Implementasi Sistem Tanggap Darurat berdasarkan NFPA 1600 di PT. LG Electronics Indonesia

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

11 Maret 2025, 13.55

radarsurabaya.jawapos.com

Keselamatan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana merupakan aspek yang sangat penting dalam operasional perusahaan. Banyak perusahaan mengalami kesulitan untuk kembali beroperasi setelah mengalami gangguan akibat bencana, sebagaimana hasil penelitian University of Minnesota yang menunjukkan bahwa 90% perusahaan tidak dapat bangkit setelah 10 hari mengalami kegagalan sistem kritis. Paper ini meneliti implementasi sistem tanggap darurat di PT. LG Electronics Indonesia berdasarkan standar National Fire Protection Association (NFPA) 1600, yang merupakan standar internasional untuk keberlanjutan bisnis, kesiapsiagaan darurat, dan manajemen krisis.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan triangulasi data, yang mencakup:

  • Wawancara terstruktur dengan tiga responden dari PT. LG Electronics Indonesia.
  • Studi dokumentasi dari dokumen perusahaan terkait sistem tanggap darurat.
  • Analisis kesesuaian sistem tanggap darurat dengan 194 elemen indikator NFPA 1600.

Teknik purposive sampling digunakan untuk memilih responden utama, yang terdiri dari General Manager, Koordinator Tim Tanggap Darurat, dan Ahli K3 perusahaan. Dari 194 elemen indikator NFPA 1600, hasil penelitian menunjukkan bahwa:

  • 160 elemen (82,5%) sudah sesuai dengan standar.
  • 34 elemen (17,5%) masih belum sesuai, baik sebagian maupun keseluruhan.

Beberapa aspek yang sudah sesuai meliputi manajemen program, perencanaan, pelatihan, serta pengujian sistem tanggap darurat. Namun, masih ada kekurangan dalam perencanaan pemulihan pasca-bencana (recovery) dan kelengkapan fasilitas darurat. Penelitian mengungkapkan bahwa PT. LG Electronics Indonesia memiliki area berisiko tinggi, seperti:

  • Penyimpanan R600 dan LPG, yang rentan terhadap ledakan.
  • Gudang penyimpanan alkohol dan bahan kimia, yang mudah terbakar.
  • Area produksi dengan material ABS, yang telah menyebabkan beberapa kebakaran kecil akibat kesalahan teknis.

Sepanjang tahun 2019, terjadi beberapa kebakaran kecil di area produksi vacuum forming, dengan total kerugian sebesar Rp131.964.000. Kebakaran ini berhasil dipadamkan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR), tetapi menunjukkan perlunya peningkatan dalam pengelolaan risiko kebakaran. Perusahaan telah membentuk tim tanggap darurat, dengan prosedur evakuasi yang jelas. Namun, ada beberapa kelemahan yang ditemukan:

  • Tidak adanya pusat operasi darurat (Emergency Operations Center).
  • Kurangnya perencanaan pemulihan bisnis setelah bencana.
  • Ketiadaan prosedur khusus untuk pekerja penyandang disabilitas dalam keadaan darurat.
  • Belum adanya sistem komunikasi darurat berbasis teknologi seperti IoT untuk deteksi dini kebakaran.

Sebagai perbandingan, penerapan sistem tanggap darurat di Jepang setelah gempa dan tsunami 2011 menunjukkan bahwa perusahaan dengan sistem tanggap darurat yang matang dapat pulih lebih cepat. Penelitian oleh Nanto (2011) menunjukkan bahwa industri manufaktur Jepang mengalami kerugian hingga $309 miliar, tetapi perusahaan yang memiliki perencanaan pemulihan yang baik mampu melanjutkan produksi lebih cepat dibandingkan yang tidak memiliki sistem pemulihan.

Kesimpulan

  1. Implementasi sistem tanggap darurat di PT. LG Electronics Indonesia sudah baik (82,5% sesuai NFPA 1600), tetapi masih ada beberapa kelemahan yang harus diperbaiki.
  2. Beberapa area berisiko tinggi belum sepenuhnya mendapat perlindungan maksimal, terutama dalam hal penyimpanan bahan kimia dan LPG.
  3. Kurangnya perencanaan pemulihan bisnis pasca-bencana (recovery) menjadi tantangan besar dalam meningkatkan ketahanan perusahaan terhadap bencana.

Saran

  1. Mendirikan Pusat Operasi Darurat (Emergency Operations Center) untuk meningkatkan koordinasi dalam situasi darurat.
  2. Menyusun rencana pemulihan bisnis (Business Continuity Plan) agar perusahaan dapat kembali beroperasi lebih cepat setelah bencana.
  3. Menggunakan teknologi berbasis IoT untuk deteksi dini kebakaran, seperti sensor asap otomatis yang terhubung dengan sistem pemadam.
  4. Menyesuaikan prosedur evakuasi bagi penyandang disabilitas, dengan jalur evakuasi yang ramah difabel.

Sumber Artikel

Fairuz Nabila Asfarisya, Herry Koesyanto. Implementasi Sistem Tanggap Darurat berdasarkan National Fire Protection Association (NFPA) 1600 di PT. LG Electronics Indonesia. Indonesian Journal of Public Health and Nutrition, Vol. 1, No. 2, 2021, 223-233.