberapa protein pada kodon UGA, yang biasanya merupakan kodon akhir, dan pirolisin dimasukkan ke dalam beberapa protein pada kodon UAG, yang terjadi dalam beberapa organisme metanogen dalam enzim Asam amino lainnya yang penting untuk proses biologi termasuk taurin, ornitin, GABA, dan karnitin (digunakan untuk mengangkut lipid dalam sel).

  • Nukleosida dan nukleotida

Nukleosida dibuat dengan menempelkan nukleobasa ke cincin gula pentosa yang terdiri dari ribosa atau deoksiribosa. Contohnya adalah sitidin (C), uridin (U), timidin (T), guanosin (G), dan adenosin (A). Untuk menghasilkan nukleotida, nukleosida dapat difosforilasi, yaitu ditambahkan gugus fosfat. Namun, baik DNA maupun RNA terdiri dari polimer yang terdiri dari molekul linier panjang yang dirakit oleh enzim polimerase dari unit struktural berulang atau monomer, yang terdiri dari nukleotida tunggal. DNA menggunakan deoksinukleotida C, G, A, dan T, sedangkan RNA menggunakan ribonukleotida C, G, A, dan U. Basa termodifikasi (seperti gugus metil pada dasar cincin) sering ditemukan, seperti yang ditemukan dalam RNA ribosomal atau RNA transfer, atau untuk membedakan unting DNA baru dari unting DNA lama setelah replikasi.

  • Lignin

Lignin adalah makromolekul polifenol kompleks yang terutama terdiri dari hubungan beta-O4-aril. Ini adalah biopolimer kedua yang paling banyak ditemukan setelah selulosa dan merupakan komponen struktural utama sebagian besar tumbuhan. Subunit molekul ini berasal dari alkohol parakoumaril, alkohol koniferil, dan alkohol sinapil, dan karena tergolong rasemat, mereka tidak biasa di antara biomolekul lainnya.

Sumber:

https://id.wikipedia.org

Selengkapnya
Mengenal Cabang Ilmu Biomolekul

Farmasi

Potensi Pengembangan Obat Berbasis Riset di Indonesia: Tantangan, Inovasi Teknologi, dan Peran Big Data dalam Industri Farmasi

Dipublikasikan oleh Cindy Aulia Alfariyani pada 18 April 2024


Meskipun telah melakukan berbagai upaya, Indonesia masih menghadapi tantangan dalam hal ketersediaan produk farmasi, terutama obat-obatan inovatif, yang sebagian besar masih diimpor. Salah satu penyebabnya adalah terbatasnya industri farmasi yang memproduksi obat berbasis riset, meskipun pemerintah telah melakukan intervensi dalam bentuk regulasi.

"Industri farmasi di Indonesia lebih banyak berfokus pada formulasi dan pengemasan obat daripada memproduksi obat berbasis riset," jelas guru besar farmakologi dan toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Arief Nurrochmad.

Hal ini ia sampaikan dalam pidato pengukuhannya yang berjudul "Peran Farmakologi dan Toksikologi dalam Pengembangan Obat Baru: Perspektif Baru Penggunaan Big Data dan Jejaring Farmakologi," pada Selasa (6/2) di Balai Senat UGM.

Profesor Nurrochmad menekankan perlunya produksi obat berbasis riset untuk menjamin ketersediaan obat. Namun, ia mencatat bahwa pengembangan obat baru merupakan proses yang panjang dan mahal.

"Pengembangan obat baru, mulai dari ide awal hingga peluncuran produk, merupakan proses yang kompleks, memakan waktu 12-15 tahun dan biaya lebih dari 1 miliar USD," katanya.

Awalnya, target obat terapeutik harus diidentifikasi dengan menggunakan metode eksperimental tradisional. Kemudian, ahli biologi struktural muncul untuk menjelaskan struktur tiga dimensi (3D) dan karakteristik pengikatan ligan untuk mengungkapkan apakah ini layak sebagai target obat baru. 

Selanjutnya, ahli kimia obat dan farmakolog menggunakan skrining dengan hasil tinggi untuk menemukan beberapa senyawa timbal yang sangat efektif untuk penilaian keamanan lebih lanjut dan uji klinis.

Secara keseluruhan, lanjutnya, prosedur ini mahal dan membosankan. Pada tahun 2018, sebuah studi yang dilakukan oleh Moore dkk., 2008 menemukan bahwa biaya rata-rata pengujian efikasi untuk 59 obat baru yang disetujui oleh FDA selama tahun 2015-2016 adalah sebesar 19 juta USD. 

Oleh karena itu, diperlukan metode untuk mengatasi keterbatasan prosedur penemuan obat konvensional dengan memperkenalkan metode yang lebih efisien, murah, dan berbasis komputasi.

"Dibandingkan dengan metode penemuan obat tradisional, desain obat yang rasional dengan menggunakan metode desain obat berbantuan komputer terbukti lebih efisien dan ekonomis," ujarnya.

Desain obat yang rasional mengintegrasikan docking molekuler ke dalam kantong pengikatan ligan dari target terapeutik yang menjanjikan, dengan menghitung energi pengikatan setiap senyawa molekul kecil. Selain itu, metode ini juga memilih kandidat terbaik untuk memasuki tahap prosedur eksperimental selanjutnya. 

Penelitian oleh Ferreira dkk., 2015 mencatat bahwa lebih dari 100.000 struktur protein 3D saat ini disimpan di Protein Data Bank (PDB) untuk penambatan molekuler. Tidak seperti metode tradisional, desain obat yang rasional telah meningkatkan tingkat penyaringan hit lebih dari 100 kali lipat.

Profesor Nurrochmad menekankan pentingnya memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dalam farmakologi dan toksikologi, untuk mempercepat penemuan dan pengembangan obat. Desain kandidat obat yang lebih baik selama fase eksperimental mengurangi kemungkinan kegagalan pada tahap selanjutnya, terutama dalam uji klinis yang memakan banyak biaya.

Sehubungan dengan pandemi COVID-19, Profesor Nurrochmad menggarisbawahi pentingnya mengeksplorasi metode penemuan obat yang baru, efektif, dan terjangkau. Dia menyoroti potensi Artificial Intelligence (AI) dan data besar untuk merevolusi penemuan target obat dengan menganalisis data dalam jumlah besar dengan cepat.

"Evolusi yang cepat dari big data dan AI menawarkan peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mempercepat penemuan target obat," pungkasnya.

Disadur dari: ugm.ac.id

Selengkapnya
Potensi Pengembangan Obat Berbasis Riset di Indonesia: Tantangan, Inovasi Teknologi, dan Peran Big Data dalam Industri Farmasi

Farmasi

2 Prodi Farmasi ITB Terakreditasi Internasional, Ini Prospek

Dipublikasikan oleh Admin pada 03 Maret 2022


KOMPAS.com - Dua program studi dari Sekolah Farmasi ITB di bawah Sekolah Farmasi ITB yaitu Farmasi Klinik dan Komunitas serta Sains dan Teknologi Farmasi sudah terakreditasi secara internasional oleh ASIIN. Di tahun 2022, Sekolah Farmasi ITB menyosialisasikan program Kelas Internasional yang ditawarkan bagi calon mahasiswa dengan sejumlah keunggulan.

Dosen Kelompok Keahlian Biologi Farmasi Sekolah Farmasi ITB, Defri Rizaldy menjelaskan tentang dua program studi yang ada di dalam Sekolah Farmasi ITB yaitu Sains dan Teknologi Farmasi serta Farmasi Klinik dan Komunitas. Ia menjelaskan bahwa pendidikan di Sekolah Farmasi ITB ditempuh selama 8 semester untuk mendapatkan gelar Sarjana Farmasi (S. Farm).

Lalu, dapat dilanjutkan dengan 2 semester pada sekolah keprofesian apoteker. Baca juga: Jurusan-jurusan Kuliah di ITB yang Terakreditasi Internasional Dijelaskan pula terkait beragam research group yang ada di Sekolah Farmasi ITB. Mulai dari pharmacochemistry, pharmaceutics, pharmaceutical biology, pharmacology clinical pharmacy, dan sport science.

“Kelima bidang ini tentunya memberikan kontribusi dan inovasi yang berbeda untuk keilmuan farmasi,” papar Defri seperti dilansir dari laman ITB. Program internasional Sekolah Farmasi ITB, dijelaskan Defri memiliki beberapa perbedaan dengan program lainnya. Berbagai program tersebut disebut International Exposures.

“Perbedaannya adalah perkuliahan dan praktikum yang dibawakan dalam bahasa Inggris. Selain itu, mahasiswa program Internasional akan mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pertukaran pelajar atau internship di luar negeri serta dapat melakukan tugas akhir atau riset di perguruan tinggi luar negeri yang juga mitra dari ITB,” jelas Defri.

Program internasional Sekolah Farmasi ITB memiliki berbagai global partners yang sangat luas di luar negeri.  “Mulai dari Oregon State University, Universiteit Leiden, Kyunghee University, Universiti Sains Malaysia, Universitat Oldenburg, Mahidol University, Cyberjaya University College, Universiti Teknologi Mara, dan masih banyak lagi seperti yang tertera pada slide presentasi,” terang Defri.

Prospek serta lapangan kerja dari lulusan Sekolah Farmasi ITB juga sangat beragam. Mulai dari industri farmasi hingga pemerintahan. Secara rinci, 39,11 persen lulusan Sekolah Farmasi ITB bekerja di Industri Farmasi, 14,89 persen bekerja di pemerintahan, 10,98 persen bekerja di Rumah Sakit, 14,7 persen bekerja sebagai pharmacist, 2,66 persen bekerja sebagai researcher, 14,47 persen sebagai dosen dan guru, serta 3,19 persen bekerja sebagai pengusaha.

Sekolah Farmasi ITB juga telah menghasilkan banyak pengusaha terkenal yang telah memajukan industri farmasi seperti Rudy Soetikno dari Dexa Medica, Nurhayati Subakat dari Paragon, Jahja Santosa dari Sanbe, dan Andi Wijaya dari Prodia. Terakhir, dijelaskan terkait biaya pendidikan untuk menempuh pendidikan di Program Internasional Sekolah Farmasi ITB.

Biaya pendidikan ini terbagi dua menjadi donation for institutional development yang hanya dibayarkan sekali serta tuition fee yang dibayar setiap setengah tahun sekali. Selain itu, berbagai dokumen persyaratan serta ITB AQ Test wajib dilampirkan untuk mendaftar.

 

Selengkapnya
2 Prodi Farmasi ITB Terakreditasi Internasional, Ini Prospek
« First Previous page 11 of 12 Next Last »