Evaluasi Uji Kompetensi Pengawas Konstruksi: Mengapa Materi Ujian Perlu Dirombak?

Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj

27 Mei 2025, 09.13

pexels.com

Pendahuluan: Di Balik Sertifikasi Tenaga Pengawas Konstruksi

Di tengah pesatnya pembangunan infrastruktur dan tuntutan kualitas sumber daya manusia (SDM) konstruksi yang kompeten, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus mengembangkan sistem pelatihan berbasis kompetensi. Salah satu peran krusial dalam rantai proyek adalah jabatan kerja pengawas konstruksi, yang tidak hanya bertugas memantau mutu pekerjaan, tetapi juga menjamin keselamatan, efisiensi waktu, dan kepatuhan terhadap kontrak.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kualitas materi uji kompetensi yang diberikan kepada tenaga kerja pada jabatan kerja pengawas—dengan tujuan mengevaluasi sejauh mana materi yang ada mencerminkan kebutuhan di lapangan dan seberapa efektif materi tersebut dalam mengukur kompetensi aktual tenaga kerja.

Tujuan & Metodologi Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

  • Menyediakan gambaran kondisi kompetensi aktual tenaga kerja konstruksi.

  • Memberikan masukan terhadap materi uji kompetensi bagi pengawas konstruksi.

  • Mendukung kebijakan pemerintah dalam menyiapkan SDM unggul menghadapi pasar kerja nasional dan regional (MEA).

Metode:

  • Tes dilakukan kepada 14 peserta dari tiga institusi (Dinas Perumahan DKI, PT Istaka Karya, dan PT Brantas Abipraya).

  • Instrumen evaluasi berupa 25 soal pilihan ganda dan 3 soal esai, terdiri dari 70% materi teknis dan 30% administratif.

  • Materi uji mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) 2005–2015.
     

Analisis dan Kritik: Mengapa Banyak Soal Gagal Dipahami?

1. Materi Terlalu Umum

Materi uji tidak spesifik pada konteks jabatan pengawas, menyebabkan peserta kesulitan menghubungkan teori dengan praktik lapangan. Hal ini bertentangan dengan prinsip pelatihan berbasis kompetensi (Competency-Based Training) yang menekankan kemampuan aplikatif.

2. Soal Kasus Minim Representasi Lapangan

Soal seperti risiko kerja, penjadwalan, dan pelaporan cacat bangunan seharusnya dilandasi oleh studi kasus riil, bukan hanya konsep. Padahal, jabatan pengawas sangat erat dengan penilaian mutu dan penanganan masalah aktual di lapangan.

3. Bahasa Soal Tidak Efisien

Beberapa soal dinilai menggunakan kalimat yang berbelit dan membingungkan. Padahal, bahasa dalam uji kompetensi seharusnya ringkas dan fungsional.

4. Durasi Ujian Terlalu Panjang

Durasi 45 menit dinilai tidak proporsional dengan jumlah dan tingkat kesulitan soal. Hal ini justru bisa mengaburkan evaluasi yang objektif terhadap kemampuan peserta.

Studi Banding: Apa Kata Penelitian Lain?

Penelitian oleh Jumas, Ariani & Asrini (2021) menunjukkan bahwa efektivitas pelatihan sangat dipengaruhi oleh relevansi materi dan metode pengajaran kontekstual. Jika dikaitkan dengan temuan dalam artikel ini, maka menjadi jelas bahwa perombakan materi uji sangat mendesak, bukan hanya untuk meningkatkan skor, tapi agar pelatihan dan sertifikasi benar-benar menciptakan tenaga pengawas yang siap kerja.

 

Implikasi Praktis: Apa yang Harus Dilakukan?

Revisi Materi Uji

  • Fokus pada studi kasus berbasis proyek nyata.

  • Gunakan indikator kinerja berbasis lapangan (KPI proyek nyata).

Pelatihan Pendalaman

  • Tambahkan sesi simulasi lapangan dan praktik pengawasan konstruksi.

  • Gunakan video atau BIM (Building Information Modeling) untuk memperjelas konteks.

Optimalisasi Evaluasi

  • Kembangkan bank soal dengan level kesulitan bertingkat.

  • Gunakan platform digital untuk efisiensi dan analisis statistik mendalam.
     

Kaitan dengan Tren Industri

Di era digitalisasi konstruksi, peran pengawas semakin luas: dari sekadar inspeksi visual menjadi manajemen mutu berbasis data real-time. Oleh karena itu, materi uji juga harus berevolusi:

  • Menyertakan pengetahuan tentang alat bantu digital (misalnya drone, digital checklist, aplikasi pengawasan).

  • Integrasi dengan konsep Green Construction, karena pengawas juga menjadi garda terdepan dalam memastikan keberlanjutan proyek.
     

 

Kesimpulan: Saatnya Ubah Paradigma Uji Kompetensi

Penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar peserta mampu menjawab soal, terdapat kelemahan signifikan dalam penyerapan terhadap soal berbasis praktik. Hal ini mencerminkan ketidaksesuaian antara materi uji dan realitas pekerjaan pengawas.

Ujian kompetensi bukan hanya soal lolos sertifikasi, tetapi validasi kemampuan praktis di lapangan. Untuk itu, reformulasi materi, pendekatan evaluasi berbasis lapangan, dan pembekalan praktis yang mendalam menjadi kebutuhan mutlak.

 

Sumber:

Dewi, E., Sujatini, S., & Henni. (2021). Analisis Materi Uji Kompetensi Tenaga Kerja Konstruksi Jabatan Kerja Pengawas Bidang Kerja Penyedia Perumahan. Jurnal IKRAITH-TEKNOLOGI, Vol. 5, No. 3. Akses di Garuda Ristekdikti