Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan menyelesaikan pembangunan Bendungan Sadawarna di Kabupaten Subang, Jawa Barat dengan mengedepankan daur ulang alam yang ramah lingkungan. Prinsip infrastruktur yang berorientasi ekologi dan berkelanjutan digunakan dalam pembangunan Bendungan Sadawarna, mulai dari tahap pemetaan, survei, perencanaan, pembebasan lahan, konstruksi hingga operasi dan pemeliharaan (SIDLACOM).
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan pembangunan infrastruktur yang berorientasi ekologi dan berkelanjutan sejalan dengan komitmen pemerintah Indonesia dalam mengatasi permasalahan lingkungan hidup dan perubahan iklim. Pembangunan infrastruktur ramah lingkungan semakin didorong untuk menciptakan nilai tambah dan keberlanjutan sehingga manfaat infrastruktur dapat dirasakan oleh generasi mendatang.
“Untuk meminimalisir dampak negatif pembangunan infrastruktur terhadap lingkungan, daya dukung lingkungan harus diperhitungkan secara matang dan pengembangan seluruh potensi daerah yang ada harus dioptimalkan, seperti penggunaan material lokal untuk mengurangi konsumsi karbon dioksida,” kata Menteri Basuki.
Sehubungan dengan pembangunan Bendungan Sadawarna, Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum Direktorat Jenderal (Ditjen) Sumber Daya Air mengoptimalkan potensi efisiensi bendungan dengan mengedepankan 7 konsep daur ulang alam yang hijau. Pertama, pada tahap pembangunan Bendungan Sadawarna telah memiliki laboratorium mekanika tanah dan geoteknik yang mandiri, sehingga mengurangi waktu pengujian laboratorium karena hanya ada 2 (dua) laboratorium di Indonesia yang menguji parameter umum tanggul.
Kedua, Bendungan Sadawarna mengoptimalkan operasionalnya sebagai sumber produksi energi surya (solar panel), sehingga tidak hanya mempunyai manfaat ketahanan pangan, namun juga kemandirian energi operasional. Pembangunan bendungan yang telah selesai dihitung dengan asumsi luas maksimum bendungan yang dimanfaatkan PLTS adalah 5% dan 1 hektar dapat menghasilkan potensi listrik sebesar 1 megawatt (MW). Selanjutnya ditentukan lokasi banjir dan dipilih lokasinya.
“Saat ini kami sedang menghitung kebutuhan penjualan energi surya. Apalagi yang digunakan saat ini sebagai input pekerjaan sekitar 70 ribu watt, namun ke depan tidak hanya internal tapi juga eksternal,” kata Direktur Utama. perusahaan.BBWS Citarum Dinas PUPR Bastar.
Bendungan Sadawarna Cipunagara - daerah aliran sungai sepanjang 137 km yang mengalir dari gunung Bukit ngul di pegunungan Bandung utara dan mengalir ke Laut Jawa, tepat di bagian utara Barat. Jawa Dengan luas daerah tangkapan air 695,61 hektar, aliran bendungan ini juga dapat digunakan untuk turbin yang dapat diubah menjadi listrik sebesar 2 MW
Ketiga, Bendungan Sadawarna akan dilengkapi dengan tangki kecil sebagai saluran pembuangan air. sistem pengelolaannya, mengadopsi konsep pengolahan air kolam secara alami. Kolam alami ini pada akhirnya akan memenuhi kebutuhan air lingkungan dari fasilitas bendungan UPB dengan mengolah pasokan air alami menggunakan ruang untuk menampung limpasan untuk penyaringan dan penempatan biologis dan kemudian mengolah kerikil di dasar kolam. Air di kolam kemudian dipompa ke menara air setinggi 7 meter, yang diarahkan secara gravitasi ke bangunan dan rumah, dan air drainase kembali ke ruangan dan kolam.
Keempat, tanggul bendungan induk Bendungan Sadawarna akan dilengkapi dengan bentuk geometris dan akan ditanami rumput lebat di bagian hilir bendungan untuk perawatan agar lebih alami. Terletak di Desa Sadawarna, Kecamatan Cibogo, Subang, bendungan ini memiliki tinggi 40 meter, panjang 933 meter, dan lebar puncak 10 meter.
Kelima, pengutamaan prinsip ramah lingkungan dan berkelanjutan juga didukung dengan penyiapan zona hijau di sepanjang jalan lingkar yang nantinya akan dikelola oleh masyarakat sekitar dalam forum masyarakat pengelolaan bendungan dan di bawah pimpinan IPPU dan BBWS Citarum. izin dan persetujuan Kementerian PUPR panjangnya 21,3 km, dimana tanaman keras produktif akan ditanam sehingga masyarakat setempat dapat menikmati hasil panennya. Selain itu, pohon-pohon ditanam di kawasan lanskap seperti baobab, abara, kelor, gayami bodhi, jengkol, kecap dan semua pohon mangga yang terdapat di Indonesia.
Tugas zona hijau tidak hanya menghiasi estetika dan lanskap, tetapi juga menyerap karbon. Selain itu, pengelolaan ruang terbuka hijau juga diintegrasikan sebagai sumber daya konservasi sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat setempat tanpa mengurangi fungsi utama bendungan sebagai waduk. RTH yang disiapkan tersebar di lahan seluas 93 hektar yang ditanami pohon-pohon bernilai ekonomi antara lain mangga, nangka, alpukat, matoa, petai, duku, kelengkeng, sirsak, dan jengkol.
Konsep daur ulang alam hijau keenam dan ketujuh adalah pembangunan dekorasi pelimpah dan bangunan pendukung bendungan, dengan mengutamakan dekorasi seni dan budaya lokal seperti helikopter, julang ngapak dan rumah leuit Batu Curie di berbagai fasilitas pendukung bendungan, termasuk kantor administrasi dan gudang bahan , rumah generator, musala, tempat parkir, alun-alun, rumah dinas, dek observasi, taman kanak-kanak, gerbang utama, tugu Kujang dan jembatan pelabuhan.
Bendungan Sadawarna telah dibangun sejak dimulainya kontrak pada November 2018 dengan total biaya APBN sebesar Rp 2 triliun. Bangunan ini terbagi menjadi dua unit, yang pertama merupakan paket yang dilaksanakan oleh Kerja Sama Operasi (KSO) PT. Wijaya Karya - PT Daya Mulia Turangga - PT Barata Indonesia, progres pekerjaan sampai 04/07/2022 93,76% dan paket II diselesaikan oleh KSO PT. Nindya Karya - PT Adhi Karya, progres 87,50%.
Dengan kapasitas efektif 41,03 juta m3, bendungan ini mampu mereduksi debit banjir pada kala ulang Q25 dari 535 m3/s 202 m3/s dengan melewati cekungan Cipunagara yang mempunyai tampungan banjir sebesar 26,90 juta m3. Waduk ini juga siap menyuplai air baku sebanyak 1,20 m3/s ke wilayah Subang, Indramayu, dan Sumedang. 4.444 4.444 Bendungan Sadawarna juga mampu mengairi lahan seluas 4.284 hektar di Kabupaten Subang (2.517 ha) dan Indramayu (1.767 ha). Air irigasi dari Bendungan Sadawarna diharapkan dapat membantu petani meningkatkan intensitas tanam dibandingkan dengan cara tadah hujan yang hanya dilakukan setahun sekali. (tiga).
Sumber: pu.go.id