Implementasi Pemanenan Air Hujan (Rainwater Harvesting) pada Masa Pandemi Covid-19 di Kota Serang

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

05 Juni 2025, 06.33

pixabay.com

Ketersediaan air bersih yang berkelanjutan merupakan aspek penting dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung perilaku hidup bersih sehat, terutama di masa pandemi Covid-19. Data Survei Indonesia Water Institute (2021) menunjukkan konsumsi air bersih untuk cuci tangan meningkat hampir tiga kali lipat selama pandemi, dari 4-5 liter menjadi 20-25 liter per orang per hari. Namun, musim penghujan yang melimpah tidak diimbangi dengan kapasitas penyerapan air ke tanah, sehingga limpasan air hujan yang tidak terkendali berpotensi menimbulkan bencana banjir.

Dalam konteks ini, konsep panen air hujan (rainwater harvesting) menjadi solusi penting untuk mengelola air secara terpadu dan berkelanjutan. Paper karya Restu Wigati dkk. (2021) ini mengangkat implementasi teknologi pemanenan air hujan di Mushola Baiturrahman, Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Walantaka, Kota Serang, sebagai upaya konservasi air sekaligus mendukung protokol kesehatan selama pandemi.

Metode dan Pelaksanaan Program Pengabdian Masyarakat

Metode Participatory Rural Appraisal (PRA)

Pendekatan PRA digunakan untuk melibatkan masyarakat secara aktif dalam sosialisasi dan implementasi teknologi rainwater harvesting. Sebanyak 20 warga sekitar mushola menjadi mitra program selama tiga bulan (Juli-September 2021).

Tahapan Kegiatan

  1. Persiapan: Identifikasi potensi dan permasalahan air bersih di masyarakat.
  2. Pelaksanaan Program: Pembuatan alat pemanenan air hujan untuk kebutuhan cuci tangan dengan desain tanpa kontak tangan (sensor otomatis).
  3. Deskripsi Produk Teknologi: Penjelasan komponen utama sistem panen air hujan (atap, talang, pipa, tangki penampungan) dan teknik filtrasi sederhana.
  4. Evaluasi dan Keberlanjutan: Pembentukan komunitas Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GNKPA) untuk menjaga keberlanjutan program.

Studi Kasus: Mushola Baiturrahman, Kelurahan Tegalsari Kota Serang

Data dan Analisis Kebutuhan Air

  • Jumlah jamaah mushola: 200 orang
  • Kebutuhan air: 5 liter/orang/hari (SNI 03-7065-2005)
  • Luas atap mushola: 289 m²
  • Koefisien runoff: 0,8

Kapasitas Tangki dan Volume Air Hujan

Berdasarkan data curah hujan bulanan rata-rata, volume air hujan yang dapat dipanen mencapai 833,76 m³ per tahun dengan surplus signifikan pada sebagian besar bulan kecuali Agustus yang mengalami defisit 3,63 m³.

  • Kapasitas tangki yang direncanakan: 3,63 m³ (3630 liter)
  • Surplus air hujan tahunan: 472,39 m³

Grafik supply air hujan menunjukkan bahwa pada bulan Januari hingga Juli dan September hingga Desember, volume air hujan yang tersedia cukup untuk memenuhi kebutuhan cuci tangan jamaah mushola.

Desain dan Inovasi Alat Pemanen Air Hujan

Alat pemanen air hujan yang dibuat dilengkapi dengan sensor otomatis pada kran air dan sabun untuk menghindari kontak tangan, mendukung protokol kesehatan Covid-19. Air hujan dialirkan dari atap melalui talang dan pipa ke bak filtrasi, kemudian disimpan dalam tangki penampungan yang siap digunakan.

Keunggulan Teknologi

  • Mengurangi risiko penyebaran Covid-19 melalui kontak tangan.
  • Memanfaatkan sumber air lokal yang melimpah dan belum dimanfaatkan optimal.
  • Teknologi sederhana dan ramah lingkungan.

Hasil dan Dampak Program

  • Peningkatan Kesadaran: Masyarakat lebih memahami pentingnya konservasi air dan teknologi pemanenan air hujan.
  • Pemanfaatan Air Bersih: Air hujan yang telah difiltrasi digunakan sebagai alternatif air bersih untuk cuci tangan di mushola.
  • Publikasi Media Massa: Kegiatan ini mendapat liputan luas di media cetak dan online, memperluas dampak sosialisasi.
  • Hak Cipta: Tim pengabdian memperoleh sertifikat hak cipta untuk alat pemanenan air hujan yang dikembangkan.

Analisis Kualitas Air

Pengujian laboratorium menunjukkan kualitas air hujan memenuhi standar PERMENKES No. 32 Tahun 2017 untuk higiene sanitasi dengan pH 7,19 dan TDS 10,25 mg/L, aman untuk keperluan cuci tangan.

Kritik dan Saran Pengembangan

  • Skala Program: Studi ini masih terbatas pada satu lokasi mushola, perlu pengembangan skala lebih luas di berbagai komunitas.
  • Pemeliharaan: Keberlanjutan program tergantung pada komitmen masyarakat dalam pemeliharaan alat.
  • Perluasan Fungsi: Air hujan dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lain seperti penyiraman taman, toilet, dan bahkan air minum setelah pengolahan lanjutan.
  • Edukasi Berkelanjutan: Perlu program edukasi berkelanjutan untuk meningkatkan kesadaran dan keterampilan masyarakat.

Kesimpulan

Implementasi pemanenan air hujan di masa pandemi Covid-19 di Kota Serang melalui program PPUPIK berhasil meningkatkan akses air bersih alternatif untuk cuci tangan di mushola. Program ini tidak hanya mendukung protokol kesehatan, tetapi juga mengedukasi masyarakat tentang konservasi air dan pembangunan kota berkelanjutan. Dengan teknologi sederhana dan partisipasi aktif masyarakat, rainwater harvesting dapat menjadi solusi efektif menghadapi krisis air bersih dan tantangan pandemi.

Sumber Artikel 

Restu Wigati, Enden Mina, Rama Indera Kusuma, Hendrian Budi Bagus Kuncoro, Woelandari Fathonah, dan Nyi Raden Ruyani. “Implementasi Pemanenan Air Hujan (Rainwater Harvesting) pada Masa Pandemi Covid-19 di Kota Serang.” Dharmakarya: Jurnal Aplikasi Ipteks Untuk Masyarakat, Vol. 11 No. 1, 2021. Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.