Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OHSMS) merupakan pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengendalikan risiko di tempat kerja. Namun, penerapan OHSMS dalam lingkungan militer masih menjadi perdebatan karena berbagai tantangan yang unik.
Penelitian ini menggunakan dua metode utama:
- Survei terhadap 629 pekerja di lingkungan kerja ROKN untuk mengevaluasi efektivitas penerapan OHSMS berdasarkan upaya keselamatan yang dilakukan.
- Evaluasi oleh 29 ahli OHSMS menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP)-Entropy dan Importance-Performance Analysis (IPA) untuk menentukan faktor-faktor peningkatan OHSMS.
Efektivitas Penerapan OHSMS
- Tidak ditemukan perbedaan signifikan antara tempat kerja yang menerapkan OHSMS dan yang tidak.
- Tempat kerja yang telah menerapkan OHSMS lebih lama tidak menunjukkan perbaikan signifikan dalam upaya keselamatan kerja.
- Kecelakaan kerja meningkat lebih dari tiga kali lipat pada tahun 2020 dibandingkan 2019, meskipun jumlah tempat kerja yang tersertifikasi OHSMS meningkat dari 28,6% menjadi 52,4% dalam periode 2018–2020.
Studi ini mengidentifikasi empat jenis tempat kerja di ROKN:
- Perbaikan dan pemeliharaan: memiliki tingkat bahaya tertinggi (60,0), terutama terkait paparan bahan kimia dan beban fisik berat.
- Rekayasa militer: memiliki tingkat bahaya menengah (54,0), dengan risiko tinggi dari kendaraan dan peralatan listrik.
- Ammunisi dan persenjataan: tingkat bahaya lebih rendah (47,0) tetapi tetap signifikan karena risiko kebakaran dan ledakan.
- Logistik militer: memiliki tingkat bahaya terendah (43,5), tetapi tetap rentan terhadap cedera akibat gerakan berulang dan postur kerja yang buruk.
Studi ini mengidentifikasi lima faktor utama yang perlu diperbaiki agar OHSMS lebih efektif:
- Partisipasi dan konsultasi pekerja – Sangat penting agar pekerja dapat menyampaikan risiko yang mereka hadapi secara langsung.
- Sumber daya – Kurangnya sumber daya untuk pelatihan dan implementasi sistem keselamatan.
- Kompetensi tenaga kerja – Banyak pekerja yang kurang memahami sistem OHSMS.
- Identifikasi bahaya dan penilaian risiko – Proses ini masih belum optimal.
- Peran, tanggung jawab, dan wewenang organisasi – Diperlukan kejelasan lebih lanjut dalam implementasi kebijakan keselamatan.
Peningkatan Keselamatan di Tempat Perbaikan dan Pemeliharaan
- Setelah peningkatan pelatihan keselamatan dan sistem audit, jumlah kecelakaan kerja berkurang 20% dalam dua tahun.
- Tingkat penggunaan alat pelindung diri (APD) meningkat dari 65% menjadi 85%.
Efektivitas Program Keselamatan di Unit Persenjataan
- Implementasi sistem inspeksi baru membantu mengurangi risiko kebakaran hingga 30% dalam satu tahun.
- Namun, partisipasi pekerja dalam program keselamatan masih rendah, hanya 45% dari total pekerja.
Keunggulan:
- Menggunakan data empiris dari lingkungan militer, yang jarang dikaji dalam studi keselamatan kerja.
- Menyediakan metodologi berbasis data dengan pendekatan AHP-Entropy dan IPA untuk evaluasi keselamatan.
- Menyoroti faktor-faktor utama yang perlu diperbaiki, bukan hanya sekadar mengukur efektivitas OHSMS.
Kelemahan:
- Kurangnya data jangka panjang, sehingga sulit menilai dampak jangka panjang dari OHSMS.
- Tidak membandingkan dengan implementasi OHSMS di militer negara lain, yang bisa memberikan wawasan lebih luas.
- Belum mempertimbangkan aspek psikososial, seperti stres kerja akibat lingkungan yang tidak aman.
Rekomendasi untuk Peningkatan OHSMS di ROKN
- Meningkatkan Keterlibatan Pekerja
- Mengembangkan program komunikasi dua arah antara pekerja dan manajemen keselamatan.
- Memberikan insentif bagi pekerja yang aktif melaporkan risiko kerja.
- Penyediaan Sumber Daya yang Memadai
- Menyediakan lebih banyak pelatihan keselamatan berbasis teknologi.
- Mengalokasikan dana lebih besar untuk peningkatan fasilitas keselamatan.
- Peningkatan Pengawasan dan Evaluasi
- Mengadopsi teknologi pemantauan real-time untuk mengurangi risiko kerja.
- Meningkatkan transparansi dalam pelaporan insiden keselamatan.
Implementasi OHSMS di ROKN belum memberikan hasil yang signifikan dalam meningkatkan keselamatan kerja. Diperlukan perbaikan dalam partisipasi pekerja, alokasi sumber daya, dan sistem identifikasi risiko agar sistem ini lebih efektif. Dengan pendekatan yang lebih terfokus pada implementasi nyata di lapangan, ROKN dapat meningkatkan efektivitas keselamatan kerja dan mengurangi angka kecelakaan di masa mendatang.
Sumber: Lee, S. J., Choi, Y. H., Huh, D. A., Yoon, S. J., & Moon, K. W. Evaluation of Effectiveness and Improvement Factors of Occupational Health and Safety Management System in the Republic of Korea Navy based on AHP-Entropy and IPA. PLoS ONE, Vol. 18, No. 4, 2023.