Dosen FMIPA ITB Ungkap Asal-Usul Bilangan Nol dan Sistem Desimal Melalui Prasasti Nusantara

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta

21 Juli 2022, 21.09

Sumber : itb.ac.id

Banyak orang tidak mengetahui bahwa ilmu eksakta berkaitan erat dengan kebudayaan. Topik ini menjadi salah satu pembahasan menarik dalam perhelatan Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) 2021. Materi tersebut disampaikan oleh Guru Besar FMIPA ITB Prof. Iwan Pranoto, M.Sc., Ph.D. pada sesi ceramah umum BWCF 2021 Seri Arkeologi Sumatera (21/11/2021). 

Prof. Iwan mengangkat topik "Nol dan Sistem Desimal di Asia Monsun: Menafsir Sebuah Jalur Pengetahuan”. Di kesempatan ini, ia mencoba mendedahkan persoalan angka 0 (nol) dalam prasasti Kedukan Bukit dan asumsi sebuah jalur pengetahuan matematika.

Acara dipandu oleh Ketua Balai Arkeologi Jambi Dr. Agus Widiatmoko selaku moderator. Menurut Agus topik yang diangkat cukup menarik karena dibalik angka 0 ternyata memiliki kontribusi dalam prasasti-prasasti nusantara dan mampu mengungkap peradaban nenek moyang di nusantara. 

Mengenal Asia Monsun

Asia Monsun adalah sebuah daerah yang paling penting di masa klasik karena pengetahuan dapat berpindah/desiminasi menggunakan angin monsun. Atau dapat diartikan sebuah daerah yang besar dan mengalami pertukaran budaya yang luar biasa di masa lampau. Keberadaan angin monsoon kala itu sangat dapat diandalkan karena waktu dan arah sangat tertentu sehingga banyak digunakan oleh para pelaut dari sub daratan India. 

Asal-Usul Bilangan Nol

Menurut Iwan terdapat dua pendapat asal usul bilangan 0 dan sistem desimal. Pertama, sebelum tahun 1930, orang berkeyakinan bilangan nol dan sistem desimal berasal dari Arab. Kedua, setelah tahun 1930, bilangan nol dan sistem desimal berasal dari India (India Intra Gangem). Namun kedua pendapat ini tidaklah tepat dengan bukti peninggalan yang ada.

Bilangan 0 dan sistem desimal tertua di Indian Intra Gangem ditemukan pada abad ke-9. Hal ini sudah dapat membantah pernyataan kedua karena pada abad ini pedangan Arab sudah memasuki India dan harus dicari di India Extra Gangem.

Akhirnya dilakukan penelitian pada India Extra Gangem dan didapatkan hasil bilangan 0 dan sistem desimal tertua terdapat pada prasasti Aryabhata Patna di Nalanda yang ditemukan di abad ke-5. Setelah itu di abad ke-6 ditemukan di prasasti Kedukan Bukit (Sumatera) dan prasasti Sambor (Kamboja). Argumen ini cukup kuat karena melihat hubungan kerajaan Nalanda dan Sriwijaya yang erat kala itu. Namun bukan berarti menjadi bukti yang pasti dan masih perlu dilakukan kajian ulang terkait hal ini. Lalu, di abad ke-9 Matematikawan Al-Khwarizmi mulai menuliskan buku yang berjudul “Indian Computation” dan di abad ke-13 Matematikawan Fibonacci mulai menduniakan bilangan 0 dan sistem desimal.

Secara sadar Indonesia telah menganut terminologi indianisasi sejak lama mulai dari budaya sampai makanan. Akan tetapi, terminologi yang dibawa sebenernya tidak sepenuhnya tepat jika dikaitkan dengan bukti yang ada. Sehingga pentingnya untuk menerima informasi tidak secara mentah-mentah namun perlu diolah atau dicari dulu kebenaran dan kaitannya dengan masa lalu.

“Masa lalu memang gemilang tetapi fungsi dari masa lalu untuk dilangkai bukan untuk ditinggali,” ujar Iwan sebagai kalimat penutup dari presentasinya.

Sumber Artikel : itb.ac.id