BANDUNG, itb.ac.id—Belakangan ini, metaverse menjadi suatu topik yang terus-menerus diperbincangkan. Bila awalnya hanya dari sekelompok pebisnis global, kini akademisi dan masyarakat mulai ambil peran dalam metaverse ini.
Topik metaverse ini akhirnya juga menjadi perhatian para akademisi dari dunia arsitektur. Seperti halnya dengan webinar yang dilaksanakan pada Kamis, 28 Juli 2022 oleh SAPPK ITB. Penjelasan dunia metaverse disampaikan oleh Fauzan Alfi A, S.T., M.T., dosen prodi Arsitektur yang baru saja menyelesaikan studi doktornya di Shibaura Institute of Technology, Jepang. Anggota muda KK Teknologi Bangunan ITB ini membawakan materi dengan judul “Menemukenali Metaverse Bagi Lingkungan Binaan”. Presentasi yang dibawakan selama 20 menit ini dibawakan oleh Fauzan langsung dari Tokyo, Jepang.
Menurutnya, metaverse merupakan sebuah kondisi gabungan kehidupan sosial nyata dan tidak. Istilah metaverse ini dapat disimpulkan masih dinamis, dengan banyaknya ahli yang berusaha menerjemahkan definisi metaverse itu sendiri.
Kata “metaverse” bukanlah suatu istilah yang benar-benar baru. Istilah “metaverse” ini pertama kali dicetuskan di tahun 1992 oleh Neal Stephenson, seorang novelis dari Amerika Serikat. Dalam karya fiksi-ilmiahnya berjudul “Snow Crash”, Stephenson menyebutkan bahwa virtual reality di masa depan akan menjadi successor dari internet. Selain dalam novel karya Stephenson, kehidupan meta sering diangkat dalam karya hiburan popular seperti Tron (1982, 2010), The Matrix (1992), Ready Player One (2011, 2018), serial Black Mirror (2011-2019) dan yang terbaru dalam film Hollywood, Free Guy (2021).
Secara cara kerja, metaverse merupakan sebuah digital extension internet dalam model 3D, bukan 3D spatial seperti yang kelompok awam selama ini pahami. Metaverse dapat disederhanakan pemahamannya sebagai sebuah jaringan internet epik. Di dalam Metaverse, kita dapat melakukan segala macam kegiatan seperti dalam dunia nyata, seperti transaksi, interaksi dalam jumlah tak terbatas. Dalam metaverse, kita seakan-akan hidup dalam dunia virtual tersebut.
Bagaimana Perencana Dapat Masuk dalam Pengembangan Metaverse?
Dalam metaverse, terdapat empat lapisan yang menjadi tubuhnya. Perencana dapat mengambil peran dalam pengembangan lapisan teratas dari metaverse, yaitu konten dan pengalaman. Lapisan ini dapat dipecah dan dirinci menjadi konten (isi), aplikasi dan dunia virtual. Berikut ini beberapa topik yang menjadi kesempatan bagi perencana di metaverse.
- Digital Sandbox
- Web3 (Blockchain dan NFT)
- Meta Architect
- Connected digital twin of built environment.
*contoh digital sandbox
*Salah satu contoh NFT dari aplikasi decentraland
Dia menjelaskan, walaupun tren metaverse dari pencarian google trends kini mengalami penurunan, perubahan ke virtual-reality ini tidak dapat dipandang sepele.
Sumber: itb.ac.id