Bagaimana Perusahaan Besar yang Sudah Ada Gagal di Era Digitalisasi Rantai Pasokan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

18 Februari 2025, 10.23

unplash.com

Disertasi doktoral Jaime Alberto Caballero Santin yang berjudul "Stunted Innovation: How Large Incumbent Companies Fail in the Era of Supply Chain Digitalization" menyoroti tantangan yang dihadapi perusahaan-perusahaan besar dalam berinovasi di era digitalisasi rantai pasok. Penelitian ini menyelidiki bagaimana perusahaan-perusahaan mapan (incumbent) seringkali gagal memanfaatkan potensi penuh teknologi baru seperti Internet of Things (IoT) dan Robotic Process Automation (RPA) untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing mereka.

 

 Latar Belakang dan Motivasi Penelitian

Caballero Santin memulai dengan mengidentifikasi kesenjangan antara potensi digitalisasi rantai pasok dan implementasi aktualnya di banyak perusahaan besar. Motivasi penelitian ini berakar pada observasi bahwa meskipun teknologi seperti IoT dan RPA menawarkan peluang besar untuk meningkatkan visibilitas, efisiensi, dan responsivitas rantai pasok, banyak perusahaan kesulitan untuk mengadopsi dan mengintegrasikan teknologi ini secara efektif.

Penelitian ini relevan karena digitalisasi rantai pasok menjadi semakin penting dalam lanskap bisnis modern. Perusahaan-perusahaan yang dapat memanfaatkan teknologi digital untuk mengoptimalkan rantai pasok mereka memiliki keunggulan kompetitif yang signifikan. Namun, banyak perusahaan besar yang terhambat oleh struktur organisasi yang kompleks, proses yang usang, dan budaya yang resisten terhadap perubahan.

 

 Kerangka Teoretis

Disertasi ini dibangun di atas kerangka teoretis yang menggabungkan konsep-konsep dari manajemen rantai pasok, integrasi rantai pasok, Industri 4.0, dan adopsi teknologi. Caballero Santin membahas bagaimana integrasi rantai pasok yang efektif memerlukan kolaborasi yang erat antara berbagai pihak yang terlibat, termasuk pemasok, produsen, distributor, dan pelanggan. Dia juga menjelaskan bagaimana teknologi seperti IoT dan RPA dapat memfasilitasi integrasi ini dengan menyediakan visibilitas yang lebih baik, otomatisasi proses, dan pengambilan keputusan yang lebih cepat.

 

 Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus kualitatif untuk menyelidiki bagaimana perusahaan-perusahaan besar mengadopsi dan mengimplementasikan teknologi digital dalam rantai pasok mereka. Caballero Santin melakukan serangkaian studi kasus mendalam di berbagai perusahaan di berbagai industri. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan para manajer dan karyawan, observasi langsung, dan analisis dokumen perusahaan.

 

 Temuan Penelitian Utama

Salah satu temuan utama dari penelitian ini adalah bahwa perusahaan-perusahaan besar seringkali mengalami kesulitan dalam mengadopsi teknologi digital karena adanya hambatan organisasi dan budaya. Misalnya, perusahaan mungkin memiliki struktur organisasi yang hierarkis dan silo-silo fungsional yang menghambat kolaborasi dan berbagi informasi. Selain itu, perusahaan mungkin memiliki budaya yang resisten terhadap perubahan dan kurangnya keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk mengimplementasikan teknologi baru.

Studi ini juga menyoroti pentingnya kepemimpinan dan dukungan manajemen dalam memfasilitasi adopsi teknologi digital. Perusahaan-perusahaan yang berhasil mengimplementasikan teknologi baru seringkali memiliki pemimpin yang visioner dan berkomitmen yang dapat mengartikulasikan manfaat dari teknologi tersebut dan menginspirasi karyawan untuk menerimanya. Selain itu, perusahaan-perusahaan ini seringkali menyediakan pelatihan dan sumber daya yang diperlukan untuk membantu karyawan mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menggunakan teknologi baru.

 

 Studi Kasus dan Angka-Angka

Disertasi ini mencakup beberapa studi kasus yang menggambarkan tantangan dan peluang yang dihadapi perusahaan-perusahaan besar dalam mengadopsi teknologi digital. Berikut adalah beberapa contoh:

*    Studi Kasus IoT:  Sebuah perusahaan manufaktur besar mencoba mengimplementasikan sistem pemantauan berbasis IoT untuk melacak kinerja peralatan mereka dan mengidentifikasi potensi masalah sebelum terjadi. Namun, perusahaan tersebut menghadapi kesulitan dalam mengintegrasikan data sensor dengan sistem TI yang ada dan kurangnya keterampilan analitis untuk menginterpretasikan data tersebut. Akibatnya, proyek tersebut mengalami penundaan dan biaya yang berlebihan.

*    Studi Kasus RPA:  Sebuah perusahaan jasa keuangan mencoba mengotomatiskan beberapa proses back-office mereka menggunakan RPA. Perusahaan tersebut berhasil mengotomatiskan beberapa tugas rutin, tetapi menghadapi kesulitan dalam mengotomatiskan proses yang lebih kompleks yang memerlukan pengambilan keputusan dan penilaian manusia. Akibatnya, perusahaan tersebut tidak dapat mencapai penghematan biaya dan peningkatan efisiensi yang diharapkan.

*    Studi Kasus Sensorisasi Rantai Pasok:  Sebuah perusahaan ritel besar mengembangkan sistem pemantauan pemasok (SMS) untuk meningkatkan visibilitas dan pengendalian kualitas dalam rantai pasok mereka. Sistem ini menggunakan sensor untuk melacak lokasi dan kondisi produk selama pengiriman. Hasilnya, perusahaan tersebut dapat mengurangi kehilangan dan kerusakan produk, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan mengurangi biaya rantai pasok. Perusahaan melaporkan penurunan biaya sebesar 15% berkat implementasi sistem ini.

 

 Implikasi Teoretis dan Manajerial

Penelitian ini memiliki implikasi teoretis dan manajerial yang signifikan. Secara teoretis, penelitian ini memberikan wawasan baru tentang faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi digital di perusahaan-perusahaan besar. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya mempertimbangkan konteks organisasi dan budaya dalam mengelola inovasi teknologi.

 

Secara manajerial, penelitian ini memberikan panduan praktis bagi perusahaan-perusahaan yang ingin mengadopsi teknologi digital dalam rantai pasok mereka. Caballero Santin merekomendasikan bahwa perusahaan-perusahaan harus fokus pada membangun budaya inovasi, mengembangkan keterampilan dan pengetahuan karyawan, dan memfasilitasi kolaborasi antara berbagai pihak yang terlibat. Dia juga menekankan pentingnya kepemimpinan dan dukungan manajemen dalam memimpin inisiatif digitalisasi.

 

 Keterbatasan dan Penelitian Mendatang  :

Caballero Santin mengakui bahwa penelitiannya memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, penelitian ini didasarkan pada studi kasus di sejumlah perusahaan tertentu, sehingga temuan tersebut mungkin tidak dapat digeneralisasikan ke semua perusahaan besar. Kedua, penelitian ini berfokus pada teknologi tertentu (IoT dan RPA), sehingga mungkin tidak mencakup semua aspek digitalisasi rantai pasok.

Untuk penelitian mendatang, Caballero Santin merekomendasikan untuk melakukan studi kuantitatif yang lebih besar untuk menguji validitas temuan kualitatifnya. Dia juga merekomendasikan untuk menyelidiki dampak teknologi digital lainnya, seperti kecerdasan buatan dan blockchain, pada rantai pasok.

 

 Kesimpulan

Secara keseluruhan, disertasi "Stunted Innovation: How Large Incumbent Companies Fail in the Era of Supply Chain Digitalization" memberikan kontribusi yang berharga bagi pemahaman kita tentang tantangan dan peluang yang dihadapi perusahaan-perusahaan besar dalam mengadopsi teknologi digital dalam rantai pasok mereka. Penelitian ini menyoroti pentingnya mempertimbangkan konteks organisasi dan budaya dalam mengelola inovasi teknologi dan memberikan panduan praktis bagi perusahaan-perusahaan yang ingin berhasil dalam era digitalisasi.

 

 Sumber Artikel: Caballero Santin, J. (2022). Stunted Innovation: How large incumbent companies fail in the era of supply chain digitalization. [Doctoral Thesis, Erasmus University Rotterdam].