Ekonomi

Strategi Pembiayaan Proyek Ekonomi Sirkular: Studi Klinis dan Implikasi Nyata

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 23 Juli 2025


Ekonomi Sirkular dan Tantangan Pendanaannya

Ekonomi sirkular kini menjadi salah satu pendekatan paling menjanjikan dalam mengatasi krisis lingkungan dan pemborosan sumber daya global. Alih-alih mengikuti pola "ambil–buat–buang", ekonomi sirkular berusaha mengoptimalkan siklus hidup produk, meminimalkan limbah, dan menciptakan nilai berkelanjutan. Meski konsep ini makin diterima secara luas, salah satu tantangan terbesarnya adalah pembiayaan. Bagaimana cara membiayai proyek ekonomi sirkular yang cenderung inovatif, tidak biasa, dan berisiko tinggi di mata investor tradisional?

Makalah berjudul “Financing Circular Economy Projects: A Clinical Study” karya Stefania Migliorelli (2021) menjawab pertanyaan ini dengan pendekatan klinis melalui studi kasus konkret. Artikel ini menjadi referensi penting karena mengombinasikan teori keuangan dengan dinamika riil implementasi ekonomi sirkular di Eropa.

Mengapa Pembiayaan Ekonomi Sirkular Itu Rumit?

Secara umum, proyek ekonomi sirkular memiliki karakteristik yang membuatnya sulit masuk dalam skema pendanaan konvensional. Beberapa hambatan utamanya adalah:

  • Model bisnis yang belum terbukti: Investor cenderung berhati-hati terhadap proyek yang belum memiliki rekam jejak kuat.
  • Return on investment (ROI) yang jangka panjang: Proyek daur ulang atau penggunaan ulang sering kali membutuhkan waktu lebih lama untuk menghasilkan keuntungan.
  • Risiko teknologi dan pasar: Karena proyek sirkular kerap bergantung pada teknologi baru dan perubahan perilaku konsumen, tingkat ketidakpastiannya lebih tinggi.
  • Kurangnya metrik yang distandarkan: Tidak ada indikator universal untuk menilai keberhasilan proyek sirkular secara finansial dan lingkungan.

Makalah ini menggarisbawahi bahwa sistem keuangan saat ini belum sepenuhnya siap mendukung transformasi menuju ekonomi sirkular, meskipun banyak bank, investor, dan lembaga multilateral sudah menunjukkan minat.

Studi Kasus: Proyek Circular Economy di Italia Utara

Sebagai bagian dari studi klinisnya, Migliorelli meneliti secara mendalam sebuah proyek ekonomi sirkular yang dilakukan oleh perusahaan publik lokal (local public utility company) di Italia Utara. Proyek ini difokuskan pada:

  • Pengelolaan limbah berbasis prinsip sirkular
  • Investasi dalam infrastruktur baru untuk pemrosesan dan daur ulang
  • Pemanfaatan kembali limbah organik untuk energi atau pupuk

Pendanaan proyek tersebut bernilai sekitar €85 juta, yang mencakup investasi dalam fasilitas pengolahan limbah, kendaraan pengangkut yang ramah lingkungan, dan teknologi pelacakan pintar. Sumber pendanaannya terdiri dari:

  • Dana sendiri (equity): sekitar 30%
  • Pinjaman bank: 45%
  • Dana publik (UE dan nasional): 25%

Pendekatan ini menjadi contoh nyata bagaimana skema pembiayaan bisa dirancang untuk proyek berisiko tinggi dengan melibatkan berbagai pihak.

Mekanisme Pembiayaan: Kolaborasi Multi-Pihak

Dalam proyek ini, perusahaan lokal bekerja sama dengan bank pembangunan daerah dan lembaga pemerintah nasional serta Uni Eropa. Sinergi ini memungkinkan perusahaan untuk mengurangi beban risiko keuangan secara signifikan.

Bank pembangunan tidak hanya menyediakan modal, tetapi juga berperan aktif dalam:

  • Evaluasi kelayakan teknis proyek
  • Penyusunan laporan dampak lingkungan
  • Penjaminan sebagian pinjaman

Sementara dana publik, baik dari program nasional maupun EU Cohesion Funds, digunakan untuk:

  • Menutupi biaya investasi awal
  • Memberikan insentif untuk inovasi teknologi
  • Mendukung pelatihan tenaga kerja lokal

Struktur pembiayaan ini menjadi model hibrida antara mekanisme pasar dan dukungan publik, yang dinilai efektif dalam mendanai proyek transformatif.

Faktor Kunci Keberhasilan Pembiayaan

Dari analisis klinis ini, ada beberapa pelajaran penting yang dapat diambil oleh pelaku industri dan pembuat kebijakan:

  1. Adanya peran fasilitator keuangan (financial enabler): Dalam hal ini, bank pembangunan daerah bertindak sebagai katalis yang mempertemukan pelaku proyek dengan sumber dana.
  2. Kepemimpinan lokal yang kuat: Proyek ini dipimpin oleh entitas publik lokal yang memiliki kapasitas teknis dan legitimasi sosial.
  3. Model bisnis yang adaptif: Perusahaan menerapkan prinsip fleksibilitas dalam model bisnisnya, termasuk diversifikasi layanan dan pendekatan berbasis nilai tambah lingkungan.
  4. Keterbukaan terhadap inovasi: Proyek ini menggabungkan teknologi digital untuk pelacakan limbah dan pemantauan dampak, yang meningkatkan transparansi dan efisiensi.
  5. Adanya dukungan kebijakan nasional dan regional: Proyek ini tidak berdiri sendiri, tetapi bagian dari kerangka strategi sirkular ekonomi nasional Italia dan agenda hijau Uni Eropa.

Perbandingan dengan Proyek Serupa di Negara Lain

Studi Migliorelli menarik untuk dibandingkan dengan upaya pembiayaan proyek sirkular di negara-negara seperti Belanda atau Jerman. Di Belanda, banyak proyek sirkular didanai melalui kemitraan publik-swasta dengan keterlibatan lembaga keuangan berkelanjutan. Sedangkan di Jerman, model yang banyak digunakan adalah insentif pajak dan skema leasing berbasis performa.

Namun yang membedakan studi kasus Italia adalah pendekatan klinis dan lokal—di mana pemerintah daerah memimpin langsung proses transformasi dan tidak bergantung pada investor korporat besar. Ini bisa menjadi model yang relevan untuk diterapkan di negara berkembang, termasuk Indonesia, di mana peran pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah dan infrastruktur dasar sangat vital.

Tantangan Umum yang Perlu Diantisipasi

Meski studi ini menunjukkan keberhasilan relatif, masih ada beberapa tantangan yang tidak bisa diabaikan:

  • Kompleksitas koordinasi antar pemangku kepentingan: Butuh waktu dan energi untuk menyatukan visi dan ekspektasi antara sektor publik, bank, dan masyarakat.
  • Kebutuhan akan data lingkungan yang kuat: Banyak lembaga keuangan masih kesulitan mengukur risiko lingkungan secara kuantitatif.
  • Keterbatasan kapasitas teknis di tingkat lokal: Tidak semua pemerintah daerah memiliki SDM atau pengalaman untuk mengelola proyek sirkular berskala besar.

Implikasi bagi Indonesia: Bisa atau Tidak?

Dalam konteks Indonesia, pendekatan studi klinis Migliorelli sangat relevan. Banyak proyek pengelolaan limbah dan energi terbarukan di daerah yang tidak kunjung terlaksana karena masalah pembiayaan. Studi ini memberikan peta jalan tentang bagaimana pemerintah daerah, BUMD, dan lembaga keuangan bisa bersinergi:

  • Bank pembangunan daerah atau BUMN dapat mengambil peran seperti bank pembangunan di Italia Utara.
  • Dana transfer daerah atau green bond dapat digunakan untuk mendanai investasi awal proyek sirkular.
  • Kolaborasi dengan universitas dan startup bisa mendukung komponen inovasi dan teknologi digital.

Namun tentu saja, diperlukan dukungan kebijakan yang konsisten, termasuk insentif fiskal, pelatihan SDM, dan penyederhanaan prosedur birokrasi.

Kesimpulan: Menuju Ekonomi Sirkular yang Dibiayai dengan Cerdas

Studi Financing Circular Economy Projects: A Clinical Study memberikan gambaran nyata bagaimana proyek ekonomi sirkular dapat berhasil dibiayai jika ada kolaborasi strategis, kepemimpinan lokal yang kuat, dan model keuangan yang fleksibel. Studi kasus Italia Utara menunjukkan bahwa transisi menuju ekonomi hijau bukanlah mimpi, tetapi proyek yang bisa diwujudkan dengan pendekatan yang tepat.

Pelajaran penting dari studi ini adalah bahwa pembiayaan proyek sirkular membutuhkan pemahaman lintas sektor, penguatan kapasitas lokal, dan integrasi antara insentif ekonomi dan nilai lingkungan. Ke depan, tantangan terbesar bukanlah hanya soal uang, tetapi soal desain kelembagaan dan kemauan kolektif untuk berubah.

Sumber:

Migliorelli, Stefania. (2021). Financing Circular Economy Projects: A Clinical Study. ERBE (Environmental and Resource Economics Books and Essays), Issue 02104.

 

Selengkapnya
Strategi Pembiayaan Proyek Ekonomi Sirkular: Studi Klinis dan Implikasi Nyata

Ekonomi

Evaluasi Probabilistik dalam Keandalan Sistem Tenaga Listrik: Tinjauan Kritis

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 15 Mei 2025


Pendahuluan

Dalam dunia yang semakin tergantung pada listrik, pertanyaan besar yang muncul bukan lagi apakah listrik tersedia, tetapi seberapa andal sistem yang menyediakannya. Paper klasik oleh Ron Allan dan Roy Billinton berjudul “Probabilistic Assessment of Power Systems” (Proceedings of the IEEE, 2000) memberikan landasan kuat bagi pergeseran paradigma dari pendekatan deterministik menuju pendekatan probabilistik dalam evaluasi keandalan sistem tenaga listrik.

Makalah ini bukan hanya kajian teknis, tetapi juga refleksi filosofis terhadap perubahan fundamental dalam industri tenaga listrik—mulai dari unbundling, privatisasi, hingga masuknya kekuatan pasar sebagai faktor utama perencanaan.

Mengapa Penilaian Probabilistik?

Pendekatan deterministik telah lama digunakan dalam sistem tenaga listrik: misalnya, memastikan sistem mampu bertahan terhadap gangguan komponen tunggal (N-1 criterion). Namun pendekatan ini bersifat biner—gagal atau tidak gagal—dan sering kali mengabaikan kompleksitas nyata sistem, seperti:

  • Ketidakpastian cuaca
  • Fluktuasi permintaan harian dan musiman
  • Dinamika pasar listrik
  • Kegagalan bertingkat (cascading failures)

Pendekatan probabilistik, di sisi lain, mengakui bahwa sistem tenaga adalah sistem stokastik. Dalam pendekatan ini, reliabilitas dinilai sebagai kemungkinan (probabilitas) sistem gagal memenuhi permintaan, atau besarnya expected energy not supplied (EENS).

Perubahan Struktur Industri Energi

Dulu, sistem tenaga listrik bersifat terpusat dan nasional—dikelola oleh satu entitas. Kini, setelah restrukturisasi besar-besaran, muncul banyak aktor:

  • Produsen energi besar dan kecil
  • Operator jaringan
  • Penyedia energi
  • Regulator
  • Konsumen (yang kini bisa juga menjadi prosumer)

Perubahan ini menuntut metrik keandalan yang berbeda-beda, tergantung kebutuhan masing-masing pihak. Misalnya:

  • Konsumen butuh keandalan pasokan
  • Regulator butuh bukti performa sistem
  • Produsen dan operator butuh data untuk justifikasi investasi

Antara Biaya dan Manfaat: Reliability Worth

Salah satu kontribusi utama Allan & Billinton adalah menjelaskan konsep reliability worth—berapa nilai uang yang bersedia dibayar oleh konsumen untuk keandalan.

Studi Kasus: U.K. & Kanada

  • Di Inggris (1997/1998), perusahaan listrik membayar lebih dari £3 juta sebagai kompensasi akibat gangguan pasokan, berdasarkan Guaranteed Standards of Service.
  • Di Kanada, survei besar dilakukan untuk menghitung biaya gangguan listrik per sektor pelanggan. Hasilnya: pelanggan industri cenderung menilai gangguan jauh lebih mahal dibanding pelanggan rumah tangga.

Nilai Tambah

Penilaian ini membantu menentukan VoLL (Value of Lost Load), misalnya £2.599/kWh di Inggris tahun 1998. Angka ini digunakan untuk:

  • Mengkaji biaya-manfaat penambahan infrastruktur
  • Menentukan pool price (harga pasar tenaga listrik)
  • Membatasi harga maksimum listrik (seperti di Australia)

Indeks Probabilistik: Lebih dari Sekadar Angka

Penilaian keandalan sistem dilakukan dalam tiga level hierarki (HLI – HLIII):

HLI – Generation Only

  • LOLP (Loss of Load Probability): Kemungkinan beban melampaui kapasitas.
  • LOLE (Loss of Load Expectation): Hari/jam rata-rata beban melampaui kapasitas.
  • LOEE (Loss of Energy Expectation): Energi yang tidak disuplai karena keterbatasan kapasitas.

HLII – Generation + Transmission

  • Menggabungkan keandalan pembangkitan dan transmisi.
  • Menggunakan indeks seperti System Minutes (SM) dan Energy Index of Reliability (EIR).
  • Simulasi Monte Carlo sering digunakan, karena sistemnya kompleks dan waktu-berurutan.

HLIII – Termasuk Distribusi

  • Biasanya 80–95% gangguan listrik berasal dari sistem distribusi.
  • Indeks: SAIFI, SAIDI, dan AENS (Average Energy Not Supplied).

Studi Kasus: RBTS 5-Bus System

Allan & Billinton memberikan studi konkret menggunakan sistem sederhana 5-bus. Mereka menunjukkan bahwa:

  • Menambah satu jalur transmisi (misal line 7 dan 8) dapat mengurangi frekuensi gangguan pada bus tertentu secara signifikan.
  • Namun secara sistemik, efeknya kecil—menunjukkan pentingnya load point indexes dibanding sekadar system indexes.

Insight penting: Perubahan kecil dalam infrastruktur bisa berdampak besar secara lokal, tapi tidak selalu terlihat dalam metrik global.

Teknologi Embedded Generation & Tantangannya

Masuknya energi terdistribusi (misal: tenaga surya, angin, biomass) mengubah cara penilaian keandalan:

  • Fluktuatif dan tidak bisa dijadwalkan
  • Output tergantung pada faktor alam (angin, matahari)
  • Berada dekat dengan pelanggan → berisiko saat terjadi gangguan

Simulasi menjadi penting:

Simulasi sekuensial memungkinkan evaluasi realistis terhadap variabel cuaca dan output energi.

Nilai Tambah & Kritik

Kritik

  • Penilaian keandalan umumnya masih fokus pada adequacy (cukup atau tidaknya kapasitas), bukan security (kemampuan sistem merespon gangguan).
  • Belum banyak model yang menggabungkan antara kriteria deterministik dan probabilistik dalam satu kerangka (well-being analysis menjadi solusi awal).

Perbandingan dengan Literatur Lain

  • Penelitian lanjutan oleh Singh et al. (IEEE Transactions, 2010) mulai mengintegrasikan renewable uncertainty dalam penilaian keandalan.
  • Makalah ini tetap menjadi pondasi, tetapi perlu dikembangkan dengan data real-time dan integrasi energi hijau.

Tren Masa Depan

  • Reliabilitas berbasis AI & IoT: Prediksi gangguan berbasis machine learning dan sensor distribusi.
  • Dynamic Pricing: Menghubungkan nilai VoLL langsung ke tarif listrik untuk mendorong efisiensi.
  • Decentralized Energy Markets: Sistem mikrogrid mendorong perlunya evaluasi bottom-up reliability.

Kesimpulan

Paper Allan & Billinton adalah referensi fundamental dalam evolusi pemahaman keandalan sistem tenaga listrik. Dengan mengedepankan pendekatan probabilistik, mereka mengajak industri untuk berpikir lebih realistis, fleksibel, dan berorientasi ekonomi dalam perencanaan dan pengoperasian sistem tenaga.

Ke depannya, tantangan bukan hanya menghitung kemungkinan gangguan, tetapi bagaimana menyelaraskan teknologi baru, kebutuhan pasar, dan harapan pelanggan dalam kerangka sistem yang kompleks dan berubah cepat.

Sumber:

Allan, R., & Billinton, R. (2000). Probabilistic Assessment of Power Systems. Proceedings of the IEEE, Vol. 88, No. 2.
DOI: 10.1109/5.823995

Selengkapnya
Evaluasi Probabilistik dalam Keandalan Sistem Tenaga Listrik: Tinjauan Kritis

Ekonomi

Marketplace NFT OpenSea PHK 20% Pegawai, Inilah Imbas Badai Kripto

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 18 Februari 2025


OpenSea sebagai marketplace non-fungible token (NFT) terbesar di dunia mengurangi sekitar 20% pegawainya. Aksi ini akan menambah daftar serangkaian pemutusan hubungan kerja (PHK) yang melanda industri kripto disebabkan harga aset digital yang semakin merosot, dilansir dari Bisnis.com, JAKARTA.

CEO OpenSea Devin Finzer mengumumkan bahwa PHK pada sebuah cuitan di Twitter hari Kamis (14/7/2022) dan memperingatkan penurunan yang berkelanjutan di tengah jatuhnya harga kripto serta ketidakstabilan ekonomi yang lebih luas, dikutip dari Bloomberg, Jumat(15/7/2022).

Menurut LinkedIn, OpenSea mempunyai 769 pegawai. PHK ini akan menghilangkan lebih dari 150 pekerjaan.

OpenSea bergabung dengan perusahaan kripto lain yang mengumumkan PHK besar-besaran, termasuk  Gemini Trust, Coinbase Global, Crypto.com dan BlockFi.

PHK adalah suatu pukulan besar untuk OpenSea, yang nilainya lebih dari US$13,3 milyar pada Januari 2022 selama puncak ledakan modal ventura di industri kripto.

Didasarkan dari pelacak data blockchain DappRadar, OpenSea merupakan pasar NFT paling atas dilihat dari volume perdagangan, sudah menjalankan penjualan lebih dari US$31 milyar sepanjang waktu berdirinya.

Namun permintaan untuk NFT sudah menurun tajam selama pelemahan pasar kripto terbaru. OpenSea mengalami penurunan penjualan sampai setengahnya selama sebulan terakhir, dengan harga rata-rata NFT di pasarnya turun hampir 40 persen.

Terlebih lagi koleksi NFT blue-chip, mencakup Bored Ape Yacht Club dan CryptoPunks, sudah merasakan dinginnya apa yang disebut crypto winter.  

Menurut Finzer, OpenSea memiliki rencana untuk memberikan pesangon dan cakupan perawatan kesehatan sampai tahun 2023 dan mempercepat pembagian saham perusahaan untuk pegawai yang diberhentikan.

 

Disadur dari sumber market.bisnis.com

Selengkapnya
Marketplace NFT OpenSea PHK 20% Pegawai, Inilah Imbas Badai Kripto

Ekonomi

BI Segera Terbitkan Rupiah Digital, Simak Konsep dan Tahapannya!

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 18 Februari 2025


BI mengatakan, rupiah digital akan diterbitkan secara wholesale alias grosir, yang distribusinya dilaksanakan melalui lembaga jasa keuangan seperti perbankan.

Bank Indonesia (BI) tengah mengembangkan mata uang digital bank sentral (CBDC) yang disebut rupiah digital. Penerbitan rupiah digital nantinya akan dilaksanakan secara wholesale atau grosir, yang distribusinya dilaksanakan melalui lembaga jasa keuangan seperti perbankan.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan, ada 3 aspek yang dipersiapkan dalam penerbitan CBDC ini. Pertama, konseptual desain dari rupiah digital. Tahap ini disebut sedang dalam finalisasi.  Dalam aspek pertama ini, rupiah digital akan diterbitkan sebagai satu-satunya mata uang digital yang sah sebagai alat pembayaran dan didistribusikan secara wholesale.

Perry menjelaskan, penerbitan CDBC secara wholesale, maksudnya distribusinya dilaksanakan melalui pelaku jasa keuangan, layaknya perbankan atau jasa pembayaran lainnya.

"Layaknya perbankan yang sekarang, masing-masing bank memiliki rekening di BI lalu dengan rekening tersebut bila bank membutuhkan uang kertas rupiah mereka pergi ke BI untuk mengambilnya, apabila lebih disetorkan kembali, rupiah digitalpun seperti itu," ungkap Perry saat konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) Juli, Kamis(21/7).

Lembaga jasa keuangan besar ini nanti diberikan perizinan untuk menggunakannya sebagai alat pembayaran dalam beraneka transaksi ritel. Dari para wholesaler ini, CBDC lalu akan didistribusikan melalui bank atau perusahaan jasa pembayaran yang lebih kecil guna menunjang transaksi ritel.

BI-pun akan membentuk khazanah atau penyimpanan  rupiah digital sebagaimana yang telah ada untuk uang konvensional. Perbedaannya, menurut Perry,  khazanahnya akan berbentuk digital yang dilengkapi dengan fitur keamanan.

Kedua, integrasi CBDC dengan infrastruktur sistem pembayaran dan pasar keuangan. Nantinya, rupiah digital ini akan disambungkan dengan infrastruktur pembayaran lain seperti BI-Fast, RTGS, GPN dan sebagainya.

Ketiga, pilihan teknologi. Perry tak menyebutkan jenis teknologi apa yang nanti akan diadopsi BI untuk rupiah digital. Terdapat beberapa pilihan, termasuk teknologi blockchain.

"Di dalam Bank for International Settlement (BIS) saat ini sedang dikembangkan beberapa pilihan teknologi yang dapat dipilih, termasuk yang sedang dikembangkan sejumlah bank sentral dunia lainnya," ungkap Perry.

BI dalam keterangannya sebelumnya mengatakan akan menerbitkan white paper CBDC ini di akhir tahun. Sesudah itu, BI akan menerbitkan consultated paper pada awal tahun depan. BI belum memberikan jadwal pasti kapan rupiah digital ini akan uji coba dan resmi diluncurkan.


Disadur dari sumber katadata.co.id

Selengkapnya
BI Segera Terbitkan Rupiah Digital, Simak Konsep dan Tahapannya!

Ekonomi

Ikuti Jejak AC Milan dan Barcelona, Kini Persib Luncurkan Fan Token Kripto

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 18 Februari 2025


Persib, salah satu klub sepakbola profesional di Indonesia akhirnya masuk lebih dalam ke industri aset kripto. Menjadi klub sepakbola pertama di Indonesia, Persib meluncurkan Fan Token aset kripto mengikuti jejak AC Milan hingga Barcelona, dilansir dari investor.id, JAKARTA.

Klub bola asal Bandung yang mempunyai basis komunitas digital paling besar di Asia ini, menjalin kemitraan strategis dengan platform fans engagement yang berbasis teknologi blockchain, socios.com. Kemitraan ini Persib akan meluncurkan Fan Token ke seluruh pendukungnya atau lebih dikenal dengan Bobotoh yang tersebar di seluruh Indonesia bahkan di dunia.

Teddy Tjahjono selaku Direktur PT. PERSIB Bandung Bermartabat, mengungkapkan bahwa Persib merupakan klub sepakbola profesional yang sangat terbuka dan tentunya sangat mendukung berbagai inovasi dan teknologi terbaru. Bersama Socios.com, bisa menawarkan peluang baru untuk semua basis pendukung Persib, Bobotoh di Indonesia ataupun di seluruh dunia untuk terlibat lebih dalam dan lebih dekat.

“Persib Fan Token akan jadi suatu media dan instrumen yang efektif untuk kita, dikarenakan bisa menjangkau banyak basis pendukung digital global kita yang angkanya lebih dari dua puluh juta, menjadi lebih dekat dengan klub kebanggaannya,” ungkap Teddy.

Persib bergabung dengan bermacam-macam organisasi olahraga global yang telah bergabung di dalam platform Socios.com, yakni Manchester City, FC Barcelona, AC Milan, dan sebagainya.

Fan Token kripto seperti yang akan diluncurkan Persib, nantinya akan memiliki berbagai keuntungan bagi para pemegang. Socios.com menyampaikan bahwa memungkinkan para pemegang Fan Token Persib dapat terlibat dalam mempengaruhi keputusan klub yang diambil dari suara pendukung mengenai bermacam-macam hal, mulai dari desain jersey, pemilihan nomor punggung dan lagu ketika klub merayakan kemenangan.

Socios.com akan memberikan pula gambaran lebih banyak rewards kepada para pendukung klub kesayangannya, dengan jumlah 17.000 pendukung akan memperoleh akses menonton langsung dan menikmati pengalaman unik di pertandingan selama tahun 2022 ini.

“Kita senang memasuki market yang baru, di mana ada hasrat besar bagi sepakbola tingkat domestik serta cinta bagi permainan yang global. Sambutan yang sangat hangat dari kita untuk Persib. Kita berharap bisa ciptakan pengalaman luar biasa dan peluang baru untuk seluruh Bobotoh agar lebih dekat dengan klub kebanggaannya,” ungkap CEO Chiliz & Socios.com, Alexandre Dreyfus.

Pemegang Fan Token juga memiliki peluang menerima berbagai hadiah dalam bentuk digital rewards yang unik, termasuk digital asset, dan merchandise, jersey yang dikenakan oleh pemain ketika bertanding, selama memenuhi syarat untuk bisa mengakses diskon eksklusif yang ditawarkan sponsor klub, dan penawaran serta insentif khusus lainnya dari berbagai mitra kerja sama.

Socios.com pula akan meningkatkan gamification dalam aplikasi serta meluncurkan bermacam-macam mobile game dengan tema olahraga khusus untuk para pemegang Fan Token.

Sebelumnya, Persib diketahui sudah memasuki ranah blockchain dan NFT dengan menjalin kemitraan dengan Liberty Gaming Guild (LGG). LGG adalah platform Play to Earn (P2E) atau GameFi (game berbasis blockchain + Non-Fungible Token/NFT) yang diintegrasikan ke dalam sistem game.


Disadur dari sumber investor.id

Selengkapnya
Ikuti Jejak AC Milan dan Barcelona, Kini Persib Luncurkan Fan Token Kripto

Ekonomi

BI: Rupiah Digital Bisa Jadi Opsi Bertransaksi di Metaverse

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 18 Februari 2025


Bank Indonesia (BI) menyampaikan bahwa kajian mata uang digital bank sentral atau Central Bank Digital Currency (CBDC) sengaja dilaksanakan agar masyarakat mempunyai opsi lain selain kripto untuk membeli aset virtual di metaverse, dilansir dari CNN Indonesia, Nusa Dua.

"Akhir-akhir ini berkembang metaverse, beli metaverse menggunakan apa, bisa tidak menggunakan uang yang dipunya saat ini, tidak bisa. Untuk membeli harus menggunakan kripto," ujar Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran (DKSP) Ryan Rizaldy di Bali, Selasa(12/7).

Dia menjelaskan bahwa perkembangan digital tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, BI harus mengantisipasi dengan menciptakan mata uang yang dapat dipergunakan untuk membeli metaverse.

"Kalau memang tidak bisa dihindari di masa depan, itu sesuatu yang menjadi keniscayaan. Pertanyaannya adalah bertransaksi memakai apa, kita pikirkan CBDC dapat menjadi solusi," ungkap Ryan.

Walapun seperti itu, dia belum dapat menjelaskan lebih lanjut tentang skema CBDC. Namun yang pasti, BI akan merilis buku panduan (white paper) sebelum akhir 2022.

"Untuk desain? Masih kita explore," ungkapnya.

Sementara, dia menjelaskan bahwa terdapat 100 bank sentral yang melaksanakan kajian tentang CBDC. Bank sentral itu berlokasi di negara maju dan negara berkembang, mencakup Indonesia.

"Tahapan panjang kita akan memulai dengan eksperimentasi, kita akan diskusi dengan semua stakeholder BI dan kita akan diskusi dengan terbuka," ungkap Ryan.

Sebelumnya, Deputi Gubernur BI Doni P Joewono menyampaikan bahwa buku panduan CBDC akan berisi beberapa hal, seperti desain atau konsep digital rupiah.

"Berbagai bank sentral berhati-hati dan terus mempelajari kemungkinan dampak dari CBDC itu, termasuk Indonesia. BI terus mendalami CBDC dan akhir tahun ini berada di tahap untuk mengeluarkan white paper pengembangan digital rupiah," ungkap Doni.

Dia menjelaskan bahwa ada 6 tujuan dalam menerbitkan rupiah digital. Pertama, menyediakan alat pembayaran digital yang bebas risiko. Kedua, memitigasi risiko non sovereign digital currency. Ketiga, memperluas efisiensi serta tahapan sistem pembayaran termasuk cross border. Keempat, memperluas dan mempercepat inklusi keuangan. Kelima, menyediakan instrumen kebijakan moneter baru. Keenam, memfasilitasi distribusi subsidi fiskal.


Disadur dari sumber cnnindonesia.com

Selengkapnya
BI: Rupiah Digital Bisa Jadi Opsi Bertransaksi di Metaverse
page 1 of 2 Next Last »