Berpikir lateral adalah teknik penyelesaian masalah yang menggunakan pendekatan tidak langsung dan kreatif melalui penalaran yang tidak langsung terlihat. Ini mencakup konsep yang mungkin tidak dapat dicapai hanya dengan menggunakan logika tradisional langkah demi langkah. Psikolog Malta Edward de Bono pertama kali menggunakan istilah ini dalam bukunya yang berjudul The Use of Lateral Thinking pada tahun 1967. De Bono mengutip Penghakiman Sulaiman sebagai contoh pemikiran lateral. Di sana, raja Israel zaman dahulu, Raja Sulaiman, menyelesaikan perselisihan tentang orang tua seorang anak dengan meminta agar anak tersebut dipotong menjadi dua, dan dia menilainya berdasarkan reaksi yang dia terima. Pesanan ini telah disetujui. Edward de Bono juga menghubungkan pemikiran lateral dengan humor karena keduanya memerlukan transisi dari gaya yang sudah biasa ke gaya yang luar biasa.
Berpikir lateral berbeda dari berpikir kritis karena berpikir kritis terutama memeriksa kesalahan dan nilai sebenarnya dari pernyataan. Berpikir kritis, di sisi lain, berkonsentrasi pada "nilai pergerakan" dari ide dan pernyataan. Pemikiran lateral digunakan untuk beralih dari konsep yang sudah familiar ke konsep baru. Edward de Bono mendefinisikan empat cara berpikir berbeda:
- Alat penghasil ide yang bertujuan untuk memecahkan pola berpikir konvensional, kebiasaan, dan status quo;
- Alat fokus yang bertujuan untuk membuka lebih banyak ruang untuk ide-ide baru;
- Alat pemanen yang bertujuan untuk menjamin bahwa lebih banyak nilai diterima dari ide-ide tersebut; dan
- Alat pengobatan yang mendorong pemikiran tentang tantangan, sumber daya, dan dukungan yang ada di dunia nyata
Metode
- Pembuatan ide entri acak
Pemikir memilih suatu item secara acak atau istilah kamus dan menghubungkannya dengan topik yang sedang mereka pertimbangkan. De Bono menggunakan mesin fotokopi kantor sebagai contoh, menerapkan istilah "hidung" secara acak, yang memunculkan teori bahwa mesin fotokopi akan mengeluarkan bau lavender ketika kertasnya hampir habis.
- Generasi ide provokasi
Provokasi adalah pernyataan yang dimaksudkan untuk mendapatkan pemikiran segar namun sudah kita ketahui bahwa pernyataan tersebut salah atau tidak masuk akal. De Bono menggunakan ungkapan provokatif "pabrik berada di hilir dengan sendirinya" untuk menggambarkan bagaimana memperhitungkan pencemaran sungai dan mengharuskan suatu perusahaan untuk mendapatkan asupan air dari lokasi di hilir produksinya. Usulan ini akhirnya dijadikan undang-undang di banyak negara. Teknik provokasi apa pun—angan-angan, berlebihan, pembalikan, pelarian, distorsi, atau kemunculan—dapat digunakan untuk menyiapkan provokasi. Pemikir membuat daftar provokasi dan kemudian menggunakan provokasi yang paling tidak masuk akal untuk memajukan pandangan mereka.
- Teknik gerakan
Tujuan dari metode pergerakan adalah untuk menghasilkan sebanyak mungkin ide-ide berbeda untuk mempromosikan perspektif baru mengenai isu-isu dan solusi potensial. Ketika alternatif diciptakan, permasalahan yang sebelumnya tampak hanya memiliki satu solusi potensial, terkadang memiliki banyak solusi.[9] Strategi berikut dapat digunakan untuk beralih dari sebuah provokasi ke ide baru: mengambil sebuah prinsip, berkonsentrasi pada perbedaan, elemen positif saat ini, atau keadaan unik.
- Tantangan
alat yang dirancang untuk mengajukan pertanyaan yang tidak mengancam seperti "Mengapa?" tentang keberadaan sesuatu atau alasan di balik bagaimana hal itu dilakukan. Pemahaman yang sangat jelas tentang "Mengapa?" adalah hasil akhir yang selalu menginspirasi konsep-konsep baru. Tujuannya agar bisa mempertanyakan segala hal, bukan hanya hal-hal yang problematis saja. Misalnya, seseorang mungkin keberatan dengan gagang cangkir kopi: Pegangan tersebut tampaknya diperlukan karena cangkir kopi sering kali terlalu panas untuk dipegang secara langsung. Mungkin pegangan jari berinsulasi dapat ditambahkan ke cangkir kopi, atau tempat cangkir kopi khusus seperti tempat bir dapat tersedia. Alternatifnya, kopi tidak boleh sepanas ini.
- Pembentukan konsep
Konsep dijalankan oleh ide. Untuk menyediakan sejumlah besar konsep untuk dipilih, program ini secara metodis memperluas cakupan dan kuantitas konsep.
- Menyangkal
Berdasarkan gagasan bahwa mayoritas selalu salah (seperti dikemukakan oleh Henrik Ibsen [diperlukan sumber non-primer] dan John Kenneth Galbraith), tantang apa pun yang tampak dan diakui secara luas sebagai "tentu saja", memberikan sudut pandang yang berlawanan, dan mencoba untuk memperkuat argumen Anda. Metode ini sebanding dengan pendekatan "Topi Hitam" de Bono dari Enam Topi Berpikir, yang berfokus pada pencarian landasan konservatisme dan kehati-hatian.
- Fraksinasi
Fraksinasi digunakan untuk melepaskan diri dari perspektif yang kaku dan mengamati permasalahan dari berbagai sudut. Hal ini dilakukan dengan mengambil pandangan umum mengenai suatu skenario dan membaginya ke dalam banyak keadaan alternatif. Hal ini memungkinkan terciptanya pandangan alternatif mengenai masalah dan solusi. Hal ini memungkinkan dihasilkannya beberapa solusi potensial yang dapat digabungkan untuk memberikan respons yang lebih menyeluruh.
Hasil
Pemikiran lateral sering kali menghasilkan solusi yang tampak “jelas” jika dipikir-pikir. Seringkali hal ini dapat menyoroti masalah-masalah yang tidak pernah diketahui oleh orang-orang, atau memecahkan masalah-masalah sederhana yang memiliki dampak besar. Misalnya, jika sebuah lini produksi menghasilkan 1000 buku per jam, pemikiran lateral mungkin menyarankan bahwa penurunan output menjadi 800 akan menghasilkan kualitas yang lebih tinggi, dan pekerja yang lebih termotivasi. Siswa telah menunjukkan pemikiran lateral dalam penerapan berbagai konsep individual dan unik untuk memecahkan masalah yang kompleks.
Disadur dari: