Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia (GPFI) memprediksi pertumbuhan industri akan melambat pada kuartal terakhir tahun ini sebab kontribusi yang menurun dari obat-obatan terkait Covid-19. Direktur Eksekutif GP Farmasi Elfiano Rizaldi menyatakan pertumbuhan 9,71% pada industri kimia, farmasi, dan obat tradisional dalam kuartal III/2021 banyak ditunjang sang permintaan obat terkait Covid-19 ketika terjadi lonjakan masalah pada Indonesia. Tidak hanya obat terkait Covid, namun jua multivitamin & penunjang kesehatan lainnya. "Di kuartal empat, permintaan obat Covid telah lebih minim bahkan minim sekali, akan tetapi buat pasien non-Covid belum pulang normal," tutur Elfiano ketika dihubungi Bisnis, Kamis (16/12/2021). Dia mensinyalir warga masih terdapat kekhawatiran dari warga buat mendapatkan layanan kesehatan secara pribadi pada tempat tinggal sakit.
Sementara itu, Elfiano menaksir pertumbuhan industri buat sepanjang tahun ini akan berkisar 9 % hingga 9,5 persen. Sebelumnya, dari data Badan Pusat Statistik (BPS) industri kimia, farmasi, & obat tradisional tumbuh ekspansif selama 3 kuartal berturut-turut dalam tahun ini, yakni 11,46 persen, 9,15 persen, dan 9,71 persen. Disebutkan bahwa pertumbuhan terutama didukung sang peningkatan produksi obat-obatan buat memenuhi permintaan domestik dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Adapun, dengan perkiraan optimistis tidak akan gelombang Covid-19 berikutnya dalam tahun depan, pertumbuhan industri akan melambat 3% sampai 4% dalam 2022. "Kemungkinan pasien non-Covid masih belum pulang normal dalam tahun depan," ujarnya.
Dia pula berkata menurunnya perkara Covid-19 pada Tanah Air dalam beberapa bulan terakhir mengakibatkan industri mengalami kelebihan stok obat terkait pandemi. Karenanya, apabila terjadi gelombang ketiga pandemi sebab masuknya varian Omicron ke Indonesia, Elfiano mengungkapkan industri farmasi telah siap dengan stok obat yang memadai. "Kalau terjadi gelombang ketiga, dengan guidance dari WHO yang masih tetap memakai obat Covid varian Delta, kami sangat siap menyediakan obat-obatan terkait Covid," jelasnya.
Sumber: ekonomi.bisnis.com