Jalan-jalan berubah menjadi sungai berwarna coklat keruh, rumah-rumah hanyut terbawa arus deras dan mayat-mayat terseret lumpur saat terjadi banjir bandang dan tanah longsor yang mematikan setelah hujan lebat menghantam Sumatera Barat pada awal Maret, menandai salah satu bencana alam mematikan terbaru di Indonesia.
Para pejabat pemerintah menyalahkan banjir sebagai akibat dari curah hujan yang tinggi, namun kelompok-kelompok lingkungan hidup menyebutkan bahwa bencana ini merupakan contoh terbaru dari deforestasi dan degradasi lingkungan hidup yang memperparah dampak cuaca buruk di seluruh Indonesia.
"Bencana ini terjadi bukan hanya karena faktor cuaca ekstrim, tetapi karena krisis ekologi," tulis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) dalam sebuah pernyataan. "Jika lingkungan hidup terus diabaikan, maka kita akan terus menuai bencana ekologis."
Sebuah bukit yang gundul terlihat di dekat daerah yang terkena banjir bandang di Pesisir Selatan, Sumatra Barat, Indonesia, Kamis, 14 Maret 2024. Di Indonesia, kelompok-kelompok lingkungan hidup terus menunjukkan bahwa deforestasi dan degradasi lingkungan memperburuk dampak bencana alam seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, dan kebakaran hutan. (AP Photo/Sutan Malik Kayo)
Sebuah bukit yang gundul terlihat di dekat daerah yang terkena dampak banjir bandang di Pesisir Selatan, Sumatra Barat, Indonesia, Kamis, 14 Maret 2024. (AP Photo/Sutan Malik Kayo)
Sebagai negara kepulauan tropis yang membentang di sepanjang garis khatulistiwa, Indonesia merupakan rumah bagi hutan hujan terbesar ketiga di dunia, dengan berbagai satwa liar dan tanaman yang terancam punah, termasuk orangutan, gajah, bunga-bunga raksasa dan bunga-bunga hutan yang bermekaran. Beberapa di antaranya tidak tinggal di tempat lain.
Selama beberapa generasi, hutan juga telah menyediakan mata pencaharian, makanan, dan obat-obatan, serta memainkan peran penting dalam praktik budaya bagi jutaan penduduk asli di Indonesia.
Disadur dari: apnews.com