Fitur Proyek Konstruksi Menyebabkan Kecelakaan Kerja Jika Tidak Direncanakan Sejak Awal

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

15 Mei 2025, 10.22

pixabay.com

Pendahuluan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam proyek konstruksi seringkali diasosiasikan dengan tindakan di lapangan, seperti penggunaan alat pelindung diri. Namun, studi oleh Manu, Ankrah, Proverbs, dan Suresh menyoroti bahwa banyak kecelakaan kerja justru disebabkan oleh keputusan yang dibuat pada tahap awal proyek—sebelum satu bata pun diletakkan.

Studi ini meneliti secara empiris fitur proyek konstruksi (Construction Project Features/CPFs)—seperti desain yang kompleks, lokasi terbatas, sistem pengadaan, dan metode konstruksi—yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja. Data diperoleh melalui wawancara dan survei pada lebih dari 180 profesional konstruksi di Inggris.

Konsep CPFs dan Bahayanya

CPFs adalah karakteristik organisasi, fisik, dan operasional dari proyek yang ditentukan sebelum konstruksi dimulai. Ini mencakup keputusan klien, perancang, dan manajer proyek. Contohnya:

  • Tingkat ketinggian bangunan
  • Kompleksitas desain
  • Lokasi sempit (misalnya pusat kota)
  • Durasi proyek yang sempit
  • Subkontrak berlapis

Berdasarkan model teori kecelakaan seperti Constraint–Response Model (Suraji et al., 2001) dan ConCA Model (Haslam et al., 2005), CPFs memunculkan faktor penyebab kecelakaan di lapangan—disebut proximate factors seperti kerja di ketinggian, kemacetan area kerja, dan kesulitan membangun.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode campuran:

  1. Wawancara dengan 11 profesional konstruksi dengan rata-rata pengalaman 26 tahun. Mereka mengkonfirmasi bahwa desain kompleks, lokasi terbatas, dan waktu yang mepet meningkatkan risiko kecelakaan.
  2. Survei kuantitatif kepada 1.000 kontraktor, menghasilkan 184 respon valid. Survei mengukur tiga hal:
    • Potensi CPFs menyebabkan kecelakaan
    • Seberapa umum proximate factors dalam CPF
    • Seberapa besar proximate factors memicu kecelakaan

Data diolah menggunakan regresi linear dan moderasi dengan SPSS dan R Software.

Temuan Kunci

1. Fitur Proyek yang Paling Berisiko Tinggi

Dari 22 CPF yang dinilai, demolition, konstruksi bawah tanah, durasi proyek ketat, dan desain kompleks dinilai memiliki tingkat risiko tertinggi terhadap kecelakaan:

  • Demolition: skor 3.17 dari 5
  • Konstruksi bawah tanah: 2.83
  • Durasi ketat: 2.83
  • Desain kompleks: 2.61

Sedangkan fitur dengan potensi paling rendah antara lain:

  • Desain sederhana: 1.54
  • Subkontrak tunggal: 1.62
  • Lokasi tidak padat: 1.79

2. Keterkaitan Statistis yang Signifikan

Hipotesis H1 dan H2 diuji dan keduanya terbukti signifikan:

  • H1: Semakin sering faktor bahaya muncul dalam CPF, semakin besar potensi CPF menyebabkan kecelakaan (β = 0.77, p < 0.001).
  • H2: Faktor bahaya (proximate factor) memperkuat hubungan ini, seperti efek ganda antara desain kompleks dan kesulitan membangun (β = 0.24, p < 0.001).

Model menjelaskan 85% variansi potensi CPF terhadap kecelakaan, angka yang sangat kuat dalam riset sosial.

Contoh Nyata dari Industri

Beberapa kutipan dari profesional menunjukkan realitas keras di lapangan:

"A complex project brings more risk, a restricted site brings more risk, a tight duration brings more risk and a high rise also brings more risk." – Project Manager

“The two greatest factors that influence accidents on site are time constraints and design buildability.” – H&S Manager

Diskusi dan Analisis Tambahan

Meskipun metode pengadaan seperti Design and Build sering dianggap lebih aman, data menunjukkan potensi kecelakaan tetap moderat, kemungkinan karena:

  • Budaya kerja kolaboratif belum sepenuhnya diterapkan.
  • Fragmentasi tim proyek masih terjadi bahkan dalam sistem pengadaan yang seharusnya kolaboratif.

Hal serupa berlaku untuk pre-assembly. Meski secara teori lebih aman karena lebih sedikit aktivitas di lokasi, data menunjukkan risikonya tidak jauh berbeda dari metode tradisional. Ini mungkin karena mekanisasi kerja di lokasi juga meningkat.

Implikasi untuk Perencanaan Pra-Konstruksi

Keputusan yang diambil di awal proyek sangat menentukan keselamatan. Studi ini menyarankan:

  • Gunakan CPF dengan risiko moderat, bukan tinggi, jika memungkinkan.
  • Atur waktu proyek secara realistis—deadline sempit meningkatkan risiko signifikan.
  • Bangun sistem desain yang memperhitungkan aspek buildability (kemudahan membangun) sejak awal.
  • Terapkan strategi kontrol risiko seperti memperkecil prevalensi proximate factor atau membuatnya lebih aman melalui regulasi teknis dan pelatihan.

Kesimpulan

Fitur proyek konstruksi memiliki pengaruh nyata dan signifikan terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Bukan hanya aktivitas di lokasi, tetapi keputusan awal—terkait desain, jadwal, dan metode pelaksanaan—yang menjadi akar dari banyak insiden.

Dengan pendekatan berbasis data dan uji statistik yang kuat, studi ini membuktikan bahwa keselamatan harus dimulai sejak tahap perencanaan, bukan saat helm dibagikan. Memahami dan mengelola CPFs adalah langkah awal yang krusial untuk menurunkan angka kecelakaan kerja di sektor konstruksi.

Sumber Artikel: Manu, P., Ankrah, N., Proverbs, D., & Suresh, S. (2013). The Health and Safety Impact of Construction Project Features. Engineering, Construction and Architectural Management, 20(6), 571–589. https://doi.org/10.1108/ECAM-07-2012-007