Evaluasi Penerapan K3 di Proyek Konstruksi: Studi Kasus New SFB Cikarang oleh PT. Dwi Tunggal Surya Jaya

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

25 Juni 2025, 10.56

pixabay.com

Mengapa K3 Penting di Industri Konstruksi?

Industri konstruksi di Indonesia menjadi tulang punggung pembangunan nasional, namun di balik kemajuannya, sektor ini dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar kecelakaan kerja. Kecelakaan di proyek konstruksi bukan hanya berdampak pada kerugian fisik, tapi juga ekonomi, reputasi perusahaan, hingga psikologi pekerja. Data dari penelitian ini menyoroti betapa pentingnya penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara konsisten dan terukur, terutama pada proyek-proyek besar seperti New SFB di Cikarang.

Latar Belakang dan Tantangan K3 di Proyek Konstruksi

Perpindahan ekonomi dari sektor pertanian ke industri telah mendorong pembangunan infrastruktur secara masif. Namun, karakteristik proyek konstruksi yang dinamis, lokasi kerja yang terbuka, kondisi cuaca yang berubah-ubah, dan dominasi tenaga kerja yang belum terlatih, membuat sektor ini sangat rentan terhadap kecelakaan. Kecelakaan kerja di sektor konstruksi seringkali menimpa usia produktif dan berdampak jangka panjang, baik secara materil maupun non-materil.

Pemerintah sebenarnya telah mengatur K3 melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per-01/Men/1980, tetapi implementasinya di lapangan masih jauh dari optimal. Rendahnya kesadaran akan pentingnya K3 dan lemahnya penegakan hukum menjadi penyebab utama masih tingginya angka kecelakaan kerja.

Studi Kasus: Proyek New SFB Cikarang oleh PT. Dwi Tunggal Surya Jaya

Penelitian yang dilakukan Wahidin, Soedarmin Soenyoto, dan Azharie Hasan ini mengambil lokasi di proyek New SFB, kawasan industri JABABEKA III Cikarang, Bekasi. Penelitian berlangsung pada November hingga Desember 2012, dengan fokus pada tiga jenis pekerjaan utama: beton, baja, dan bata.

Metodologi Penelitian

  • Metode: Deskriptif dengan analisis kuantitatif
  • Sampel: 30% dari total pekerja pada tiap bidang pekerjaan (beton, baja, bata), yaitu 30 orang
  • Teknik Pengumpulan Data: Dokumentasi, observasi terstruktur (checklist), dan wawancara terstruktur dengan project manager, kepala seksi K3, kepala teknik, supervisor, dan pekerja.

Hasil Penelitian: Data Capaian Penerapan K3

Penelitian ini mengukur tingkat penerapan K3 pada tiga jenis pekerjaan utama di proyek New SFB:

  • Pemasangan Rangka Baja: 81,48%
  • Pekerjaan Beton: 78,81%
  • Pemasangan Bata: 74,43%

Angka-angka ini menunjukkan bahwa secara umum penerapan K3 sudah cukup baik, namun masih ada ruang perbaikan, terutama pada pekerjaan bata yang memiliki tingkat penerapan terendah.

Studi Kasus Lapangan

Dari hasil observasi dan wawancara, ditemukan beberapa hal penting:

  • Pada pekerjaan baja, penggunaan alat pelindung diri (APD) seperti helm, sarung tangan, dan sepatu safety sudah cukup konsisten, namun masih ada beberapa pekerja yang mengabaikan aturan karena alasan kenyamanan.
  • Pada pekerjaan beton, risiko terpeleset dan tertimpa material masih sering terjadi, meskipun prosedur K3 sudah disosialisasikan.
  • Pada pekerjaan bata, tingkat kepatuhan pada K3 paling rendah. Banyak pekerja tidak menggunakan masker dan sarung tangan, terutama saat cuaca panas.

Analisis Kritis dan Opini

Penerapan K3 di proyek New SFB sudah berada di atas rata-rata nasional, namun belum mencapai standar ideal. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain:

  • Budaya K3: Masih ada pekerja yang menganggap K3 sebagai formalitas, bukan kebutuhan.
  • Pengawasan: Pengawasan dari manajemen sudah ada, tetapi belum maksimal, terutama pada jam-jam sibuk.
  • Pelatihan: Pelatihan K3 sudah dilakukan, namun perlu lebih sering dan interaktif agar pekerja benar-benar memahami risiko dan cara pencegahan kecelakaan.

Jika dibandingkan dengan proyek-proyek konstruksi di negara maju, penerapan K3 di Indonesia memang masih tertinggal. Di Jepang dan Australia, misalnya, tingkat kepatuhan terhadap K3 bisa mencapai lebih dari 90% karena adanya insentif, sanksi tegas, dan budaya kerja yang disiplin. Di Indonesia, masih banyak pekerja yang mengabaikan APD karena dianggap mengganggu kenyamanan atau memperlambat kerja.

Tren Industri dan Pembelajaran dari Studi Lain

Tren global menunjukkan bahwa investasi pada K3 dapat menurunkan biaya operasional hingga 20% karena berkurangnya kecelakaan, absensi, dan kompensasi. Di Indonesia, beberapa perusahaan besar mulai menerapkan sistem reward bagi pekerja yang patuh pada K3, serta audit internal rutin untuk memastikan standar K3 tetap terjaga.

Penelitian lain oleh Angkat (2008) juga menemukan bahwa biaya kecelakaan kerja bisa jauh lebih besar daripada biaya pencegahan melalui K3. Ini meliputi biaya pengobatan, kompensasi, premi asuransi, hingga kerugian reputasi dan peluang bisnis.

Rekomendasi dan Solusi

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis, berikut beberapa rekomendasi untuk meningkatkan penerapan K3 di proyek konstruksi seperti New SFB:

  1. Tingkatkan edukasi dan pelatihan K3 secara berkala agar pekerja benar-benar memahami pentingnya K3.
  2. Perkuat pengawasan di lapangan, terutama pada jam-jam sibuk dan pekerjaan dengan risiko tinggi.
  3. Berikan insentif bagi pekerja yang patuh pada aturan K3 dan sanksi tegas bagi pelanggar.
  4. Libatkan pekerja dalam penyusunan SOP K3 agar mereka merasa memiliki dan lebih bertanggung jawab.
  5. Perbarui dan lengkapi fasilitas APD sesuai kebutuhan dan kenyamanan pekerja.
  6. Lakukan audit internal secara rutin untuk mengidentifikasi dan memperbaiki kelemahan dalam penerapan K3.

Kesimpulan

Penerapan K3 di proyek New SFB Cikarang oleh PT. Dwi Tunggal Surya Jaya sudah cukup baik, terutama pada pekerjaan baja dan beton, namun masih perlu peningkatan pada pekerjaan bata. Tantangan utama terletak pada budaya kerja, pengawasan, dan pelatihan yang berkelanjutan. Dengan komitmen manajemen, edukasi yang efektif, serta insentif dan sanksi yang jelas, penerapan K3 dapat ditingkatkan sehingga risiko kecelakaan kerja dapat diminimalkan.

Penelitian ini memberikan gambaran nyata tentang kondisi K3 di lapangan, sekaligus menjadi alarm bagi seluruh pelaku industri konstruksi untuk tidak menganggap remeh pentingnya keselamatan kerja. Dengan penerapan K3 yang optimal, bukan hanya pekerja yang terlindungi, tetapi juga perusahaan dan masyarakat luas yang diuntungkan.

Sumber : Wahidin, Soedarmin Soenyoto, & Azharie Hasan. (2014). Penerapan K3 pada Pelaksanaan Proyek New SFB di Cikarang yang Dilaksanakan PT. Dwi Tunggal Surya Jaya. Jurnal Bentang, 2(2).