Digital

Resensi Konseptual dan Reflektif Towards a Model of Sustainable Consumer Behavior in the Digital Era

Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 20 Agustus 2025


Pendahuluan: Konsumsi Berkelanjutan di Era Digital

Artikel ini membahas perilaku konsumen berkelanjutan dalam konteks era digital yang ditandai oleh percepatan teknologi, globalisasi, dan perubahan pola interaksi sosial. Penulis berangkat dari pertanyaan fundamental: bagaimana konsumen dapat mengintegrasikan prinsip keberlanjutan dalam pola konsumsi mereka ketika teknologi digital mengubah cara membeli, menggunakan, dan membuang produk?

Kontribusi utama paper ini ialah menyusun model konseptual perilaku konsumen berkelanjutan dengan memasukkan faktor digitalisasi sebagai variabel penting. Penulis tidak hanya mendeskripsikan fenomena, tetapi juga berupaya mengembangkan kerangka teoritis yang dapat menjelaskan kompleksitas hubungan antara konsumen, pasar, teknologi, dan nilai keberlanjutan.

Resensi ini akan menguraikan:

  • Kontribusi ilmiah model yang diajukan.

  • Kerangka teori yang melandasi argumen.

  • Narasi argumentatif yang disusun penulis.

  • Data dan angka yang ditampilkan.

  • Refleksi teoretis atas temuan.

  • Kritik metodologis terhadap pendekatan.

  • Implikasi ilmiah dari model yang diajukan.

Kontribusi Ilmiah: Model Baru untuk Konsumsi Berkelanjutan

Penulis menekankan bahwa perilaku konsumen dalam era digital tidak bisa lagi dipahami hanya melalui lensa tradisional seperti faktor psikologis individu atau norma sosial. Digitalisasi membawa elemen baru seperti:

  • E-commerce: memperluas akses konsumen ke produk global.

  • Media sosial: memengaruhi keputusan melalui opini kolektif.

  • Teknologi mobile: menciptakan keterhubungan konstan dengan pasar.

  • Big data & algoritma: mengarahkan perilaku konsumsi secara tidak sadar.

Kontribusi ilmiah artikel ini adalah membangun model konseptual multi-level yang menempatkan digitalisasi sebagai variabel kunci, berdampingan dengan faktor keberlanjutan klasik: nilai personal, norma sosial, motivasi lingkungan, serta regulasi.

Kerangka Teoretis: Menyatukan Ekonomi, Psikologi, dan Digitalisasi

Penulis menggabungkan teori dari berbagai bidang:

  1. Teori perilaku konsumen – menjelaskan proses pengambilan keputusan dari kebutuhan, pencarian informasi, pembelian, hingga pembuangan produk.

  2. Teori perilaku berkelanjutan – menggarisbawahi pentingnya kesadaran lingkungan, norma sosial, dan rasa tanggung jawab pribadi.

  3. Teori digitalisasi – menjelaskan bagaimana teknologi digital membentuk pola konsumsi baru, dari platform belanja hingga sharing economy.

Interpretasi Konseptual

Kerangka ini menciptakan pemahaman baru bahwa perilaku berkelanjutan adalah hasil interaksi kompleks antara kesadaran pribadi dan pengaruh eksternal digital. Dengan kata lain, keberlanjutan tidak lagi hanya masalah moral atau etika individu, tetapi juga konstruksi sosial yang dimediasi oleh teknologi.

Narasi Argumentatif Penulis

Tantangan Utama

Penulis mengawali dengan mengidentifikasi paradoks: konsumen semakin sadar pentingnya keberlanjutan, tetapi pola konsumsi global masih dominan pada overconsumption dan planned obsolescence. Digitalisasi mempercepat tren ini sekaligus menawarkan peluang baru untuk perubahan positif.

Alur Argumentasi

  1. Masalah global: degradasi lingkungan akibat pola konsumsi berlebih.

  2. Peran konsumen: keputusan individu memengaruhi rantai pasok global.

  3. Era digital: membawa risiko (overconsumption lebih mudah) sekaligus peluang (akses informasi keberlanjutan lebih cepat).

  4. Model konseptual: ditawarkan sebagai solusi untuk memahami dinamika ini.

Data dan Angka: Dasar Empiris

Meskipun artikel ini lebih bersifat konseptual, beberapa data disajikan sebagai penguat:

  • Pertumbuhan e-commerce global mencapai ratusan miliar dolar, yang berdampak langsung pada pola konsumsi dan distribusi barang.

  • Survei konsumen menunjukkan meningkatnya perhatian terhadap isu lingkungan, meskipun tidak selalu tercermin dalam perilaku nyata (attitude–behavior gap).

  • Penggunaan platform digital seperti media sosial berperan signifikan dalam membentuk opini dan perilaku kolektif.

Refleksi Teoretis

Angka-angka ini menegaskan adanya diskrepansi antara kesadaran dan tindakan. Konsumen mungkin peduli pada isu lingkungan, namun digitalisasi dengan segala kemudahan justru sering menggiring pada konsumsi impulsif. Hal ini memperkuat argumen bahwa model perilaku konsumen berkelanjutan harus memperhitungkan pengaruh eksternal digital secara lebih serius.

Kritik terhadap Metodologi dan Logika

  1. Dominasi pendekatan konseptual
    Artikel ini bersifat teoritis dan kurang menyajikan data empiris mendalam. Hal ini membuat model masih bersifat hipotesis dan perlu diuji lebih lanjut.

  2. Kurangnya penekanan pada konteks budaya
    Digitalisasi memang global, tetapi pola konsumsi tetap dipengaruhi budaya lokal. Model belum sepenuhnya menangkap perbedaan kontekstual antarwilayah.

  3. Resiko generalisasi
    Penulis cenderung menyamaratakan konsumen digital, padahal terdapat perbedaan signifikan antara kelompok umur, kelas sosial, maupun tingkat literasi digital.

  4. Logika argumentasi
    Alur penjelasan kuat, namun pada beberapa bagian terjadi pengulangan ide, khususnya tentang paradoks antara digitalisasi dan keberlanjutan.

Poin-Poin Utama yang Digarisbawahi

  • Era digital mengubah perilaku konsumsi melalui platform e-commerce, media sosial, dan algoritma.

  • Keberlanjutan konsumen tidak bisa dipisahkan dari faktor eksternal digital.

  • Paradoks sikap dan perilaku: konsumen sadar isu lingkungan, tetapi tindakan sering berlawanan.

  • Model konseptual yang diajukan memperlihatkan keterkaitan antara nilai pribadi, norma sosial, regulasi, dan digitalisasi.

  • Implikasi kebijakan: regulasi dan edukasi digital menjadi kunci dalam mengarahkan perilaku konsumsi berkelanjutan.

Refleksi Konseptual

Dari perspektif konseptual, artikel ini penting karena memperluas definisi sustainable consumer behavior dengan menambahkan dimensi digital. Ini menegaskan bahwa:

  • Perilaku konsumen adalah produk interaksi kompleks, bukan keputusan rasional murni.

  • Era digital memperlihatkan bahwa pilihan konsumen sangat dipengaruhi struktur eksternal yang tak selalu disadari, seperti rekomendasi algoritmik.

  • Keberlanjutan perlu dilihat sebagai praktik sosial digital, di mana media sosial dan platform daring membentuk norma baru.

Implikasi Ilmiah

  1. Untuk teori
    Artikel ini memperluas cakupan teori perilaku konsumen dengan memasukkan dimensi digital, menjadikannya lebih relevan untuk konteks kontemporer.

  2. Untuk praktik
    Model ini bisa menjadi pedoman bagi pemerintah, perusahaan, dan organisasi masyarakat sipil dalam merancang intervensi yang mendorong perilaku konsumsi berkelanjutan.

  3. Untuk penelitian lanjutan
    Membuka peluang studi empiris lintas negara guna menguji validitas model dan mengidentifikasi variasi budaya.

Kesimpulan

Artikel “Towards a Model of Sustainable Consumer Behavior in the Digital Era” memberikan kontribusi konseptual penting dalam memahami hubungan antara konsumsi, keberlanjutan, dan digitalisasi. Dengan mengusulkan model konseptual yang mengintegrasikan nilai personal, norma sosial, regulasi, dan pengaruh digital, penulis berhasil menawarkan cara baru untuk membaca fenomena konsumsi berkelanjutan.

Meski masih bersifat teoretis, artikel ini membuka jalan bagi riset empiris yang lebih mendalam. Potensi terbesarnya adalah sebagai kerangka awal bagi pembentukan kebijakan publik, strategi perusahaan, dan edukasi konsumen untuk mendorong perilaku konsumsi yang lebih berkelanjutan di tengah arus digitalisasi global.

Selengkapnya
Resensi Konseptual dan Reflektif  Towards a Model of Sustainable Consumer Behavior in the Digital Era

Digital

Penguatan Literasi Digital melalui Kolaborasi Komunitas dalam Pembelajaran

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 15 Mei 2025


Pendahuluan

Di tengah transformasi global menuju sistem energi yang lebih cerdas dan berkelanjutan, kebutuhan akan evaluasi keandalan sistem tenaga listrik menjadi semakin mendesak. Paper yang disusun oleh Feliks K. Santosa dalam CLC 2018 Conference Proceedings menyoroti urgensi penerapan pendekatan probabilistik dalam menilai performa sistem kelistrikan di Indonesia, khususnya dalam menghadapi tantangan perubahan iklim, penetrasi energi terbarukan, dan pertumbuhan konsumsi listrik.

Dari Deterministik ke Probabilistik: Paradigma Baru dalam Evaluasi Keandalan

Tradisi lama dalam perencanaan sistem tenaga listrik di Indonesia masih banyak mengandalkan metode deterministik. Namun, pendekatan ini kerap gagal menangkap variabilitas permintaan dan suplai yang kian dinamis, terutama dengan masuknya pembangkit listrik berbasis cuaca seperti PLTS dan PLTB. Feliks mendorong pergeseran ke arah pendekatan probabilistik, yang lebih mampu menangani ketidakpastian dan memberikan indikator yang lebih realistis terhadap resiliensi sistem.

Kerangka Umum Evaluasi Probabilistik

Penilaian probabilistik dilakukan dengan mempertimbangkan kemungkinan kegagalan komponen, beban puncak, fluktuasi suplai, serta reliabilitas jaringan transmisi dan distribusi. Model yang digunakan mengintegrasikan:

  • LOLP (Loss of Load Probability): peluang kegagalan pasokan
  • LOLE (Loss of Load Expectation): ekspektasi jumlah jam gangguan
  • EENS (Expected Energy Not Supplied): estimasi total energi yang tidak terpasok

Pendekatan ini memberikan dasar kuat untuk pengambilan keputusan, baik dalam penambahan kapasitas pembangkitan, penguatan jaringan, maupun perencanaan darurat.

Studi Kasus: Sistem Tenaga Jawa-Bali

Salah satu kontribusi penting paper ini adalah penyajian studi kasus pada sistem Jawa-Bali, pusat beban terbesar di Indonesia. Dengan basis data historis serta asumsi realistis terkait pola beban dan performa pembangkit, dilakukan simulasi Monte Carlo untuk memproyeksikan potensi gangguan di berbagai skenario.

Hasil Kunci:

  • LOLP sistem Jawa-Bali pada skenario permintaan tinggi bisa mencapai 0,45%, yang berarti dalam satu tahun terdapat kemungkinan kehilangan beban selama sekitar 40 jam.
  • EENS diperkirakan sebesar 110 GWh per tahun, terutama berasal dari keterbatasan jaringan dan konsentrasi beban di wilayah Jabodetabek.

Integrasi Energi Terbarukan: Peluang dan Risiko

Feliks juga membahas dampak intermitensi energi terbarukan terhadap keandalan sistem. Simulasi menunjukkan bahwa:

  • Penambahan PLTS skala besar tanpa sistem penyimpanan dapat meningkatkan LOLP hingga 0,65%.
  • Namun, jika dikombinasikan dengan baterai skala grid (BESS), LOLP bisa ditekan kembali menjadi 0,35%.

Hal ini menekankan pentingnya investasi bukan hanya di sisi pembangkitan, tetapi juga teknologi pendukung seperti storage dan smart grid.

Selain itu, paper ini menyinggung bahwa integrasi sumber energi terbarukan membutuhkan fleksibilitas operasional dari pembangkit berbahan bakar fosil sebagai pendukung (backup), terutama dalam mengantisipasi beban puncak saat energi terbarukan tidak tersedia maksimal. Oleh karena itu, optimalisasi unit pembangkit cadangan (peaking units) menjadi bagian dari strategi sistemik yang perlu diperhatikan.

Manfaat Ekonomi dari Pendekatan Probabilistik

Salah satu nilai tambah terbesar dari studi ini adalah pendekatan value-based reliability. Dengan menghitung Value of Lost Load (VoLL), keputusan investasi menjadi lebih rasional. Estimasi VoLL untuk pelanggan industri di Jawa-Bali mencapai Rp 45.000/kWh, menunjukkan betapa mahalnya biaya gangguan, dan menguatkan argumen untuk memperkuat keandalan.

VoLL ini juga memungkinkan penyusunan skenario investasi yang lebih tepat sasaran. Misalnya, bila biaya peningkatan kapasitas sebesar Rp 2.000/kWh dapat menurunkan EENS sebesar 5 GWh, maka total penghematan dapat mencapai ratusan miliar rupiah dari segi kerugian yang dihindari. Ini memberikan justifikasi kuat bagi regulator dan investor untuk melakukan intervensi.

Tantangan Implementasi di Indonesia

Meski pendekatan ini menjanjikan, Feliks tidak menutup mata terhadap tantangan:

  • Keterbatasan data real-time dan histori kegagalan
  • Kualitas data beban di tingkat distribusi
  • Kapasitas institusi dalam memahami dan menerapkan model probabilistik

Namun, penulis optimistis bahwa melalui penguatan kapasitas SDM, digitalisasi jaringan, dan reformasi regulasi, pendekatan ini bisa diadopsi secara luas.

Salah satu solusi yang disarankan adalah kolaborasi antara PLN, perguruan tinggi, dan lembaga riset dalam pengembangan basis data nasional untuk keandalan sistem kelistrikan. Data ini kemudian bisa menjadi rujukan dalam desain kebijakan energi nasional yang berbasis risiko.

Opini dan Kritik Tambahan

Penelitian ini sangat relevan, namun masih bisa dikembangkan dalam beberapa aspek:

  • Belum mengintegrasikan faktor iklim ekstrem seperti banjir dan kebakaran hutan yang bisa mengganggu sistem transmisi.
  • Perlu evaluasi juga terhadap sistem kelistrikan di kawasan timur Indonesia yang memiliki karakteristik berbeda (isolated grid).

Selain itu, ada potensi besar untuk mengembangkan model keandalan berbasis kecerdasan buatan (AI), terutama dalam hal prediksi beban dan analisis kegagalan komponen. Dengan perkembangan big data dan Internet of Things (IoT), Indonesia berpeluang untuk melompat ke sistem evaluasi keandalan yang lebih modern dan responsif.

Dibandingkan dengan penelitian serupa oleh Billinton & Allan (2000) yang lebih fokus pada sistem maju, paper ini memberi kontribusi khas dari perspektif negara berkembang dengan infrastruktur yang sedang bertumbuh.

Kesimpulan

Feliks K. Santosa menawarkan pendekatan realistis, adaptif, dan ekonomis dalam mengevaluasi keandalan sistem tenaga listrik Indonesia. Melalui metode probabilistik, perencana sistem tidak hanya bisa menilai performa masa lalu, tetapi juga memproyeksikan risiko dan kebutuhan masa depan dengan lebih akurat. Paper ini layak menjadi rujukan utama dalam transformasi sektor ketenagalistrikan nasional.

Sebagai penutup, penerapan evaluasi probabilistik tidak hanya penting untuk mencegah gangguan, tetapi juga untuk membangun sistem energi yang tangguh, efisien, dan berkeadilan. Ini adalah langkah strategis menuju masa depan energi yang inklusif dan tahan banting.

Sumber: Santosa, F. K. (2018). Probabilistic Evaluation of Power System Reliability in Indonesia. Proceedings of the Conference on Challenges in Logistics and Competitiveness (CLC 2018). [DOI/jurnal tidak tersedia secara publik]

Selengkapnya
Penguatan Literasi Digital melalui Kolaborasi Komunitas dalam Pembelajaran
page 1 of 1