Pengantar
Layanan air perkotaan bukan sekadar infrastruktur teknis, melainkan bagian penting dari pembangunan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Artikel Governance and Practices for Achieving Sustainable and Resilient Urban Water Services oleh Jyrki Laitinen dkk. (2022) mengkaji praktik layanan air di Finlandia untuk menciptakan sistem yang tangguh dan berkelanjutan. Studi ini memadukan pendekatan IWRM, IUWM, dan Total Water Management dengan metode PESTEL–SWOT untuk mengevaluasi tata kelola, kapasitas kelembagaan, dan kesiapan menghadapi perubahan iklim.
Konsep dan Kerangka Teoritis
Layanan air berkelanjutan mencakup penyediaan air minum, sanitasi, dan pengolahan limbah secara efisien serta tahan terhadap gangguan. Resiliensi didefinisikan sebagai kemampuan utilitas air untuk beradaptasi, merespons, dan pulih dari gangguan, baik alamiah maupun buatan. Tiga komponen utama yang ditekankan adalah:
- Keberlanjutan (ekonomi, sosial, lingkungan)
- Ketahanan (terhadap bencana, perubahan iklim)
- Sirkularitas (recycling energi, nutrien, dan air limbah)
Metodologi PESTEL dan SWOT
Analisis dilakukan berdasarkan:
- PESTEL: Politik, Ekonomi, Sosial, Teknologi, Lingkungan, Legal
- SWOT: Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Ancaman
Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi tantangan dan peluang layanan air kota berdasarkan studi literatur, wawancara, survei, dan studi kasus di Finlandia. Faktor-faktor dinilai berdasarkan relevansi dan dampaknya terhadap pengelolaan air perkotaan.
Temuan Kunci dari PESTEL–SWOT
Faktor Pendukung (Strengths & Opportunities):
- Stabilitas politik dan ekonomi
- Kerangka hukum dan tata kelola yang kuat
- SDM kompeten dan berpendidikan
- Kesadaran publik tinggi
- Infrastruktur digital dan sistem data manajemen
Faktor Penghambat (Weaknesses & Threats):
- Jaringan pipa dan saluran limbah yang menua
- Teknologi pengolahan belum mampu menangani zat berbahaya (misal: farmasi)
- Banyak utilitas air kecil yang kurang tenaga ahli
- Ancaman perubahan iklim dan alokasi sumber daya daerah
Inovasi dan Studi Kasus
Finlandia mengembangkan berbagai inovasi untuk mendukung resiliensi:
- Pemantauan digital dan otomatisasi pengolahan air
- Pemisahan grey water dan black water untuk pemrosesan efisien
- Daur ulang energi dan nutrien dari air limbah
- Kota Tampere dan Frankfurt (Jerman) menjadi contoh implementasi ekonomi sirkular dengan pemisahan sumber air limbah dan pemulihan panas.
Hubungan dengan Ekonomi Sirkular dan Green Economy
Layanan air menjadi bagian dari sirkulasi buatan dalam siklus hidrologi. Ekonomi sirkular mendorong pemanfaatan ulang air dan sumber daya dari limbah. Praktik ini mendukung prinsip green economy dengan:
- Menurunkan jejak karbon
- Meningkatkan efisiensi sumber daya
- Mengurangi tekanan terhadap ekosistem air
Aspek Sosial dan Tata Kelola Partisipatif
Pendekatan bottom-up dan partisipasi publik diprioritaskan dalam pengambilan kebijakan. Aturan seperti Berlin Rules menegaskan hak akses air dan partisipasi dalam pengambilan keputusan. SDG 6 dari PBB juga mendorong kesetaraan akses dan kualitas layanan air.
Rekomendasi Kebijakan dan Praktik
- Integrasikan air dalam perencanaan tata ruang dan transportasi
- Perkuat kelembagaan dengan penggabungan utilitas kecil dan pelatihan rutin
- Gunakan teknologi ramah iklim dan sistem pemantauan pintar
- Terapkan pricing policy berbasis pemulihan biaya penuh
- Perkuat koordinasi antar sektor: pertanian, industri, dan pariwisata
Kesimpulan
Layanan air kota di Finlandia menunjukkan bahwa keberhasilan pengelolaan tergantung pada kolaborasi antar lembaga, penguatan kapasitas teknis, dan tata kelola yang inklusif. Model ini dapat diadaptasi oleh negara lain dengan penyesuaian lokal. Dengan analisis PESTEL–SWOT, artikel ini menegaskan pentingnya pendekatan holistik dalam menciptakan layanan air yang tangguh, berkelanjutan, dan adil.
Sumber: Laitinen, J., Katko, T.S., Hukka, J.J., Juuti, P., & Juuti, R. (2022). Governance and Practices for Achieving Sustainable and Resilient Urban Water Services. Water, 14(13), 2009.