Pendahuluan: Tantangan Kesehatan Mental di Industri Konstruksi
Industri konstruksi dikenal sebagai sektor yang keras, dominan laki-laki, dan penuh tekanan kerja fisik. Namun, semakin banyak bukti menunjukkan bahwa masalah kesehatan mental juga menjadi tantangan serius di sektor ini. Penelitian oleh Cedstrand et al. (2022) menyoroti hal ini melalui uji coba terkontrol berdurasi dua tahun di Swedia. Fokus utama penelitian ini adalah menilai efektivitas intervensi kesehatan kerja berbasis co-creation dalam mengatasi stres dan memperbaiki kondisi kerja psikososial.
Penelitian ini relevan dengan konteks global yang semakin menyoroti burnout, depresi, dan kecemasan kerja sebagai penyebab utama cuti sakit, terutama di negara-negara maju seperti Swedia. Di sana, stres kerja menjadi alasan paling umum untuk absensi kerja jangka panjang, dengan peningkatan signifikan terutama di kalangan manajer garis depan dan profesional teknik dalam industri konstruksi.
Tujuan dan Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab dua pertanyaan utama:
- Apakah intervensi yang dirancang bersama (co-created) dapat meningkatkan kondisi kerja psikososial dan mengurangi stres?
- Apakah intervensi tersebut dilaksanakan dengan tingkat kesetiaan pelaksanaan (implementation fidelity) yang tinggi?
Desain Penelitian:
- Jenis: Uji coba terkontrol non-acak
- Lokasi: Dua wilayah berbeda dari perusahaan konstruksi besar di Swedia
- Durasi: 24 bulan (Desember 2019 – Desember 2021)
- Responden: 359 pekerja di grup intervensi dan 275 di grup kontrol
- Alat ukur utama: COPSOQ III (Copenhagen Psychosocial Questionnaire), PSC (Psychosocial Safety Climate), dan indikator lain seperti kejelasan peran, efektivitas tim, beban kerja kuantitatif, perencanaan, dan staf
Intervensi dirancang melalui pendekatan co-creation dengan pemangku kepentingan, dan berfokus pada dua komponen utama:
- Duties Clarification: memperjelas tugas dan peran
- Structured Roundmaking: pertemuan lapangan terstruktur untuk menyelesaikan hambatan kerja
Hasil Utama: Dampak Terbatas Namun Signifikan di Aspek Tertentu
1. Tidak Ada Pengaruh Signifikan terhadap Tingkat Stres
Hasil menunjukkan bahwa intervensi tidak menghasilkan perbedaan signifikan dalam pengurangan stres antara grup intervensi dan kontrol. Malah, tingkat stres meningkat pada kedua grup selama masa studi — sebesar +5 poin di grup intervensi dan +6,1 di grup kontrol, menurut skala COPSOQ (0–100). Ini menandakan bahwa faktor eksternal seperti pandemi COVID-19 berperan besar dalam meningkatkan tekanan kerja.
2. Peningkatan Kejelasan Peran (Role Clarity)
Namun demikian, intervensi memberikan dampak positif pada kejelasan peran, khususnya pada profesional dan manajer garis depan.
- Profesional di grup intervensi mengalami peningkatan +5,7 poin dalam role clarity, dibanding +1,9 di grup kontrol.
- Manajer garis depan menunjukkan peningkatan +6,2 poin, sedangkan grup kontrol hanya +0,2 poin.
Ini menunjukkan bahwa duties clarification dan structured roundmaking efektif dalam memperjelas peran kerja, meski tidak langsung berdampak pada penurunan stres.
3. Pengaruh Negatif Pandemi
Peningkatan beban kerja kuantitatif juga tercatat di kedua grup:
- Grup intervensi: dari 43,1 ke 46,1
- Grup kontrol: dari 36,7 ke 42,7
Peningkatan ini dipandang sebagai dampak pandemi, yang menyebabkan beban proyek meningkat dan sumber daya manusia terbatas.
Analisis Kritis dan Implikasi Praktis
Kekuatan Intervensi Co-Creation:
- Tingkat implementasi tinggi, terutama di proyek yang mengikuti pelatihan "Production Academy".
- Kesesuaian konteks terjaga karena desain intervensi melibatkan pengguna akhir, termasuk serikat pekerja dan manajer.
- Komponen intervensi sesuai dengan tugas inti organisasi, sehingga lebih mudah diterapkan.
Keterbatasan:
- Tidak adanya randomisasi meningkatkan potensi bias seleksi.
- Tingkat respons yang rendah pada kelompok kontrol dapat mengganggu validitas eksternal.
- Intervensi terutama menyasar profesional, bukan seluruh populasi pekerja konstruksi (termasuk buruh), membatasi cakupan generalisasi.
Dampak terhadap Industri:
- Meskipun tidak berdampak signifikan pada stres, peningkatan role clarity merupakan indikator penting untuk intervensi jangka panjang dalam peningkatan kesehatan kerja.
- Studi lanjutan diperlukan untuk melihat apakah perbaikan kejelasan peran akan berdampak terhadap stres dan burnout dalam periode lebih panjang (>2 tahun).
Perbandingan dengan Literatur Lain:
- Meta-analisis Sun et al. (2022) menyebutkan bahwa role ambiguity adalah salah satu faktor risiko terbesar terhadap burnout di industri konstruksi.
- Studi ini menambah bukti bahwa intervensi organisasi-level lebih efektif dibanding pendekatan individu dalam konteks tempat kerja yang maskulin dan hierarkis seperti konstruksi.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Kesimpulan utama:
- Intervensi berbasis co-creation tidak menurunkan stres secara signifikan, namun meningkatkan kejelasan peran pekerja konstruksi profesional dan manajer garis depan.
- Tingkat pelaksanaan intervensi tinggi, menunjukkan bahwa metode co-creation efektif dalam meningkatkan kesesuaian dan keberterimaan intervensi.
Rekomendasi:
- Perlu dilakukan studi jangka panjang (3–5 tahun) untuk mengukur efek laten terhadap kesehatan mental.
- Disarankan untuk memperluas cakupan intervensi ke seluruh kategori pekerja, tidak hanya profesional.
- Gunakan pendekatan missing not at random (MNAR) dalam pengolahan data intervensi dengan dropout tinggi.
Sumber : Cedstrand, E., Augustsson, H., Alderling, M., Sánchez Martinez, N., Bodin, T., Nyberg, A., & Johansson, G. (2022). Effects of a co-created occupational health intervention on stress and psychosocial working conditions within the construction industry: A controlled trial. Frontiers in Public Health, 10, 973890. https://doi.org/10.3389/fpubh.2022.973890