Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut bahwa industri pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dalam negeri belum memiliki pengalaman yang cukup untuk mendukung pengembangan PLTS skala besar. Hal itu berpengaruh pada rendahnya daya saing di industri tersebut.
Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kementerian Perindustrian Herman Supriadi mengatakan bahwa selain modul surya, komponen yang diperlukan untuk pengembangan PLTS masih harus dipasok dari luar negeri.
Beberapa komponen yang diimpor mulai dari inverter hingga penyangga modul. Sebab itu, pemerintah mendorong industri PLTS dapat berkembang untuk mendukung upaya transisi energi.
“Industri dalam negeri belum memiliki pengalaman dan pengetahuan yang cukup memadai dalam mendukung PLTS skala besar. Hal ini menyebabkan daya saing industri PLTS dalam negeri belum bisa bersaing,” katanya saat webinar, Rabu (29/12/2021).
Lebih lanjut, dia menuturkan bahwa meningkatnya porsi pembangkit energi baru terbarukan (EBT) sesuai RUPTL PLN 2021–2030, kalangan industri harus menyadari ihwal potensi kebutuhan komponen pembangkit listrik di masa depan.
“Ini menggambarkan bahwa kebutuhan industri dan komponen EBT masih sangat besar, dan diharapkan kedepan makin besar, sehingga keekonomiannya semakin masuk ke skala keekonomian dan bisa bersaing di pasar,” terangnya.
Pada kesempatan yang sama, Kementerian Perindustrian mengapresiasi keberadaan industri modul surya dalam negeri. Pemerintah terus mendorong pengembangan industri ini sesuai dengan kebutuhan pada pembangkit EBT.
Saat ini, industri modul surya disebut telah memproduksi komponen dengan kapasitas daya sekitar 500 megawatt peak (MWp). Kendati demikian, capaian ini harus terus ditingkatkan agar mampu bersaing dengan pasar internasional.
“Harus kita pelajari bersama industri dalam negeri supaya bisa terus menyesuaikan dengan kebutuhan,” ujarnya.
Sumber: ekonomi.bisnis.com