Khususnya para investor, pemegang saham, maupun individual investor yang memegang saham Garuda, walaupun perusahaan ini 65% dimiliki pemerintah, kami bersama pemegang saham mayoritas (negara/pemerintah) berkomitmen untuk terus-menerus menjaga kepentingan minority shareholders.
Penting bagi kami sebagai perusahaan publik untuk memastikan hasil dari kerja kami memberi harapan kepada para pemegang saham maupun calon pemegang saham bahwa worth to invest di perusahaan seperti ini. Kedua, kepada para calon penumpang, Anda semua tahu bahwa kami beberapa kali dalam tahun-tahun terakhir ini memenangi berbagai penghargaan. Ada dua penghargaan yang selalu kami banggakan. Pertama, yaitu on time performance, kami nomor 1 tahun lalu di seluruh dunia. Tahun lalu, Garuda juga nomor 1 untuk the best cabin crew, di dunia, bukan di Indonesia. Kalau di Indonesia, Garuda sudah pasti nomor 1.
Teman-teman di airlines lain bertanya-tanya, kok bisa? Saya jelaskan dan mereka akhirnya mengakui. Saya bertemu banyak eksekutif airlines lain yang mengagumi apa yang kami lakukan. Jadi, ini juga kebanggaan kami. Apalagi pencapaian itu kami peroleh saat Garuda dalam proses PKPU (penundaan kewajiban pembayaran utang). Bukan di masa normal, justru saat Garuda dalam proses PKPU. Kami akan berupaya mempertahankan ini terus-menerus. Kami juga akan invest layanan di ground. Bukan hanya di dalam pesawat, tapi sebelum Anda naik pesawat terbang. Tentu saja kami berharap harga mahal yang dibeli untuk naik Garuda itu worth. Itu pertama.
Kedua, kami ingin memastikan bahwa kami berinteraksi dengan para penumpang dengan mengedepankan respect. Terakhir, kami terus-menerus terbuka terhadap semua masukan. Saya dengan mudah bisa diakses semua media. Saya menyediakan waktu setiap hari untuk menerima complaint dan menjawab complaint, juga memastikan complaint penumpang bisa diperbaiki. Saya juga minta teman-teman para direksi membuka akses untuk para penumpang. Kami akan besar bukan karena kami merasa besar, tapi karena mendengar dan menindaklanjuti complaint penumpang. Walau yang complaint sedikit, itu penting karena orang akan merasa dihargai.
Anda pernah menangani sendiri keluhan penumpang?
Beberapa kali kejadian bagasi tertinggal, tidak terbawa, penumpangnya complaint ke saya. Saya bilang, ”Pak, don’t worry, silakan pulang, nanti kami antar barangnya ke rumah.” Sekitar 3-4 jam kemudian barang itu sudah di depan rumahnya. Ya, masa orangnya disuruh datang ke airport lagi? Kalau salahnya di kami, ya kami harus bertanggung jawab, dong. Pernah juga di luar negeri. Waktu itu kebetulan saya hendak ke Paris, ke acara Paris Air Show. Saya berkenalan dengan seorang penumpang Garuda yang duduk di sebelah saya. Kami berangkat dari Jakarta ke Amsterdam, sebelum lanjut ke Paris.
Dari Amsterdam, ia berangkat duluan. Saya sendiri berangkat ke Paris agak siang karena harus ketemu dulu tim di Amsterdam. Waktu mendarat di Paris, beliau kirim pesan bahwa barangnya tidak ada di penerbangan Amsterdam-Paris. Saya bilang, “Tenang, Pak. Tolong kasih tahu hotel Bapak di mana?” Akhirnya saya bawa barang dia. Saya antar ke hotelnya langsung.
Dia surprise juga tuh. Dia bilang, “Kalau perjalanan ke luar negeri, saya pasti naik Garuda.” Beberapa kali saya juga terima telepon dari penumpang Garuda, “Saya minta tolong pak, handphone saya tertinggal di pesawat.” Saya bilang, “Oke, tunggu aja.” Setengah jam kemudian, handphone-nya ketemu. Lalu saya nitip ke karyawan yang kebetulan rumahnya dekat orang itu, untuk mengantarkannya. Jadi, santai aja. Nggak usah dibikin repot gitu kan? (CR-8)
Sumber: investortrust.id