Proyek infrastruktur publik seperti jalur MRT, bendungan, atau pelabuhan udara adalah fondasi pembangunan nasional. Namun, proyek-proyek ini rentan terhadap risiko bencana, kecelakaan kerja, pembengkakan biaya, keterlambatan waktu, hingga kegagalan teknis. Sayangnya, pendekatan manajemen risiko tradisional hanya fokus pada fase konstruksi, sehingga banyak risiko dari tahap perencanaan dan desain yang terbawa tanpa pengendalian hingga eksekusi.
Paper berjudul “Developing a Risk Management Process for Infrastructure Projects Using IDEF0” (Tserng et al., 2021) menawarkan solusi sistematis untuk masalah ini dengan pendekatan terpadu berbasis model IDEF0. Artikel ini meresensi pendekatan tersebut dan menyoroti aplikasinya dalam proyek MRT Taiwan, lengkap dengan data risiko dan solusi berbasis sistem digital.
Apa Itu IDEF0 dan Kenapa Penting untuk Proyek Infrastruktur?
IDEF0 (Integration Definition for Function Modeling) adalah metode pemodelan proses bisnis yang dikembangkan oleh militer AS untuk memetakan aktivitas kompleks secara sistematis dan visual. Dalam konteks manajemen risiko proyek, IDEF0 memudahkan pengelolaan antar-tahap (planning, design, construction) dengan mendefinisikan:
- Input: Data dan informasi awal
- Control: Standar, kebijakan, atau panduan yang mengatur proses
- Output: Hasil dari tiap aktivitas
- Mechanism: Sumber daya (SDM, sistem, alat)
Dengan pendekatan ini, setiap risiko dapat ditelusuri asal-usulnya dan dikelola secara lintas-fase. Sistem ini juga membantu menghindari information asymmetry antar tim perencana, desainer, dan kontraktor.
Masalah Utama dalam Manajemen Risiko Proyek Infrastruktur
Penulis paper mengidentifikasi beberapa masalah sistemik yang sering terjadi:
- Tidak ada standar baku tentang bagaimana risiko ditransfer antar fase proyek.
- Setiap fase proyek sering menangani risiko secara terpisah, tanpa koordinasi historis.
- Banyak kontraktor melakukan kesalahan berulang karena kurangnya basis data historis risiko.
- Evaluasi risiko tidak konsisten antar proyek karena perbedaan metode penilaian.
Tujuan Penelitian dan Kontribusi Penting
Tujuan utama dari penelitian ini adalah:
- Membuat proses manajemen risiko menyeluruh dari tahap awal hingga operasi.
- Menghindari terjadinya kesalahan berulang antar kontraktor.
- Menyediakan sistem berbasis data yang bisa digunakan lintas proyek.
- Meningkatkan akurasi evaluasi risiko dan kecepatan pengambilan keputusan.
Studi Kasus: Proyek MRT Bandara Internasional Taoyuan, Taiwan
Latar Belakang Proyek
Proyek ini menghubungkan Kota Taipei dengan Bandara Internasional Taoyuan melalui sistem MRT sepanjang 51,03 km. Total terdapat 22 stasiun: 15 elevated (layang) dan 7 underground (bawah tanah), dengan 2 depo pemeliharaan. Proyek berlangsung selama 7 tahun, melibatkan berbagai metode konstruksi termasuk cut-and-cover dan shield tunnel (TBM).
Tahapan Manajemen Risiko yang Dilakukan
- Perencanaan
- Pengumpulan informasi lahan, lalu lintas, dan rencana tata ruang.
- Identifikasi faktor risiko (durasi konstruksi, dampak lingkungan, pengaruh eksternal).
- Seleksi trase terbaik dengan risiko terendah.
- Penyusunan kebijakan risiko dan standar evaluasi.
- Desain
- Penentuan desain teknis untuk meminimalkan risiko.
- Dokumen tender mencantumkan kemampuan teknis dan pengalaman manajemen risiko sebagai syarat.
- Penyusunan daftar risiko berdasarkan klasifikasi P (probabilitas) dan G (tingkat dampak).
- Konstruksi
- Implementasi strategi mitigasi berdasarkan data perencanaan dan desain.
- Evaluasi berkala melalui sistem database risiko.
- Transmisi risiko yang tersisa ke tahap operasional.
Analisis Risiko: Angka dan Evaluasi Dampak
Setiap risiko diklasifikasi berdasarkan dua parameter:
- Probabilitas (P): Dari sangat tidak mungkin (P1, <0.0003) hingga sangat mungkin (P5, >0.3)
- Dampak (G): Dari minor (G1) hingga katastrofik (G5)
Dari hasil studi, contoh risiko dengan tingkat tertinggi (R1 – tidak dapat diterima) meliputi:
- Dana survei yang tidak mencukupi dan jadwal terlalu ketat (P5, G4 → R1)
- Ketidakjelasan kebutuhan pemangku kepentingan (P4, G4 → R1)
Setelah mitigasi, risiko-risiko tersebut berhasil diturunkan drastis menjadi tingkat R4 (diabaikan), seperti:
- Dana survei: dari P5/G4 (R1) menjadi P2/G1 (R4)
- Ketidakjelasan kebutuhan: dari P4/G4 (R1) menjadi P1/G1 (R4)
Ini membuktikan bahwa sistem mitigasi berbasis IDEF0 efektif dalam mengurangi risiko tinggi sebelum fase konstruksi.
Implementasi Sistem Digital dan Database Risiko
Tim peneliti merancang sistem database berbasis Entity Relationship Model (E-R) yang mencakup:
- Nama proyek, lokasi, latar belakang
- Pihak-pihak terlibat (perencana, desainer, kontraktor)
- Item pekerjaan, kejadian risiko, dan bencana terkait
- Detail penyebab, akibat, dan solusi risiko
Setiap pengguna sistem—mulai dari administrator, departemen perencanaan, desainer, hingga kontraktor—mempunyai hak akses berbeda. Ini memastikan bahwa informasi yang relevan dikelola secara aman dan efisien.
Manfaat Langsung dari Pendekatan Ini
- Transparansi Risiko Lintas Fase
Risiko ditransfer dari tahap ke tahap secara terdokumentasi, mencegah duplikasi dan miskomunikasi. - Peningkatan Akurasi Evaluasi
Sistem berbasis data memungkinkan evaluasi risiko yang lebih objektif dan akurat. - Efisiensi Proyek
Berdasarkan grafik hasil studi, jumlah risiko aktif tiap tahun terus menurun selama 7 tahun pelaksanaan proyek. - Dukungan Pengambilan Keputusan Cepat
Platform digital mempercepat reaksi terhadap risiko baru karena akses data real-time.
Kritik dan Opini Tambahan
Pendekatan ini memiliki keunggulan besar karena:
- Mampu menyatukan seluruh siklus hidup proyek dalam satu sistem risiko.
- Terbukti efektif melalui studi kasus nyata dengan data angka yang kuat.
- Cocok diadopsi untuk proyek besar lainnya seperti jalan tol, rel cepat, pelabuhan, dan pembangkit listrik.
Namun demikian, terdapat tantangan implementasi:
- Skalabilitas ke proyek lain: Tidak semua proyek memiliki sumber daya digital sekuat MRT Taiwan.
- Kebutuhan pelatihan intensif: Penerapan IDEF0 memerlukan SDM yang menguasai metode ini.
- Adaptasi pada regulasi lokal: Perlu penyesuaian dengan sistem hukum dan kebijakan publik negara masing-masing.
Rekomendasi untuk Industri Konstruksi di Indonesia
- Pemerintah dan BUMN dapat menjadikan sistem manajemen risiko digital seperti IDEF0 sebagai mandatory standard dalam proyek nasional.
- Lembaga sertifikasi konstruksi dapat menyusun pelatihan bersertifikat bagi manajer proyek untuk penggunaan IDEF0.
- Startup konstruksi bisa mengembangkan SaaS (Software-as-a-Service) berbasis IDEF0 untuk pasar Asia Tenggara.
- Riset lanjutan lokal perlu dilakukan pada proyek pelabuhan, bendungan, dan ibu kota baru agar adaptasi lebih kontekstual.
Kesimpulan: Transformasi Digital Manajemen Risiko Dimulai dari Sekarang
Studi ini menjadi tonggak penting dalam evolusi manajemen proyek infrastruktur. Dengan menggabungkan prinsip sistem, visualisasi proses, evaluasi ahli, dan teknologi database, pendekatan IDEF0 menjawab kebutuhan akan sistem risiko yang adaptif, komprehensif, dan terintegrasi.
Dalam era pembangunan berkelanjutan dan smart infrastructure, pendekatan ini tidak hanya mengurangi kerugian, tapi juga meningkatkan reputasi institusi, transparansi publik, dan keberlanjutan hasil proyek. Saatnya Indonesia belajar dari Taiwan—bahwa risiko bukan hanya untuk dikendalikan, tapi untuk dikelola secara cerdas dan strategis.
Sumber Artikel Asli :
Tserng, H.-P.; Cho, I.-C.; Chen, C.-H.; Liu, Y.-F. Developing a Risk Management Process for Infrastructure Projects Using IDEF0. Sustainability 2021, 13, 6958.