Resensi Riset dan Arah Riset ke Depan: Jalur Adaptif untuk Infrastruktur yang Lebih Tangguh
Pendahuluan
Kolaborasi untuk Infrastruktur Tangguh Bencana (Coalition for Disaster Resilient Infrastructure/CDRI) secara eksplisit bertujuan untuk memperluas pemahaman dan tindakan global mengenai infrastruktur tangguh iklim dan bencana (DRI) melalui penciptaan, kurasi, dan penyebaran pengetahuan. Dokumen ini, yang merupakan Proceedings dari Konferensi Teknis DRI 2022, berfungsi sebagai fondasi penting untuk memetakan arah riset ke depan, dengan fokus pada tema sentral 'Jalur Adaptif untuk Ketahanan Bencana' (Adaptive Pathways for Disaster Resilience).
Kerangka Adaptive Pathways muncul sebagai respons langsung terhadap tantangan modern: infrastruktur, yang secara tradisional direncanakan untuk horizon 10 hingga 50 tahun, kini menghadapi guncangan tak terduga akibat bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya dan dampak akselerasi perubahan iklim. Interkoneksi sistemik yang semakin kompleks antaraset infrastruktur (misalnya, energi, transportasi, air) semakin menambah kerentanan baru. Oleh karena itu, Adaptive Pathways diusulkan sebagai pendekatan yang memungkinkan perbaikan inkremental dan progresif dari waktu ke waktu, memastikan sistem infrastruktur dapat menghadapi bencana saat ini dengan kesiapsiagaan yang lebih baik sambil membangun ketahanan jangka panjang terhadap bahaya di masa depan. Dokumen ini menyajikan agenda tindakan komprehensif yang dirumuskan dari wawasan 25 makalah penelitian berkualitas tinggi, yang secara khusus ditujukan untuk komunitas akademik, peneliti, dan lembaga pemberi hibah.
Parafrase Isi Paper: Jalur Logis Perjalanan Temuan
Perjalanan temuan dalam dokumen ini mengikuti jalur logis dari kebutuhan konseptual hingga solusi spesifik dan agenda aksi.
1. Kebutuhan Konseptual dan Sistemik: Kerangka kerja dimulai dari pengakuan bahwa ketahanan harus terintegrasi dalam desain sistem dengan proses fleksibel yang memungkinkan peningkatan berkelanjutan tanpa mengganggu kinerja sistem secara keseluruhan. Penilaian sistemik terhadap kerentanan infrastruktur kritis akibat dampak perubahan iklim dan bencana adalah persyaratan dasar. Hal ini terlihat dari studi kasus mengenai jaringan transportasi di empat negara Afrika, yang secara jelas menunjukkan implikasi mendalam dari kerentanan dan manfaat spesifik dari ketahanan. Selain itu, upaya untuk membangun ketahanan menuntut pengelolaan pemangku kepentingan yang beragam, yang mengharuskan mereka menyelaraskan tujuan yang saling bersaing melalui kemitraan yang terstruktur.
2. Pengembangan Kerangka Kerja dan Alat Penilaian: Untuk mendukung implementasi, kerangka kerja dan alat pendukung keputusan harus dikembangkan untuk memungkinkan penilaian kinerja yang sadar dengan umpan balik yang jelas bagi pembuat kebijakan, industri, dan masyarakat. Sebuah metodologi yang diusulkan adalah Penilaian Kinerja Ketahanan (Resilience Performance Assessment/RPA), yang menggabungkan analisis biaya-manfaat dari berbagai jalur adaptasi—termasuk solusi fisik dan finansial (seperti asuransi atau pembebasan pajak). Selain itu, terdapat kebutuhan yang ditekankan untuk mengubah paradigma valuasi investasi. Model yang ada harus diperluas dari sekadar Net Present Worth untuk secara eksplisit memasukkan risiko bencana, kerugian terkait, dan manfaat yang dihindari, sehingga membuat investasi ketahanan menjadi lebih menarik secara finansial.
3. Solusi Teknis dan Kontekstual yang Muncul: Konferensi ini menyoroti sejumlah solusi adaptif yang dapat ditindaklanjuti. Alat digital terintegrasi memainkan peran penting, seperti aplikasi web InfraRiveChange yang dikembangkan oleh CDRI fellows untuk memetakan migrasi sungai dan risiko terhadap jembatan. Di bidang mitigasi fisik, kerentanan infrastruktur eksisting dapat ditingkatkan melalui retrofitting dengan biaya marginal, seperti penggunaan isolasi dasar (base isolations) untuk bangunan rumah sakit menggunakan unbonded fibre-reinforced elastomeric isolators untuk ketahanan gempa. Di ranah perkotaan, perencanaan adaptif juga dapat memanfaatkan ruang terbuka sebagai alat mitigasi banjir dan panas, yang secara bersamaan memberikan manfaat non-fisik (co-benefits) seperti peningkatan kualitas udara dan gaya hidup.
4. Kebutuhan Kapasitas dan Implementasi Inklusif: Jalur logis diakhiri dengan kebutuhan untuk membangun kapasitas spesifik di antara para pemangku kepentingan dan menyesuaikan kurikulum pendidikan tinggi untuk mengarusutamakan inovasi teknis dan praktik interdisipliner. Terakhir, perencanaan adaptif harus bersifat inklusif, merancang sistem dengan mempertimbangkan anggota masyarakat yang paling rentan, seperti penyandang disabilitas atau kelompok usia rentan.
Sorotan Data Kuantitatif
Meskipun artikel ini merupakan rangkuman dan bukan makalah riset primer, temuan spesifik dari makalah yang direferensikan menawarkan metrik kuantitatif yang kuat:
- Pemanfaatan Ruang Terbuka Perkotaan: Sebuah temuan simulasi skenario menunjukkan bahwa penempatan pohon pada hotspot pulau panas perkotaan (urban heat island) dapat menyebabkan penurunan suhu permukaan hingga 5°C. Temuan ini menunjukkan potensi kuat untuk objek penelitian baru di bidang pemodelan iklim mikro perkotaan dan Rekayasa Sistem berbasis alam (Nature-based Solutions/NbS).
- Pemantauan Risiko Migrasi Sungai: Aplikasi InfraRivChange menunjukkan pergeseran signifikan pada posisi saluran aktif Sungai Ghaghara (India) antara tahun 1990 dan 2020. Penilaian menggunakan alat tersebut menghasilkan Indeks Jaccard (0.15) dan Koefisien Kesamaan Dice (0.26) yang sangat rendah, menunjukkan potensi risiko tinggi terhadap infrastruktur jembatan kritis di wilayah dinamis ini. Angka-angka ini memperkuat perlunya pengawasan aset real-time menggunakan teknologi penginderaan jauh berbiaya rendah dan membuktikan kelayakan pemindahan metodologi ke pengaturan sungai dinamis lain di Asia Tenggara.
Kontribusi Utama terhadap Bidang
Kontribusi utama dari dokumen prosiding ini adalah penekanan kolektif pada pergeseran paradigma dari Disaster Risk Assessment statis menuju Adaptive Pathways yang dinamis dan berfokus pada solusi.
- Pengenalan Kerangka Kerja Sistemik: Prosiding ini secara tegas mendorong pendekatan sistemik untuk ketahanan, mengakui bahwa kompleksitas dan interdependensi aset infrastruktur menuntut ketahanan kolektif, bukan hanya ketahanan aset individu. Ini adalah kontribusi penting bagi bidang rekayasa infrastruktur yang secara tradisional fokus pada ketahanan aset tunggal.
- Advokasi Valuasi Baru: Kontribusi krusial lainnya adalah seruan untuk mengubah paradigma valuasi investasi. Dengan menghubungkan konsep asuransi dan valuasi, para peneliti mendorong agar analisis ekonomi memasukkan kerugian yang dihindari (avoided losses) dan manfaat jangka panjang. Perluasan ini memposisikan ketahanan bukan sekadar biaya, melainkan peluang investasi yang menguntungkan, yang sangat relevan bagi lembaga pembiayaan dan penerima hibah riset.
- Peta Jalan Interdisipliner: Konferensi ini secara aktif menjembatani kesenjangan antara disiplin ilmu (interdisiplinaritas), yang saat ini menjadi hambatan bagi aksi ketahanan yang optimal. Dokumen ini menyediakan cetak biru untuk kolaborasi antara akademisi, industri, dan pembuat kebijakan, yang merupakan terobosan dari model penelitian silo tradisional.
Keterbatasan dan Pertanyaan Terbuka
Meskipun menyajikan agenda aksi yang ambisius, dokumen ini secara implisit menyoroti beberapa keterbatasan dan pertanyaan terbuka yang memerlukan penelitian mendesankan dari komunitas akademik.
- Kesenjangan Leksikal dan Konsistensi: Keterbatasan pertama adalah tidak adanya kosakata umum yang konsisten untuk Disaster Resilient Infrastructure (DRI). Persepsi yang berbeda tentang DRI di antara berbagai pemangku kepentingan (pemerintah, swasta, akademisi) menghambat komunikasi dan koordinasi yang efektif. Pertanyaan Terbuka: Bagaimana kerangka kerja leksikal yang seragam dapat divalidasi secara universal melintasi batas geografis dan sektoral untuk mengukur kemajuan DRI secara konsisten?
- Transisi Riset-Aksi: Terdapat kesenjangan signifikan antara pengetahuan yang dihasilkan oleh riset dan adopsi praktisnya. Meskipun solusi teknologis tersedia (seperti isolator gempa atau aplikasi GIS), ekosistem inovasi untuk mengubah temuan penelitian menjadi inovasi yang dapat ditindaklanjuti masih lemah. Pertanyaan Terbuka: Model bisnis dan insentif kebijakan apa yang paling efektif dalam mendorong Riset Terjemahan (Translational Research) dan transfer teknologi dari laboratorium ke lapangan, terutama bagi UKM dan pemerintah daerah?
- Metodologi Kuantifikasi Manfaat: Meskipun perlunya analisis ekonomi tentang kerugian yang dihindari disorot, kerangka kerja dan model untuk mengkuantifikasi manfaat finansial (misalnya, return on investment/ROI) dari investasi ketahanan masih kurang. Pertanyaan Terbuka: Bagaimana kita dapat mengembangkan metodologi standar untuk secara akurat mengukur nilai moneter dari manfaat non-tangible (co-benefits), seperti peningkatan kualitas hidup dari ruang terbuka hijau, yang dapat diintegrasikan ke dalam analisis Biaya-Manfaat (Cost-Benefit Analysis/CBA) makroekonomi?
5 Rekomendasi Riset Berkelanjutan
Untuk mendorong implementasi Adaptive Pathways ke depan, rekomendasi riset ini secara eksplisit disusun bagi para peneliti dan penerima hibah riset, dengan fokus pada pengisian kesenjangan yang disoroti oleh temuan kolektif.
1. Riset Translasi Penilaian Risiko Sistemik dan Senario Majemuk
Rekomendasi: Mengembangkan protokol riset translasi yang dapat digunakan secara rutin untuk penilaian risiko sistemik yang memperhitungkan bahaya yang bersifat majemuk (compounding), berjenjang (cascading), dan bersamaan (concurrent). Penelitian harus berfokus pada pembangunan model skenario berbasis kejadian (scenario-based event models) untuk mengakomodasi peningkatan frekuensi peristiwa yang "belum pernah terjadi sebelumnya" (unprecedented events).
Justifikasi Ilmiah: Temuan menunjukkan bahwa interdependensi sistem infrastruktur (misalnya, kegagalan listrik menyebabkan kegagalan air) menciptakan kerentanan yang kompleks. Riset saat ini masih didominasi oleh penilaian risiko aset tunggal. Penelitian lanjutan harus menggunakan pendekatan agent-based modeling atau system dynamics untuk mensimulasikan kegagalan berjenjang di seluruh sektor kritis (energi, transportasi, air) di bawah kombinasi bahaya (misalnya, gempa bumi + kegagalan panas yang berkepanjangan). Tujuannya adalah untuk menghasilkan data kinerja ketahanan pada level sistem yang dapat memandu alokasi sumber daya berbasis risiko.
2. Analisis Ekonomi Komprehensif: Mengukur Nilai Avoided Losses
Rekomendasi: Merancang dan memvalidasi kerangka kerja analisis ekonomi yang melampaui analisis biaya-manfaat tradisional (CBA) dengan menyajikan metodologi yang kokoh untuk mengkuantifikasi kerugian yang dihindari (avoided losses) dari investasi ketahanan. Fokus harus pada pengembangan model yang dapat mengaitkan secara langsung intervensi spesifik (misalnya, retrofitting jembatan atau adopsi base isolation pada rumah sakit) dengan peningkatan Net Present Value (NPV) proyek.
Justifikasi Ilmiah: Agar investasi sektor swasta dan pemerintah dalam ketahanan menjadi masif, diperlukan bukti kuat yang dapat dipertanggungjawabkan secara finansial. Saat ini, kesenjangan signifikan ada pada kerangka kerja untuk analisis ekonomi investasi adaptasi. Riset lanjutan harus mengintegrasikan konsep dari aktuaria dan asuransi dengan penilaian risiko teknik sipil untuk mengembangkan metrik finansial baru—seperti Koefisien Kenaikan Nilai Ketahanan—yang menunjukkan bagaimana keputusan investasi dapat meningkatkan manfaat investasi dan menambah nilai.
3. Integrasi Pengetahuan Pribumi dengan Teknologi Resolusi Tinggi
Rekomendasi: Melakukan penelitian lapangan dan kolaboratif (participatory bottom-up research) untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan bukti ilmiah yang kredibel tentang potensi pengetahuan tradisional, keterampilan, dan kearifan lokal dalam membangun ketahanan. Hasilnya kemudian harus diintegrasikan dengan alat dan solusi digital bergranularitas dan resolusi tinggi (seperti aplikasi GIS dan penginderaan jauh yang canggih) untuk menciptakan intervensi yang dapat ditindaklanjuti dan tepat waktu.
Justifikasi Ilmiah: Meskipun teknologi modern (seperti InfraRivChange ) menawarkan akurasi dan pemantauan real-time, kearifan lokal seringkali memberikan pemahaman kontekstual yang mendalam tentang risiko dan solusi berbasis lingkungan. Kesenjangan saat ini adalah memadukan kedua domain ini. Riset harus mengembangkan antarmuka model hibrida yang memungkinkan peneliti, insinyur, dan praktisi lokal untuk menggabungkan data berbasis lahan (dari pengetahuan tradisional) dengan data satelit (resolusi tinggi) untuk meningkatkan akurasi penilaian risiko dan perencanaan adaptasi di tingkat lokal.
4. Pengembangan Model Multidimensi untuk Co-Benefits dan Inklusivitas
Rekomendasi: Merumuskan dan menguji model iklim multidimensi yang secara eksplisit mengkuantifikasi dan memetakan co-benefits (manfaat bersama) dari intervensi ketahanan adaptif. Penelitian harus meluas dari dampak fisik (seperti pengurangan banjir/panas ) ke dampak sosial, seperti keadilan iklim dan inklusivitas, dengan secara sistematis memasukkan kekhawatiran spesifik dari kelompok rentan (disabilitas, lansia, atau berdasarkan gender) ke dalam proses desain infrastruktur.
Justifikasi Ilmiah: Peningkatan iklim perkotaan, seperti yang ditunjukkan oleh simulasi penurunan suhu 5°C dari penanaman pohon, menunjukkan bahwa tindakan adaptif memiliki manfaat ganda. Namun, model saat ini jarang mengukur manfaat co-benefits ini secara komprehensif. Riset lanjutan harus mengembangkan kerangka kerja penilaian dampak sosial dan lingkungan untuk setiap proyek adaptasi infrastruktur. Metodologi ini harus menghasilkan data yang dapat membenarkan investasi tambahan berdasarkan hasil positif ganda, memajukan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), dan memastikan bahwa infrastruktur tidak menciptakan ketidaksetaraan baru.
5. Kurikulum Pendidikan Tinggi Antardisiplin dan Ekosistem Kapasitas
Rekomendasi: Merancang dan menguji coba kurikulum pendidikan tinggi untuk Disaster Resilient Infrastructure (DRI) yang bersifat antardisiplin, menjembatani teknik sipil, manajemen bencana, ilmu sosial, dan perencanaan kebijakan. Penelitian harus memetakan kebutuhan pembelajaran (learning needs) yang spesifik dan mengembangkan strategi yang dapat ditindaklanjuti untuk membangun kapasitas pembuat kebijakan dan praktisi dalam mengarusutamakan ketahanan.
Justifikasi Ilmiah: Terdapat kebutuhan mendesak untuk mengembangkan profesional khusus dan mengatasi kesenjangan kapasitas yang ada. Saat ini, kapasitas dan riset DRI tersebar di berbagai disiplin ilmu. Riset lanjutan harus berfokus pada pemetaan kapabilitas saat ini di pasar tenaga kerja dan lembaga akademik, mengidentifikasi kekurangan, dan kemudian merancang modul pendidikan formal (sarjana/pascasarjana) dan pelatihan profesional yang mengintegrasikan inovasi teknis terkini, praktik industri, dan perencanaan kebijakan. Hasilnya akan memungkinkan CDRI untuk menjadi jangkar dalam jaringan pusat penelitian dan industri untuk memperkuat kapasitas antardisiplin.
Kesimpulan dan Ajakan Kolaboratif
Agenda riset ini mengarahkan komunitas akademik untuk secara kolektif menjawab tantangan ketidakpastian iklim dengan solusi adaptif dan sistemik. Penelitian lebih lanjut harus melibatkan institusi penelitian terkemuka (untuk riset translasi), lembaga pendanaan dan bank pembangunan multilateral (untuk memvalidasi model ekonomi avoided losses), dan pembuat kebijakan di tingkat nasional dan kota (untuk mengarusutamakan kurikulum dan kerangka kerja inklusif) untuk memastikan keberlanjutan dan validitas hasil yang tinggi.