Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Material Maju (PRMM) telah berhasil mengembangkan riset dan inovasi untuk mendukung alat utama sistem senjata (alutsista). Yakni, aplikasi bahan smart magnetic atau magnetik pintar yang digunakan sebagai pigmen Cat Antideteksi Radar (CADR).
Karena itu, BRIN, PT. Pindad, dan PT Sigma Utama melakukan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama CADR, di Ruang Auditorium PT. Pindad, Bandung, Rabu (20/3).
Direktur Utama PT. Sigma Utama Benny F Simanjuntak berharap, kerja sama CADR bisa memberikan nilai tambah, bukan untuk mengejar keuntungan saja, tetapi memperkuat pertahanan dan keamanan Indonesia.
Selain itu, pihaknya juga melakukan riset terkait solar panel. “Dalam hal ini, cat yang digunakan pada CADR juga bisa berfungsi sebagai solar panel,” tegas Benny.
Direktur Teknologi dan Pengembangan PT. Pindad Sigit P. Santosa mengingatkan pentingnya semua pihak yang terlibat untuk sama-sama berhitung secara seksama terkait keuntungan dengan melakukan strategi khusus, agar kerja sama tersebut bisa diterapkan dan menjadi prioritas khusus.
“Kerja sama riset ini menjadi capaian luar biasa yang akan menjadi teaching lab dari masing-masing periset yang juga langsung masuk hilirisasi, industri kemitraan, serta dukungan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP),” ungkapnya.
Lebih lanjut Sigit berharap, kerja sama yang terjalin tidak hanya di sisi science memory saja, tetapi terus berlanjut di item-item produksi di PT Pindad.
Kepala PRMM BRIN Wahyu Bambang Widayatno, mengungkapkan, melalui bermitra dengan industri, akan diketahui sejauh mana kebutuhan dan permasalahan, dari produksi hingga ke pelanggan. Hal tersebut bisa dibawa ke ranah riset di level laboratorium.
“Bagaimana hasil-hasil riset itu bermanfaat bagi masyarakat. Salah satunya mendorong para periset untuk kolaborasi dengan industri,” jelas Wahyu.
Dikatakan Wahyu, BRIN selalu mendorong para perisetnya agar setiap riset yang dihasilkan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.
Sementara itu, Direktur Fasilitas Riset LPDP Wisnu Sardjono Soenarso berpendapat, riset memang harus sesuai kebutuhan industri.
“Kalau hanya untuk knowledge saja itu sulit bagi perindustrian yang mau commit untuk hilirisasi. Dana penelitian itu selalu ada, tinggal kita bagaimana mencari sumbernya itu dari mana,” kata Sardjono.
“Melalui kerja sama dengan berbagai pihak, artinya kita akan memiliki berbagai sumber daya yang bisa digunakan secara optimum dan bersama-sama mengelola risiko,” tandas dia.