Mengapa Temuan Ini Penting untuk Kebijakan?
Berdasarkan studi dalam Heliyon (2024) mengenai adopsi Internet of Things (IoT) di industri konstruksi Malaysia, artikel ini merangkum pentingnya temuan tersebut bagi kebijakan publik, implementasi lapangan, serta peluang dan tantangan menuju transformasi digital konstruksi modern. Studi ini memuat analisis terhadap lebih dari 150 profesional konstruksi lintas profesi—insinyur, arsitek, QS, manajer proyek, dan M&E—yang memberikan gambaran detail tentang bagaimana IoT mulai membentuk masa depan industri konstruksi.
Transformasi digital industri konstruksi, terutama melalui IoT, merupakan salah satu pilar penting menuju efisiensi, keselamatan, dan keberlanjutan. Temuan riset ini memberikan dasar kuat untuk kebijakan karena:
-
IoT terbukti meningkatkan integrasi proses dan efisiensi proyek.
Studi menemukan bahwa indikator integrasi dan interoperabilitas IoT memiliki reliabilitas tinggi (CA: 0.76; CR: 0.801) — menunjukkan konsistensi implementasi di lapangan.
-
Kesiapan SDM dan organisasi cukup tinggi.
95% responden menyatakan memahami teknologi digital, terutama IoT. Ini berarti pemerintah tinggal memperkuat kebijakan standardisasi dan advokasi.
-
IoT terbukti berperan penting dalam manajemen sumber daya.
Analisis prediktif $Q^2$ menunjukkan kemampuan IoT dalam memprediksi hasil manajemen proyek yang lebih baik, sehingga menjadi dasar kuat untuk wajib implementasi pada proyek besar.
Kombinasi ini menegaskan perlunya kebijakan yang lebih agresif untuk mendorong digitalisasi konstruksi.
Implementasi di Lapangan: Dampak, Hambatan, dan Peluang
Dampak Implementasi IoT
Mengacu pada data empiris:
-
IoT meningkatkan pengawasan proyek, efisiensi operasional, dan transparansi.
-
Monitoring berbasis sensor membantu mengontrol penggunaan material dan mengurangi pemborosan.
-
Sistem IoT juga memperbaiki dokumentasi proyek dan mengurangi risiko kesalahan manusia.
Hal ini menandai perubahan besar dari pendekatan manual menuju otomasi cerdas.
Hambatan Implementasi
Walaupun potensinya besar, industri konstruksi masih menghadapi hambatan berikut:
-
Kurangnya integrasi dan interoperabilitas antar platform. Banyak perangkat IoT belum mengikuti standar kompatibilitas yang seragam.
-
Resistensi budaya organisasi. Sebagian perusahaan masih bergantung pada metode tradisional.
-
Keterbatasan infrastruktur digital. Termasuk konektivitas di area proyek, kapasitas penyimpanan data, dan keamanan siber.
-
Kurangnya kebijakan standar nasional untuk penerapan IoT di proyek pemerintah maupun swasta.
Peluang Implementasi
Beberapa peluang besar yang muncul:
-
Automasi penuh rantai pasokan konstruksi melalui sensor-sensor material.
-
Smart safety system untuk memantau risiko dan keselamatan pekerja secara real-time.
-
Smart contract berbasis blockchain yang terhubung IoT untuk meminimalkan konflik dan korupsi.
-
Prediksi kegagalan struktur dan peralatan menggunakan data IoT jangka panjang.
Semua potensi ini sangat mungkin diwujudkan di Asia Tenggara dengan dukungan kebijakan yang tepat.
5 Rekomendasi Kebijakan Praktis
-
Standardisasi Nasional IoT untuk Konstruksi
Menetapkan standar interoperabilitas, keamanan data, dan kualitas perangkat.
-
Subsidi Teknologi atau Insentif Pajak
Untuk mendorong kontraktor kecil-menengah mengadopsi IoT.
-
Program Pelatihan Nasional untuk SDM Konstruksi
Menargetkan teknisi, insinyur, mandor, dan manajer proyek. (Tautan diarahkan ke kursus terkait digital engineering dan manajemen data: Big Data Analytics: Data Visualization and Data Science).
-
Integrasi IoT sebagai Syarat Wajib Proyek Pemerintah
Untuk memperbaiki monitoring, akuntabilitas, dan efisiensi.
-
Membangun Ekosistem Data Konstruksi Terpusat
Agar data IoT terintegrasi dalam sistem nasional seperti BIM 4.0. (Tautan diarahkan ke kursus terkait manajemen proyek yang relevan: Manajemen Konstruksi dan Infrastruktur).
Kritik terhadap Potensi Kegagalan Kebijakan
Tanpa langkah strategis, beberapa risiko besar dapat muncul:
-
IoT hanya menjadi tren tanpa implementasi nyata akibat minimnya standar.
-
Ketimpangan antara perusahaan besar dan kecil dalam akses teknologi.
-
Kegagalan keamanan siber yang justru menambah risiko proyek.
-
Pengumpulan data tanpa analisis, sehingga manfaat tidak tercapai.
-
SDM tidak siap, menyebabkan teknologi mahal menjadi sia-sia.
Kritik ini penting agar pemerintah tidak hanya fokus pada adopsi, tetapi juga kesiapan infrastruktur ekosistem.
Penutup
Studi ini menunjukkan bahwa IoT memiliki peran besar dalam membentuk masa depan industri konstruksi yang lebih efisien, aman, dan terintegrasi. Dengan kesiapan SDM yang cukup tinggi dan hasil empiris yang mendukung, kebijakan nasional harus mengambil langkah progresif untuk memperluas implementasi IoT secara merata.
Transformasi digital bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan. IoT adalah fondasi yang dapat mempercepat pertumbuhan sektor konstruksi dan meningkatkan daya saing nasional.
Sumber
Vijayakumar, A., Mahmood, M. N., Gurmu, A., Kamardeen, I., & Alam, S. (2024).
Adoption of Internet of Things (IoT) in the Construction Industry: Assessing Integration, Interoperability and Readiness Using PLS-SEM.